SUKABUMIUPDATE.com - Kepemimpinan bukan merupakan sifat bawaan yang terberi saat anak dilahirkan. Kepemimpinan pada hakikatnya adalah sekumpulan kompetensi yang dapat dikembangkan atau dilatih dengan perlakuan yang tepat (Sisk, D. A.,1993).
Kompetensi yang masuk ke dalam kepemimpinan antara lain komunikasi, inisiatif, kemampuan merencanakan, pengambilan keputusan, fleksibilitas, empati, toleransi, dan kerja sama. Kepemimpinan bisa dikembangkan sedini mungkin pada anak-anak, misalnya saat anak mengerjakan semua aktivitas bantu diri seperti makan, mandi, dan sebagainya secara mandiri. Di saat inilah dia berlatih mengandalkan dirinya sendiri sehingga tumbuhlah rasa yakin pada kemampuan diri.
Contoh lain ketika kita membiasakan anak untuk mencoba hal-hal baru dari idenya sendiri tanpa dinilai atau disalahkan, sehingga anak punya keberanian untuk mengambil inisiatif.
Begitu pula ketika orang tua membiasakan anak untuk mengutarakan pikiran atau perasaannya tentang sesuatu, memberikannya kesempatan untuk bernegosiasi.
Ini semua merupakan latihan bagaimana anak mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan bernegosiasi untuk mencari solusi. Seorang pemimpin harus punya kedua hal ini juga tentunya.
Keluarga menjadi tempat yang penting bagi pengembangan jiwa kepemimpinan di usia anak-anak hingga remaja. Kepemimpinan dapat tumbuh di dalam diri anak ketika orang tuanya menciptakan lingkungan rumah yang mendukung.
Berikut beberapa tips membantu anak dalam mengembangkan kepemimpinan yang disarankan oleh psikolog anak dan remaja Universitas Indonesia, Vera Itabiliana Hadiwidjojo.
*Hal tersulit bagi sebagian orang tua adalah memberikan kesempatan bagi anak untuk memilih atau mengambil keputusan. Ciptakanlah kesempatan itu.
*Tempatkan diri sebagai teman diskusi anak yang dapat memaparkan pilihan apa saja yang ia punya beserta konsekuensinya. Ajak anak untuk mempertimbangkan konsekuensi yang harus ditanggung atas pilihannya.
*Latih empati anak dengan memberi kesempatan baginya untuk berbuat sesuatu bagi orang lain. Nantinya, empati akan memunculkan rasa toleransi sebagai bekal anak dapat bersikap fleksibel di tengah lingkungan yang penuh keberagaman.
*Secara rutin ajak anak berdiskusi tentang topik apa saja yang menarik untuk melatihnya mengungkapkan pikiran atau perasaannya. Ketika orang tua ingin menerapkan aturan baru, ajaklah anak berdiskusi dan bernegosiasi jika diperlukan.
*Dorong anak untuk terlibat aktif dalam aktivitas kelompok atau organisasi, baik di sekolah maupun lingkungan rumah. Aktivitas ini merupakan latihan nyata bagi anak untuk belajar mengambil posisi sebagai pemimpin.
Sumber: Tempo