SUKABUMIUPDATE.com - Indonesia berada pada nomor 9 sebagai negara dengan pertumbuhan pariwisata tercepat di dunia. Demikian data World Travel and Tourism Council, seperti disebutkan pada rilis dari Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, yang dikirim 16 Januari 2019.
Disebutkan juga bahwa dari banyak keunggulan kompetitifnya, seperti jumlah wisatawan yang terus meningkat sebesar 55 persen secara absolut dan sebagai penghasil devisa terbesar.
Pariwisata seringkali diasosiasikan dengan kesenangan, dan wisatawan melihat keamanan dan kenyamanan sebagai satu hal yang esensial dalam berwisata.
Tapi, bencana merupakan salah satu faktor yang sangat rentan mempengaruhi industri pariwisata.
Seoerti disebutkan Sutopo, bahwa industri pariwisata sangat rentan terhadap bencana. Ini terutama jika tidak dikelola dengan baik. “Dampaknya akan mempengaruhi ekosistem pariwisata dan pencapaian target kinerja pariwisata,” tulisnya.
Beberapa kejadian bencana, misalnya telah menyebabkan dampak industri pariwisata, antara lain:
1. Erupsi Gunung Merapi tahun 2010, telah mengakibatkan penurunan jumlah kunjungan wisatawan di beberapa obyek wisata di Yogyakarta dan Jawa Tengah mencapai hampir 50 persen.
2. Bencana kebakaran hutan dan lahan pada Agustus hingga September 2015 menyebabkan 13 bandara tidak bisa beroperasi karena jarak pandang pendek dan membahayakan penerbangan. Bandara harus tutup, berbagai event internasional ditunda, pariwisata betul-betul tertekan. Industri airline, hotel, restoran, tour and travel, objek wisata dan ekonomi yang di-drive oleh sektor ini pun terganggu.
3. Erupsi Gunung Agung di Bali tahun 2017 menyebabkan 1 juta wisatawan berkurang dan kerugian mencapai Rp 11 trilyun di sektor pariwisata.
4. Gempa Lombok yang beruntun pada tahun 2018 menyebabkan 100.000 wisatawan berkurang dan kerugian Rp 1,4 trilyun di sektor pariwisata.
5. Tsunami di Selat Sunda pada 22 Desember 2018 menyebabkan kerugian ekonomi hingga ratusan miliar di sektor pariwisata. Bencana menyebabkan efek domino berupa pembatalan kunjungan wisatawan hingga 10 persen. Sebelum dilanda tsunami, tingkat hunian atau okupansi hotel dan penginapan di kawasan wisata Anyer, Carita, dan Tanjung Lesung mencapai 80–90 persen.
Selanjutnya, Sutopo juga wanti-wanti soal rencana pembangunan 10 Bali Baru atau 10 destinasi pariwisata prioritas yang akan dibangun yaitu Danau Toba, Tanjung Lesung, Tanjung Kelayang, Kepulauan Seribu dan Kota Tua, Borobudur, Bromo Tengger Semeru, Wakatobi, Mandalika, Morotai dan Labuan Bajo hendaknya mengkaitkan mitigasi dan pengurangan risiko bencana sehingga daerah pariwisata tersebut aman dari bencana. “Faktanya 8 dari 10 daerah prioritas pariwisata tersebut berada pada daerah yang rawan gempa, dan sebagian tsunami,” tulisnya lagi.
Koordinasi perlu dilakukan dengan berbagai pihak. Pentahelix dalam pembangunan pariwisata dan penanggulangan bencana harus didukung pemerintah, dunia usaha/usahawan, akademisi, masyarakat, hingga dan media. “Risiko bencana dapat dikurangi sehingga dampak bencana dapat diminimumkan dengan upaya mitigasi dan pengurangan bencana,” kata Sutopo.
Sumber: Tempo