Jalan Penghubung Desa di Tegalbuleud Sukabumi Rusak, UPTD PU: Sudah Diusulkan

Sukabumiupdate.com
Minggu 27 Apr 2025, 19:26 WIB
Kondisi jalan penghubung desa Bangbayang dan Nangela di Tegalbulued Kabupaten Sukabumi rusak | Foto : Istimewa

Kondisi jalan penghubung desa Bangbayang dan Nangela di Tegalbulued Kabupaten Sukabumi rusak | Foto : Istimewa

SUKABUMIUPDATE.com - Warga di Desa Nangela dan Desa Bangbayang, Kecamatan Tegalbuleud, Kabupaten Sukabumi, harus menghadapi kondisi jalan rusak parah di ruas Cibugel–Bangbayang. Akibatnya, aktivitas warga di dua desa tersebut seringkali terkendala, baik saat mengakses pusat kesehatan, pendidikan maupun mengangkut hasil pertanian.

Kepala Bagian Tata Usaha UPTD PU Wilayah Sagaranten, Ami Amelia, membenarkan bahwa ruas jalan tersebut merupakan jalan kabupaten.

"Benar, itu jalan kabupaten, ruas Cibugel–Bangbayang dengan panjang 24 kilometer. Dari total panjang itu, yang dalam kondisi bagus hanya sekitar 8 kilometer, sementara 16 kilometer sisanya mengalami kerusakan berat," ujar Ami Amelia saat dikonfirmasi sukabumiupdate.com, Minggu (27/04/2025).

Ami menjelaskan, pihaknya telah mengusulkan perbaikan jalan tersebut setiap tahun. "Sudah diusulkan setiap tahun. Di ruas itu juga terdapat tiga jembatan gantung yang kondisinya rusak, salah satunya bahkan tergerus banjir Sungai Cigugur. Ada tiga Jembatan; jembatan Cigugur, jembatan Cicurug, serta jembatan Cilantung," tambahnya.

Sementara itu, Dadun (31 tahun), warga Kampung Bojongwaru 2, Desa Nangela, mengungkapkan bahwa ruas jalan ini merupakan akses utama penghubung antara Desa Nangela dan Desa Bangbayang.

Baca Juga: Warga Sagaranten Sukabumi Dikabarkan Hilang Usai Pergi ke Sawah

"Memang dari arah Kampung Cibugel dan Cimahpar sepanjang masing-masing sekitar 4 kilometer sudah diaspal. Tapi di tengah-tengahnya, kondisinya rusak parah, apalagi saat musim hujan, kendaraan biasa sulit melintas," kata Dadun.

Menurut Dadun, warga yang sakit atau ibu hamil terpaksa harus ditandu untuk menuju ke fasilitas kesehatan. Untuk mencapai jalan aspal di Kampung Cimahpar, warga harus menempuh jarak sekitar 5–6 kilometer dengan kondisi jalan berlumpur, penuh semak belukar, serta harus menyeberangi sungai.

"Ada dua sungai besar yang harus dilalui, Sungai Cicurug dan Sungai Cigugur. Saat musim hujan dan banjir, kondisi menjadi makin sulit. Bahkan banyak sungai kecil lainnya yang harus dilalui di perjalanan," tambah Dadun.

Kondisi ini menyebabkan tiga kampung yakni Bojongwaru 1, Bojongwaru 2, dan Selaeurih, yang dihuni sekitar 300 kepala keluarga, menjadi nyaris terisolir. Jalan tersebut menjadi jalur utama untuk akses kesehatan, pendidikan, sosial, dan pengangkutan hasil pertanian.

Para petani terpaksa mengangkut hasil panennya seperti kapol, kacang tanah, dan pisang tanduk menggunakan sepeda motor modifikasi atau "engkreg". Biaya pengangkutan pun membebani mereka.

"Kalau musim kemarau, biaya angkut sekitar Rp1.000 per kilogram. Tapi kalau musim hujan, bisa naik jadi Rp1.500 hingga Rp2.000 per kilogram. Jadi, banyak petani yang habis penghasilannya hanya untuk biaya angkut," keluh Dadun.

"Kami berharap pemerintah daerah baik kabupaten, maupun provinsi segera memberikan perhatian serius terhadap perbaikan jalan dan jembatan di wilayah tersebut demi memperlancar akses warga untuk berbagai kebutuhan dasar," pungkasnya. (Adv)

Berita Terkait
Berita Terkini