SUKABUMIUPDATE.com - Tumpukan lemak di bagian tubuh membuat perempuan kurang merasa percaya diri. Tak jarang lemak dapat terlihat dengan jelas saat berpakaian, sehingga merusak penampilan. Berbagai cara dapat dilakukan untuk menyingkirkan lemak, misalnya dengan diet ketat atau sedot rutin.
Ada dua jenis lemak yang perlu diketahui yaitu lemak dalam dan lemak luar. Lemak dalam adalah lemak yang membungkus organ tubuh bagian dalam, yang dapat menganggu kesehatan. Jenis lemak ini dapat disingkirkan dengan diet atau olahraga.
Sedangkan lemak yang mengganggu penampilan adalah lemak luar yang berada di bawah kulit. Lemak luar ini relatif sulit dihilangkan hanya dengan diet atau olahraga. Ini karena baik diet maupun olahraga hanya mampu mengurangi ukuran lemak tapi tidak dapat mengurangi jumlah lemak yang ada di dalam tubuh.
Lemak luar dapat disingkirkan dengan metode bedah atau liposuction dan metode tanpa pembedahan lipolysis. Metode tanpa pembedahan yang kini sedang digandrungi adalah dengan menggunakan coolsculpting. Metode ini diklaim dapat menyingkirkan lemak lebih aman bagi tubuh.
“Sekali treatment 20-30 persen sel lemak pasti mati,†ujar pakar estetika dan kecantikan dr. Olivia Ong saat ditemui di Jakarta Aesthetic Clinic, Jakarta, Selasa 6 Juni 2017. Cara kerja metode coolsculptinga adalah dengan memaparkan bagian tubuh yang berlemak dengan suhu dingin sampai sekitar minus 10 derajat selama 45 menit.
Dengan paparan suhu dingin ini lemak dapat meluruh perlahan melalui keringat atau urin. Butuh waktu sekitar dua sampai tiga bulan untuk melihat hasil dari metode coolsculpting ini. Menurut dr. Olivia Ong setelah melakukan coolsculpting pasiennya disarankan untuk banyak mengkonsumsi air putih serta berolahraga untuk mempercepat proses peluruhan lemak secara alami dari dalam tubuh. Setelah itu akan terlihat perubahan bentuk tubuhnya.
Metode peluruhan lemak ini dapat dilakukan pada bagian dagu, lengan, perut dan paha. Meski kulit terpapar suhu dingin kulit tidak akan menjadi kendur. “Tidak ada perubahan kadar kolesterol dalam darah, tidak akan berpengaruh pada kulit dan organ lainnya,†ujar dr. Olivia Ong.
Sumber: Tempo