SUKABUMIUPDATE.com - Berusia 111 tahun pada 1 April 2025, pemerintah daerah mengangkat tema Ayeuna Waktunya Kota Sukabumi Bercahaya. Tema pilihan duet kepemimpinan baru Kota Sukabumi, Ayep Zaki dan Bobby Maulana.
Dilansir dari portal resmi pemkot sukabumi, Peringatan Hari Jadi ke-111 Kota Sukabumi menjadi momentum penting yang disambut dengan penuh khidmat dan semangat oleh seluruh elemen masyarakat. Pemerintah Kota Sukabumi memulainya dengan menggelar upacara ziarah rombongan di Taman Makam Pahlawan Suryakencana pada Kamis, 10 April 2025.
Kegiatan ini sebagai bentuk penghormatan mendalam atas jasa para pahlawan yang telah mengorbankan jiwa dan raganya demi kemerdekaan serta pembangunan negeri, khususnya di Kota Sukabumi. Upacara tersebut dipimpin langsung oleh Wali Kota Sukabumi, H. Ayep Zaki. Hadir juga Wakil Wali Kota Sukabumi, unsur Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), jajaran instansi pemerintah, organisasi masyarakat, mahasiswa, hingga pelajar dari berbagai sekolah.
Baca Juga: Pucuk Pimpinan Yonif 310/KK Resmi Berganti, Letkol Inf Beny Gantikan Letkol Inf Andrik
Ziarah rombongan ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan peringatan Hari Jadi ke-111 Kota Sukabumi. Masih di hari yang sama, digelar Rapat Paripurna DPRD Kota Sukabumi dalam rangka Hari Jadi ke-111, di Ruang Rapat Paripurna DPRD.
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi hadir dalam momen ini, bersama Wali Kota Ayep Zaki, Wakil Wali Kota Bobby Maulana, dan Asisten Pemerintahan dan Kesra Jawa Barat Kusmana Hartadji. Unsur Forkopimda dan tokoh masyarakat juga tampak memadati ruangan rapat.
Tema yang diangkat dalam peringatan tahun ini adalah "Ayeuna Waktunya Kota Sukabumi Bercahaya." Sebuah tema yang menyiratkan harapan dan ajakan untuk menjadikan kota ini bersih, cerdas, harmonis, agamis, dan berdaya.
Baca Juga: 30 Bungkus Obat Batuk Berserakan di Lapang Cikangkung Sukabumi, Muncul Dugaan Penyalahgunaan
Dalam sambutannya, Ayep Zaki menjelaskan bahwa sejak berdiri pada 1 April 1914, Kota Sukabumi telah melalui perjalanan panjang penuh dinamika. Setiap masa meninggalkan jejak dan pelajaran berharga.
Para pemimpin kota dari masa ke masa terus berusaha menjadikan Sukabumi sebagai kota yang “Reugreug Pageuh Répéh Rapih”. Untuk itu, diperlukan pemahaman terhadap nilai dasar dan pondasi berdirinya kota ini.
Ia menyebut bahwa awal mula Kota Sukabumi dikenal dengan istilah "Kota Praja", yang berarti kota yang dibangun untuk memberi pelayanan dan ketentraman bagi masyarakat. Kata "praja" sendiri merujuk pada rakyat.
Baca Juga: Sejarah Jembatan Kuning Bagbagan Sukabumi, Saksi Bisu Ambisi Belanda di Masa Kolonial
Maka dari itu, pembangunan Kota Sukabumi harus selalu mengarah pada kemaslahatan rakyatnya. Wali Kota Sukabumi mengajak seluruh elemen kota untuk mewujudkan masyarakat yang kuat secara lahir dan batin.
Ketika masyarakat kokoh secara spiritual dan material, maka kedamaian bisa terwujud. Damai bukan berarti sunyi, melainkan kondisi masyarakat yang tentram dan sejahtera. Dengan ketenangan itulah, pembangunan kota dapat berjalan lebih baik. Di masa depan, Kota Sukabumi diharapkan bisa menjadi tempat yang bersih, terang, dan penuh harapan.
Ayep menambahkan, setelah damai terwujud, maka masyarakat akan menjadi tertib dan hidup dalam harmoni. Ia mengutip pepatah Sunda "Ka cai jadi saleuwi, ka darat jadi salebak" sebagai simbol persatuan dan kerukunan.
Baca Juga: Daftar Pengisi Suara Film Jumbo, yang Berhasil Meraih 1,8 Juta Penonton
Ia menggambarkan kondisi ideal masyarakat sebagai sebuah komunitas yang menjunjung tinggi nilai saling asah, asih, dan asuh. Nilai ini menurutnya perlu terus ditumbuhkan di tengah kehidupan modern.
Ayep juga menyampaikan bahwa jika kondisi kota telah kokoh dan damai, maka Sukabumi bisa menjadi kota yang mandiri dan sejahtera. Salah satu indikatornya adalah meningkatnya Pendapatan Asli Daerah (PAD).
PAD yang meningkat mencerminkan kemampuan kota dalam membiayai kebutuhan pembangunan secara mandiri. Kota yang mandiri adalah kota yang memiliki harga diri dan nilai.
Baca Juga: Sunda Sukabumi, 7 Cara Membiasakan Anak Berbahasa Daerah untuk Komunikasi Sehari-hari
Namun, lanjut Ayep Zaki, membangun kota bukan hanya soal narasi besar. Ia menekankan pentingnya kerja nyata dan kolaborasi seluruh unsur pemerintah dan masyarakat.
Gagasan Panca Waluya yang sering digaungkan oleh Gubernur Jawa Barat, Kang Dedi Mulyadi, menurut H. Ayep Zaki sangat relevan untuk diterapkan di Kota Sukabumi. Lima nilai dalam Panca Waluya yaitu cageur, bageur, bener, pinter, dan singer.
Baca Juga: Warga dan Pemdes Mekarsari Sukabumi Gotong Royong Perbaiki Jalan Rusak
Kelima nilai ini menjadi fondasi pembangunan manusia yang ideal, mencakup kesehatan, pendidikan, moral, dan ketangguhan sosial. Hal ini selaras dengan visi Kota Sukabumi.
Visi tersebut adalah mewujudkan masyarakat yang inovatif, mandiri, agamis, dan nasionalis. Menurut H. Ayep Zaki, Hari Jadi ke-111 menjadi momentum untuk merekatkan kembali semangat gotong royong dan kebersamaan.
Ia menyampaikan bahwa angka 111 bisa dimaknai sebagai simbol kekompakan, kolaborasi, dan sinergitas seluruh pihak dalam membangun kota. Sukabumi harus bersatu sebagai sebuah keluarga besar.
Baca Juga: Mutasi Kendaraan ke Jabar Bebas Pajak Satu Tahun, Simak Ini Syaratnya!
Kekuatan Sukabumi, lanjut Ayep, juga bersumber dari tradisi dan budaya lokal. Adat istiadat yang diwariskan para leluhur Sunda menjadi ciri khas yang memperkaya identitas kota ini.
Kini saatnya kembali menelusuri dan menghidupkan kembali nilai-nilai tradisi yang mencerminkan karakter masyarakat Sunda. Saatnya Kota Sukabumi menunjukkan sinarnya.
Ayep mengajak seluruh warga untuk membangun masyarakat yang sehat, cerdas, baik, benar, dan tangkas. Semua itu harus diwujudkan dengan sikap saling menghargai dan meneladani.
Baca Juga: Waspadai! 8 Ciri Pemimpin Buruk yang Bisa Merusak Organisasi dari Dalam
Ia mengingatkan pentingnya sikap saling asah, asih, dan asuh dalam kehidupan bermasyarakat. Keteladanan dan kasih sayang adalah kunci membentuk masyarakat beradab.
Tiga prinsip utama yang ia sampaikan yaitu kokoh, tenteram, dan sejahtera sangat erat kaitannya dengan nilai dalam Tri Tangtu di Bhuana, yang mencakup Karesian, Karamaan, dan Karatuan.
Karesian mengacu pada dunia pendidikan, Karamaan pada kehidupan sosial kemasyarakatan, dan Karatuan pada tata kelola pemerintahan. Ketiganya harus berjalan beriringan.
Baca Juga: Pemerintah Siapkan 1.000 Unit Rumah Subsidi untuk Wartawan
Sementara itu, Gubernur Jawa Barat Kang Dedi Mulyadi dalam sambutannya menyampaikan bahwa Sukabumi memiliki potensi besar untuk menjadi kota percontohan dalam pelayanan dasar perkotaan.
Menurutnya, fungsi dasar kota harus dimaksimalkan seperti akses air bersih, listrik, pengelolaan sampah, dan jalan yang rapi. Selain itu, pendidikan pro-rakyat juga harus diperkuat.
Ia menambahkan bahwa pemimpin daerah harus rajin turun ke masyarakat, mendengar langsung kebutuhan warga, dan memastikan pembangunan menyentuh semua lapisan masyarakat.
Baca Juga: Hentikan Penggalangan Dana di Jalan Sukabumi, Dedi Mulyadi: Jangan Ganggu Ketertiban Umum
Melalui semangat peringatan Hari Jadi ke-111 ini, seluruh elemen masyarakat diharapkan dapat menjaga semangat persatuan dan mewujudkan Kota Sukabumi yang benar-benar bercahaya.
Sumber: Portal Pemkot Sukabumi (Ovie - Agung - Kang Warsa - Agus Rustiawandi - Ross Pristianasari)