SUKABUMIUPDATE.com - Hasil survei pengukuran tingkat kebahagiaan yang dirilis Badan Pusat Statistik pada pertengahan Agustus lalu ramai diperbincangkan. Survei itu menemukan responden lajang lebih bahagia dibanding mereka yang sudah menikah. Lantas, apakah sebaiknya seseorang hidup melajang? Tidak sesederhana itu.
Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto menjelaskan, indeks kebahagiaan dibagi menjadi tiga dimensi, yaitu kepuasan hidup, yang antara lain diukur dari kesehatan, pendapatan, dan pendidikan; perasaan (senang, gembira, tidak tertekan); serta makna hidup (pengembangan diri, tujuan hidup, dan kemandirian).
Dimensi kepuasan hidup dibagi lagi menjadi dua subdimensi, yaitu kepuasan hidup personal dan sosial.
Kepuasan hidup para lajang, menurut Suhariyanto, sangat tinggi secara personal. Mereka pun memiliki makna hidup yang lebih tinggi lantaran leluasa mengembangkan diri, lebih mandiri, dan memiliki tujuan hidup.
Namun para lajang tertinggal dalam subdimensi kepuasan hidup sosial yang diukur berdasarkan parameter keharmonisan keluarga, hubungan sosial, dan kondisi keamanan. “Mereka yang sudah menikah memiliki hubungan keluarga yang lebih harmonis serta hubungan sosial yang lebih tinggi,†katanya kepada Tempo, 4/9..
Psikolog keluarga Irma Gustiana menyatakan mereka yang belum menikah memiliki kebebasan lebih besar dibanding mereka yang sudah menikah. Ia melihat inilah yang membuat orang yang lajang memiliki kebahagiaan lebih tinggi dibandingkan yang sudah menikah.
Sebaliknya, mereka yang sudah menikah harus memikirkan perasaan pasangannya dan tak boleh egois. “Kalau masih single, bisa mikirin diri sendiri, tak harus berbagi rasa dengan orang lain,†ucapnya.
Dia mengimbuhkan, orang yang belum menikah cenderung memiliki tanggung jawab yang rendah. Sedangkan mereka yang menikah memiliki tanggung jawab lebih besar secara relasi, finansial, dan spiritual.
Kalau begitu, apakah melajang lebih baik ketimbang menikah? Irma mengatakan hal tersebut bukan saran yang tepat. Alasannya, menikah adalah salah satu cara untuk melestarikan manusia di muka bumi, sarana beribadah, dan upaya menjaga diri dari pergaulan bebas.
Supaya orang yang menikah tetap berbahagia, dia menyarankan tiap individu mencari sumber kebahagiaan lain. Misalnya, sumber kebahagiaan yang datang dari keluarga, teman, olahraga, bepergian, atau mempunyai koleksi tertentu. “Jadi, kalau kehilangan satu sumber kebahagiaan, ada sumber lain yang bisa membuatnya terus menjadi bahagia.â€
Sumber : Tempo
Â