Otib dan Luka Menembus Paru, Misteri Keberadaan Proyektil dalam Kematian Petani Sukabumi

Sukabumiupdate.com
Jumat 25 Apr 2025, 15:29 WIB
Ilustrasi peluru. | Foto: Pixabay/Caruizp

Ilustrasi peluru. | Foto: Pixabay/Caruizp

SUKABUMIUPDATE.com - Teka-teki besar menyelimuti kematian Otib (60 tahun), petani korban peluru nyasar di Kecamatan Tegalbuleud, Kabupaten Sukabumi. Otib meninggal dunia pada Selasa malam, 22 April 2025, setelah tertembak oleh JF yang kini telah ditahan. Namun hasil autopsi memicu pertanyaan tentang keberadaan proyektil yang mematikan itu.

JF dituding lalai menerapkan prosedur keselamatan saat berburu babi hutan hingga menyebabkan peluru salah sasaran. Meski keterangan polisi menyebut tembakan itulah yang diduga menewaskan Otib, hasil autopsi tim forensik RSUD R Syamsudin SH Kota Sukabumi menyatakan tidak ditemukan proyektil atau benda asing apa pun dalam tubuh korban.

Ketua tim dokter forensik RSUD R Syamsudin SH dr Nurul Aida Fathya mengungkapkan luka pada punggung Otib yang berdasarkan karakteristiknya disebabkan kekerasan tumpul memiliki panjang kurang lebih 18 sentimeter. Posisi lukanya membentang dari kanan ke kiri dan melintasi garis tengah tubuh. Aida memastikan timnya tidak menemukan benda apa pun.

Lokasi saung Otib diduga tewas tertembak di lahan Perhutani Cisujen Blok 10, Desa Sumberjaya, Kecamatan Tegalbuleud, Kabupaten Sukabumi. | Foto: IstimewaLokasi saung Otib tertembak di lahan Perhutani Cisujen Blok 10, Desa Sumberjaya, Kecamatan Tegalbuleud, Kabupaten Sukabumi. | Foto: Istimewa

Baca Juga: 23 Jam Tragedi Sukabumi: Tembakan Maut Peluru Nyasar hingga Duka di Pemakaman Otib

"Ditemukan adanya luka pada area punggung. Lukanya cukup dalam karena menimbulkan kerusakan pada organ dalam dan ada banyak perdarahan, kelihatan di pakaian. Beberapa organ juga tampak pucat. Ukurannya cukup besar, sekitar 18 sentimeter, (kedalamannya) sampai organ dalam, sampai rongga tubuh," kata dia kepada wartawan, Rabu malam, 23 April 2025.

"Penyebab kematiannya adalah kekerasan tumpul di daerah punggung yang menyebabkan kerusakan pada paru dan menimbulkan perdarahan," lanjut Aida.

Keberadaan proyektil menjadi titik krusial dalam penyelidikan ini. Jika peluru benar tidak ditemukan, bagaimana luka itu bisa terbentuk? Publik mendesak kepolisian untuk segera memberikan jawaban yang jelas atas misteri tersebut. Setiap detik yang berlalu tanpa kejelasan hanya menambah kecemasan dan spekulasi di masyarakat.

Kasatreskrim Polres Sukabumi Iptu Hartono sebelumnya mengatakan pihaknya telah menyita barang bukti dalam kejadian ini, termasuk senjata dan peluru yang digunakan JF. Tetapi belum ada penjelasan apakah peluru yang dimaksud adalah yang bersarang pada tubuh Otib atau bukan. Hingga kini, JF menjadi satu-satunya pelaku yang ditahan.

Baca Juga: Luka Menganga di Punggung Tembus Paru, Petani Sukabumi Diduga Jadi Korban Peluru Nyasar

Otib sendiri adalah warga Kampung Cipancur, Desa Kademangan, Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi. Bersama istrinya, Eem (55 tahun), ia sering bertani dan bermalam di tempat kejadian atau sebuah saung di lahan Perhutani Cisujen Blok 10, Desa Sumberjaya, Kecamatan Tegalbuleud.

Selasa itu, tepatnya sebelum pukul 23.00 WIB, sejumlah pemburu sempat bertanya kepada istri Otib soal posisi babi hutan di sekitar wilayah tersebut. Tidak lama, terdengar suara tembakan dari arah ladang. Eem yang masih terjaga menduga para pemburu berhasil menembak babi, namun ternyata suaminya yang menjadi korban.

Empat pemburu kemudian muncul di tempat kejadian, tiga di antaranya warga Desa Sumberjaya, sedangkan satu lainnya dari Bogor, tetapi memiliki rumah di Kampung Cipangparang, Desa Nangela, Kecamatan Tegalbuleud. Orang tersebut yang kini diketahui berinisial JF, diduga menjadi juru tembak dalam pemburuan.

Beberapa jam Otib dibiarkan di lokasi dengan luka yang dideritanya. Baru sekira pukul 03.00 WIB, ia diangkut mobil pemburu sampai ke jalan raya, lalu dipindahkan ke ambulans untuk dibawa ke RSUD Jampangkulon dan tiba sekira pukul 05.30 WIB. Jenazah Otib selanjutnya dirujuk ke RSUD R Syamsudin SH untuk diautopsi.

Berita Terkait
Berita Terkini