SUKABUMIUPDATE.com - Sebaiknya pendidikan di dalam keluarga diterapkan sebelum anak-anak masuk pada lingkungan berikutnya. Sebab, sekolah dan lingkungan baru akan mempengaruhi psikologis anak. Misalnya, menyontek di sekolah, menjadi hal aneh buat keluarga yang sejak awal menekankan anaknya untuk jujur.
Jika si anak terpengaruh dan ikut menyontek, lebih baik didiskusikan. "Kenapa menyontek, apakah susah ujiannya, yang mana yang tak bisa dikerjakan," kata Diena Haryana, Ketua Yayasan Semai Jiwa Amini. Model pendekatan seperti ini akan membuat si anak terbuka, dan orang tua punya kesempatan menghadang ketidakjujuran menjadi kebiasaan.
Meski demikian, bila ada laporan dari guru tentang si anak menyontek lagi, perlu komitmen antara anak dan orang tua. "Misalnya tak nonton televisi atau tak boleh main," ujar Diena. Tujuannya, anak paham akan kesalahannya dan membuat hal yang disukainya dilarang.
Pengajar psikologi Universitas Indonesia, Tjut Rifameutia, mengatakan apa pun yang dilakukan anak, orang tua adalah cermin pertama tingkah laku mereka. Karena itu, orang tua mesti mengenali karakter anak dan memahami nilai-nilai apa yang ingin dikembangkan bagi mereka. "Mama dan papa adalah guru pertama anak-anak," katanya.
Dalam tahap psikologis, perkembangan penting anak terjadi pada usia 5 tahun. "Saat itu anak-anak menyerap apa pun yang dilakukan orang tuanya," ujar Tjut. Orang tua, dia melanjutkan, semestinya mencontohkan bagaimana bicara jujur satu sama lain, termasuk kepada anak.
Misalnya, Tjut melanjutkan, jika ayah atau ibu berbuat salah, maka dia harus jujur mengakui kemudian meminta maaf. "Dari sini pembentukan karakter anak akan terjadi. Setidaknya, kalau anak berbuat salah dan memilih merahasiakannya, akan ada konflik batin dan orang tua bisa mendeteksinya," ujarnya.
Berikut langkah yang dapat dilakukan orang tua bila anak ketahuan berbohong atau menyontek:
1. Jangan langsung dimarahi atau dihukum
Bila baru sekali terjadi, jangan dihukum. Ajak anak dialog, mengapa dia melakukan hal itu. Beri alasan mengapa tak boleh melakukan hal itu. Misalnya, tak menghargai diri sendiri atau karena manusia punya akal budi sehingga bisa bila berusaha.
2. Utamakan proses
Tekankan, bukan soal nilai yang diinginkan orang tua, melainkan usaha anaknya. Jangan memarahi anak bila sudah belajar tapi nilainya kurang memuaskan. Tanya apa kesulitan si anak. Ajarkan anak lebih banyak untuk hal yang kurang dikuasai.
3. Jika perbuatan terulang
Bila ketahuan menyontek lagi, beri sanksi yang positif. Misalnya tidak melakukan aktivitas yang dia sukai selama beberapa waktu. Sebagai gantinya, ajak belajar bersama dan tekankan kepercayaan diri kepadanya.
4. Diskusi dengan anak
Beri waktu senggang, ajak anak mengobrol tentang apa yang terjadi di sekolah, sehingga ada gambaran bagaimana lingkungan sekolahnya.
5. Orang tua proaktif
Orang tua proaktif meminta guru memberi tahu bila anaknya menyontek atau berbohong.
Â
Sumber: Tempo