Kujang, Pusaka Gaib dari Para Dewa dalam Kebudayaan Sunda
Setiap daerah di Indonesia diketahui memiliki senjata tradisionalnya masing-masing tak terkecuali Jawa Barat. Daerah yang mayoritas dihuni suku Sunda ini memiliki senjata tradisional bernama Kujang.
Senjata tradisional ini memiliki filosofi tersendiri serta nilai luhur dalam kebudayaan masyarakat Sunda.
Melansir dari laman Museum Nusantara, Kata Kujang berasal dari istilah kudihyang. “Kudi” sendiri dalam bahasa Sunda Kuno memiliki arti senjata sakti dengan kekuatan gaib. Smentara kata “Hyang” memiliki arti sebagai Dewa.
Sehingga jika diartikan secara umum, Kujang merupakan sebuah pusaka sakti dengan kekuatan gaib yang berasal dari para Dewa.
Dalam naskah kuno ‘Sanghyang Siksa Kandang Karesian’ disebutkan jika awalnya. Kujang hanya digunakan oleh masyarakat Jawa Barat sebagai perlengkapan dalam bertani.
Namun, ketika memasuki masa Kerajaan Padjajaran, Makukuhan dan Panjalu, senjata ini mengalami perkembangan fungsi.
Dari yang sebelumnya hanya menjadi perlengkapan bertani, menjadi sebuah pusaka yang menjadi lambang kebesaran dan kewibawaan seorang raja atau bangsawan kerajaan masa itu.
Mitos Senjata Kujang
Sudah menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia jika benda, tempat atau lainnya yang kental dengan nilai spiritual
pastilah selalu dibumbui oleh mitos-mitos tertentu tak terkecuali senjata tradisional Jawa Barat satu ini.
Konon Kujang dipercaya memiliki pengaruh pada keberuntungan, perlindungan, kehormatan dan kewibawaan pemiliknya.
Namun, adapula mitos yang melarang untuk memajangnya secara berpasangan dengan mata pisau tajam sebelah yang saling berhadapan.
Jika hal tersebut dilakukan, konon karena diyakini dapat menimbulkan dampak kurang baik dan dianggap sebagai hal yang tabu.
Mitos lainnya yaitu dilarang mengambil foto di antara posisi kujang berpasangan tersebut karena akan membawa kematian dalam waktu satu tahun atau kurang dari itu.
Itulah mitos seputar Kujang yang menjadi senjata tradisional Jawa Barat. Tergantung kita akan mempercayai hal tersebut atau tidak.
Redaktur: Dede Imran
Video Editor: Safrudin