Sawah Jadi Lumpur! Petani Simpenan Sukabumi Gagal Panen, Tuding Dampak Tambang

Sukabumiupdate.com
Selasa 08 Apr 2025, 12:20 WIB
Lahan sawah di Desa Cihaur, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi, berubah menjadi kubangan lumpur. | Foto: Istimewa

Lahan sawah di Desa Cihaur, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi, berubah menjadi kubangan lumpur. | Foto: Istimewa

SUKABUMIUPDATE.com - Puluhan hektare sawah di Desa Cihaur, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi, berubah menjadi kubangan lumpur. Warga menduga pencemaran ini berasal dari aktivitas alat berat milik perusahaan tambang emas yang beroperasi di sekitar wilayah mereka.

Dalam rekaman video yang beredar, terlihat derasnya aliran air berlumpur menerjang sawah dan permukiman. Aliran itu membawa material dari bukit ke hilir, menyebabkan petak-petak sawah tak lagi hijau, melainkan dipenuhi genangan air kecokelatan.

"Kami tidak butuh ganti rugi. Kami ingin keberadaan perusahaan itu memberi manfaat nyata untuk masyarakat, bukan kerusakan seperti ini," kata Solehudin, salah seorang warga pada 6 April 2025.

Menurutnya, sejak awal pengerukan tanah dilakukan, tak pernah ada sosialisasi. Janji kompensasi pun hanya tinggal janji, tanpa realisasi. "Bisa enggak bisa, harus bisa tambang itu ditutup karena merugikan masyarakat," tegasnya.

Sementara warga lain, Dahlan, mengaku gagal panen akibat sawahnya terendam lumpur. "Ceritanya mau panen, hancur sama lumpur dari perusahaan tambang. Enggak ada tanggung jawab ke masyarakat," kata dia.

Baca Juga: Dinas PU Bersihkan Material Lumpur di Jalan Ahmad Yani Sukabumi Akibat Banjir

Menurutnya, kondisi ini baru terjadi sejak alat berat seperti backhoe mulai beroperasi. Lumpur dari kegiatan tambang mengalir ke sungai dan mencemari area pertanian. "Dulu enggak ada pengerukan, sekarang setelah ada alat berat, limbahnya sangat berdampak, lumpurnya masuk ke sawah, bukan masuk lagi, sudah menutupi sawah," ungkapnya.

Dahlan memperkirakan luas lahan yang rusak mencapai lebih dari 30 hektare. “Enggak ada sosialisasi, enggak ada pemberitahuan, tahu-tahu langsung dikeruk," ujarnya.

Mas Rebo, petani lain di Desa Cihaur, menyebut dampak pencemaran meluas hingga 40 sampai 50 hektare lahan pertanian dan permukiman. "Limbah dari arah perusahaan tambang itu sangat berdampak. Mereka kerja pakai alat berat, dan imbasnya sampai ke sini," ungkap dia.

Ia menyayangkan sikap perangkat desa yang dinilai kurang tanggap. "Pihak desa seharusnya turun langsung, jangan sampai warga yang harus bereaksi duluan," tuturnya.

Hingga kini warga belum dapat menghitung total kerugian, namun mereka meminta perusahaan tambang mengambil langkah konkret. "Kalau memang bisa ditutup, ya tutup saja. Kami merasa sangat dirugikan," kata Rebo.

Berita Terkait
Berita Terkini