SUKABUMIUPDATE.com - Jika sebelumnya Anda ragu-ragu untuk menyantap mi instan karena kandungan bahan pengawet yang ada di dalamnya, kini ada beberapa cara untuk mengakali mi instan agar menjadi sajian yang menyehatkan.
Alih-alih menyajikan mi instan dengan bentuk protein seperti ikan atau daging, akan jauh lebih baik jika mengombinasikan mi instan dengan sayuran. Menurut seorang pakar nutrisi bernama Patrick Holford, setidaknya setengah piring Anda harus berisi sayuran.
“Sayuran harus memenuhi setengah piring Anda. Apapun hidangannya, sayuran wajib ada. Dalam tradiri diet di Cina pun demikian. Mereka gemar menyantap mi instan dengan sayur ketimbang daging atau ikan.†jelas Holford.
Holford juga menjelaskan sayur yang digunakan cukup satu atau dua jenis saja, tidak perlu terlalu banyak. Fungsi sayuran tersebut juga bukan hanya hiasan melainkan penyeimbang zat-zat kimia jahat dalam mi instan.
Mi kangkung. Terdengar sederhana namun ternyata lezat dan mengenyangkan. Kandungan vitamin A yang terdapat dalam kangkung penting untuk menjaga kesehatan mata. 100 gram kangkung yang Anda tambahkan pada mi instan Anda mengandung zat besi untuk menambah hemoglobin sehingga mencegah sekaligus mengurangi anemia. Tidak hanya itu, meski terdengar sepele, 100 gram kangkung yang Anda tambahkan dalam sajian mi instan Anda juga mengandung banyak vitamin C yang baik untuk menangkal serangan flu.
Untuk membuat sajian mi instan kangkung Anda lebih menggiurkan, setidaknya Anda harus menambahkan rempah dan bahan lain seperti bawang putih, jahe, ketumbar, kemiri, lengkuas, kunyit, daun salam, daun jeruk serai dan tahu atau bentuk protein lain seperti udang.
Cara membuatnya pun cukup mudah. Semua rempah yang sudah dihaluskan ditumis hingga wangi, masukan sedikit air yang sudah dicampur dengan tepung beras, tujuannya agar kuahnya kental. Setelah itu, Anda dapat langsung memasukkan mi instan, kangkung dan tahu ke dalam wajan, masak hingga layu dan siap disajikan.
Kini tidak perlu lagi khawatir menyantap mi instan favorit Anda. Yang perlu diingat adalah tidak mengonsumsinya setiap hari meski disajikan dengan sayuran.
Â
Sumber: Tempo