Peluru Nyasar Akhiri Hidup Petani Sukabumi, Tangisan Pilu Hingga Pelaku Ditangkap

Sukabumiupdate.com
Minggu 27 Apr 2025, 12:40 WIB
Peluru Nyasar Merenggut Nyawa Otib, Petani Sukabumi. (Sumber : Sukabumiupdate.com).

Peluru Nyasar Merenggut Nyawa Otib, Petani Sukabumi. (Sumber : Sukabumiupdate.com).

SUKABUMIUPDATE.com - Sebuah tragedi memilukan menimpa Otib, seorang petani berusia 60 tahun asal Kampung Cipancur, Desa Kademangan, Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi. Pada Selasa malam, 22 April 2025, nyawa Otib melayang setelah tubuhnya ditembus peluru nyasar.

Saat kejadian, Otib tengah beristirahat bersama istrinya, Eem (55 tahun), di sebuah saung sederhana di lahan Perhutani Cisujen Blok 10, Desa Sumberjaya, Kecamatan Tegalbuleud, Kabupaten Sukabumi. 

Saung itu, yang seharusnya menjadi tempat berteduh, berubah menjadi saksi bisu tragedi berdarah. Peluru nyasar tersebut diketahui berasal dari senjata milik JF, seorang pemburu babi hutan asal Bogor.

Malam yang sunyi dan dingin mendadak berubah menjadi mencekam. 22 April 2025 sekitar pukul 23.00 WIB, tembakan yang seharusnya ditujukan kepada seekor babi hutan malah meleset dan mengenai Otib, yang saat itu tengah berada di saung.

Teriakan histeris Eem memecah keheningan malam, sementara JF dan rombongannya terkejut menyadari kesalahan fatal yang terjadi. Dalam kondisi panik, mereka segera mengevakuasi Otib menggunakan mobil milik JF. Namun, kondisi Otib terus memburuk sepanjang perjalanan.

Pada Rabu, 23 April 2025, sekitar pukul 05.30 WIB, Otib akhirnya tiba di RSUD Jampangkulon. Sayangnya, karena lukanya yang parah, ia harus dirujuk ke RSUD R Syamsudin SH di Kota Sukabumi. Namun, upaya penyelamatan tidak membuahkan hasil.

Di hari yang sama, pukul 12.30 WIB, proses autopsi dilakukan di RSUD R Syamsudin SH. Hasil pemeriksaan menunjukkan luka tembak yang dalam menjadi penyebab kematian Otib, seorang pria sederhana yang hanya ingin mencari nafkah bagi keluarganya.

Setelah autopsi selesai, jenazah Otib diserahkan kembali kepada keluarganya sekitar pukul 17.00 WIB. Pada malam harinya, jenazah tiba di rumah duka dan dimakamkan di TPU Cigablog, Desa Kademangan, sekitar pukul 22.00 WIB. Kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi keluarga dan para tetangganya.

Penangkapan Pelaku JF dan Penyitaan Senjata

Pelaku penembakan, JF, saat ini telah diamankan dan mendekam di tahanan polisi. Senjata yang digunakannya dalam insiden tersebut turut disita sebagai barang bukti. Pihak kepolisian memastikan proses hukum akan dijalankan, meskipun luka emosional keluarga korban tentu tak akan mudah terobati.

Adapun senapan yang menjadi barang bukti adalah Christensen Arms 308 CA TAC 10 Multi-Caliber dengan nomor seri CASX2255. Senjata ini kini menjadi fokus penyelidikan dalam kasus tewasnya Otib, petani berusia 60 tahun asal Kecamatan Tegalbuleud, Kabupaten Sukabumi.

Otib dan Kesaksian Penuh Tangis dari Eem

Otib, seorang petani asal Kampung Cipancur, Desa Kademangan, Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi, biasa menghabiskan waktu bertani bersama istrinya, Eem (55 tahun), sekaligus bermalam di sebuah saung sederhana yang berada di lahan Perhutani Cisujen Blok 10, Desa Sumberjaya, Kecamatan Tegalbuleud.

Pada malam Selasa, 22 April 2025, sebelum pukul 23.00 WIB, beberapa pemburu sempat mendekati Eem untuk menanyakan keberadaan babi hutan di sekitar ladang tersebut. 

Tak lama berselang, suara letusan senjata terdengar dari arah ladang. Eem yang masih terjaga mengira para pemburu telah mengenai target mereka. Namun, kenyataannya, peluru justru mengenai suaminya sendiri.

Empat orang pemburu mendekat ke lokasi kejadian. Tiga di antaranya merupakan warga Desa Sumberjaya, sementara satu pemburu lainnya berasal dari Bogor, meski memiliki rumah di Kampung Cipangparang, Desa Nangela, Kecamatan Tegalbuleud. Pria berinisial JF ini diduga sebagai orang yang melepaskan tembakan fatal tersebut.

Dalam suasana penuh kepanikan dan duka, Eem menangis pilu. Otib yang sedang beristirahat di saung terkena peluru nyasar itu. Di tengah upaya menyelamatkan suaminya, Otib sempat meminta air minum, yang kemudian diberikan Eem sebanyak dua kali, bahkan sempat disuapi makanan. Namun, kondisi Otib yang sudah kritis membuatnya sulit menelan.

Sambil terus mengusap kepala sang suami, Eem membisikkan doa-doa penuh harapan. Tak lama setelah Uwa Ibro dan istrinya tiba di saung, Otib diduga telah menghembuskan napas terakhir, meninggalkan Eem dan dua anak perempuan mereka dalam duka mendalam.

Saung yang selama ini menjadi tempat berlindung bagi keluarga kecil itu kini berubah menjadi saksi bisu sebuah tragedi. Tiang-tiang bambu dan atap ilalangnya kini menyimpan kenangan pahit. Eem yang menetap di rumah panggung di Kampung Cipancur, berikrar untuk tidak lagi kembali ke hutan, tempat suaminya meregang nyawa.

 

Berita Terkait
Berita Terkini