SUKABUMIUPDATE.com - Setiap perempuan tentu ingin memiliki tubuh ideal dan sehat. Salah satu caranya adaah dengan diet. Namun diet tak selalu mulus dan mendapatkan hasil yang optimal.
Psikolog klinis Tara De Thouars mengatakan ada tiga pemicu perempuan gagal dalam diet. Ketiga penyebab itu berujung kepada pola pikir dan niat. Pemicu pertama yang diungkapkannya adalah adanya gangguan makan atau eating disorder.
“Anoreksia, bulimia, dan bitch eating atau makan dengan porsi luar biasa tanpa sadar. Ketiga gangguan makan ini terjadi karena ada konflik tubuh dan makanan, sehingga menyulitkan perempuan untuk menjaga berat badan,” ujar Tara De Thouars dalam acara In Relationship wit My Body: Peran DNA dalam Mewujudkan Tubuh Idealmu di The Hook, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.
Pemicu kedua adalah kesalahan niat. Tara menceritakan, kebanyakan pasiennya yang menjalani diet karena faktor eksternal, misalnya permintaan orang tua atau pasangan. Niat tersebut pun diikuti rasa marah dalam diri. Dalam jangka waktu pendek, diet berhasil dengan cepat. "Namun, diet itu tidak akan bertahan lama. Sebab orang diet dalam kondisi marah akan membuang banyak energi, begitu dia kelelahan akan menyerah dan mencari pembenaran untuk menghentikan rasa marahnya,” tukas Tara.
Kemudian pemicu ketiganya adalah adanya rasa marah dari diri sendiri. “Ini seperti shamming kepada diri sendiri karena tekanan social standards beauty. Kalo saya gak kurus, berarti saya jelek, buruk, dan gak oke seperti si dia. Kembali lagi, sesuatu yang diawali dengan rasa marah semakin menjauh dari pola makan teratur dan berisiko mengalami gangguan makan,” tambahnya.
Solusi yang ditawarkan Tara agar diet tidak gagal adalah pasang niat yang benar. Bertanya kepada diri sendiri, apa yang kita inginkan dan raih. Kemudian tambahkan formula self love. “Setiap orang harus bisa melihat dirinya berharga. Terlepas dari orang lain ngomong apa dan komentar dari media sosial. Untuk menimbulkan self love itu harus dimulai dari kecil, salah satunya pola asuh. Kadang yang membuat anak tidak self love karena orang tua terlalu banyak mengkritik dan membandingkan, maka saat besar sulit mempunyai self love,” tutur Tara.
Lebih lanjut Tara menjelaskan, cara pandang melihat kelebihan seseorang itu harus dari banyak aspek, tidak hanya penampilan dan tubuh. Bisa dari sifat, kemampuan, karakter, atau hal-hal yang pernah diraih. "Fokus pada itu, maka muncul pemikiran ‘saya tidak seburuk yang saya bayangkan’. Ketika menghadapi body shamming, biasakan ada self defence di dalam pikiran. ‘Oke, gue memang gendut, tapi gue banyak teman, mudah akrab’," tandas Tara.
Dengan pemikiran-pemikiran tersebut tidak akan mengacaukan pola makan yang sehat, dan terhindar dari diet yoyo. Selain itu juga mencegah terjadinya gangguan makan.
Sumber: Tempo