SUKABUMIUPDATE.com - Puluhan warga yang berlokasi di kampung Istiqomah, Desa Citepus, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, kini harus bertahan di tenda darurat setelah tempat tinggal dan usaha mereka dibongkar karena terdampak penertiban oleh DLH Kabupaten Sukabumi, pada Selasa (4/2/2025) kemarin.
"Malam ini kita tidur di tenda bertahan di 29 KK, sebanyak 87 jiwa termasuk anak kecil, lansia yang stroke ringan dan ada ibu yang hamil juga. Rata - rata yang tinggal disini 40 tahun, ada yang 70 tahun, lama tinggal paling lama 35 tahun ada," kata Heriyanto (45) penghuni tenda darurat kepada sukabumiupdate.com, Rabu (5/2/2025).
Heriyanto mengungkapkan kekecewaannya atas proses pembongkaran yang dinilai tidak sesuai dengan kesepakatan awal. Menurutnya, pemerintah sebelumnya berjanji akan merelokasi tempat usaha warga terlebih dahulu sebelum melakukan eksekusi lahan. Namun, kenyataannya pembongkaran tetap dilakukan meski relokasi belum siap.
"Kemarin sudah ada kesepakatan, eksekusi baru dilakukan setelah relokasi usaha siap. Tapi ternyata lahan yang dibongkar akan terbengkalai selama setahun sebelum dibangun. Relokasi usaha yang dijanjikan pun belum ada kejelasan," ujarnya.
Baca Juga: Ditertibkan dari TWA Sukawayana Sukabumi, Warung-warung Liar Muncul di Cagar Alam
Lebih lanjut, ia menilai ada unsur kelalaian dalam persiapan lahan relokasi. Warga baru diberitahu tentang lokasi lahan relokasi sehari sebelum eksekusi.
"Ada mau direlokasi di area Batu Kenit, perbatasan Desa Cikakak dan Desa Citepus. Namun, lahan tersebut masih berupa hutan belantara dan belum siap dihuni. Seharusnya lahan ini disiapkan sejak tiga bulan lalu, agar kami bisa pindah dengan layak," ucapnya.
"Lahan itu pun masih harus dibersihkan dengan alat berat karena masih gugunungan (bukit - bukit). Sampai sekarang, baru dua lahan yang siap katanya, sementara kami butuh 29 lahan untuk 29 kk," kata Heriyanto.
Menurunnya, kondisi tenda pengungsian pun jauh dari kata layak. Warga hanya diberikan satu tenda untuk menampung 87 jiwa, tanpa alas tidur yang memadai.
"Kami awalnya bahkan tidak diberi tenda. Saya meminta tenda sejak jam 12 siang, baru dikirim jam 5 sore. Itu pun kami harus memasangnya sendiri," terangnya.
"Tidurnya di atas pasir, debunya banyak, padahal di sini ada balita dan lansia. Kami tidak menolak relokasi, tapi jangan biarkan kami terlantar seperti ini," sambung Heriyanto.
Sementara itu di tempat yang sama, Nia (65), seorang lansia yang sudah tinggal di Kampung Istiqomah selama 25 tahun, mengaku kebingungan harus tinggal di mana setelah rumahnya dibongkar.
Baca Juga: Satpol PP Kawal Penertiban di Kawasan Taman Wisata Alam Sukawayana Sukabumi
"Saya biasanya jualan minuman dingin, kopi, dan makanan ringan. Rumah saya dihuni bersama suami, anak, dan cucu. Tapi setelah dibongkar, saya benar-benar bingung harus kemana, karena saya tidak punya rumah lain," ungkap Nia.
Kepala Desa Citepus, Koswara, mengonfirmasi bahwa kondisi tersebut hanya bersifat sementara karena mereka masih menunggu pembangunan di tempat relokasi.
"Salah satu alasan warga masih tinggal di tenda adalah karena tempat relokasi yang disiapkan belum selesai dibangun,” ujar Koswara.
Ia menambahkan bahwa pemerintah desa telah berupaya merelokasi warga yang benar-benar tidak memiliki tempat tinggal ke lahan garapan sebagai solusi sementara.
“Untuk warga yang tidak memiliki rumah sama sekali, kami relokasi ke tempat lain yang sifatnya tanah garapan. Itu hanya sementara,” jelasnya.