SUKABUMIUPDATE.com - Kurang lebih sepuluh hektare sawah di Kampung Cimarinjung RT 01/09 Dusun Gunung Batu, Desa Ciwaru, Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi, terendam banjir akibat pendangkalan saluran irigasi Ciporeang-Cimarinjung. Peristiwa ini terjadi pada 7 April 2025 dan menyebabkan kerugian besar bagi para petani karena sawah yang biasanya ditanami tiga kali dalam setahun, kini berubah menjadi genangan air seperti danau.
Ketua Kelompok Tani Sinar Pantai, Eden Permana, mengungkapkan banjir ini adalah dampak dari pendangkalan saluran irigasi yang semakin parah sejak terjadinya dua kali banjir dalam enam bulan terakhir. Material longsoran berupa tanah dan batu dari bencana tersebut menumpuk di aliran Sungai Ciporeang, anak Sungai Cimarinjung, yang menyebabkan aliran air tersumbat.
“Selama lima tahun terakhir, sawah kami sering terendam, tapi yang terparah adalah sekarang. Saluran pembuangan yang dulu dibangun swadaya oleh warga juga tidak berfungsi lagi karena ditutup oleh oknum warga,” kata Eden kepada sukabumiupdate.com, Kamis (10/4/2025).
Baca Juga: Sempat Lumpuh akibat Banjir, Arus Lalin Jalan Nasional di Cisolok Sukabumi Kembali Normal
Eden menyebut Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi sempat membangun irigasi baru sekira satu tahun lalu. Namun, proyek tersebut tidak berjalan optimal karena mendapat penolakan dari sebagian warga yang khawatir aliran air bertekanan tinggi akan meluap ke permukiman mereka.
“Hingga hari ini belum ada tindakan nyata dari pemerintah maupun dinas terkait untuk meninjau lokasi yang terdampak. Padahal ini sawah produktif. Kami pun bingung apakah ini menjadi tanggung jawab Dinas PSDA atau Dinas Pertanian,” ujarnya.
Tak hanya berdampak pada pertanian, banjir juga sering meluap ke permukiman ketika hujan deras mengguyur karena elevasi saluran irigasi lebih tinggi dari permukaan sawah dan rumah warga. Eden berharap pemerintah daerah segera turun tangan melakukan normalisasi saluran irigasi dan menyelesaikan pembangunan saluran pembuangan. Menurutnya, saluran pembuangan sepanjang 50 meter yang dibangun gotong royong oleh warga belum cukup.
“Kami perkirakan dibutuhkan saluran sepanjang 300 meter agar air dapat mengalir lancar dan tidak lagi menggenangi sawah,” katanya.