SUKABUMIUPDATE.com - Kepala Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH), Ahmad Haikal Hassan menghadiri Sosialisasi dan Launching Lembaga Pendamping Proses Produk Halal (LPPPH) Doa Bangsa, dan Lembaga Wakaf Doa Bangsa, Jumat (24/1/2025).
Acara yang berlangsung di Aula SMA Doa Bangsa, Karangtengah, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi itu juga dihadiri pendiri Forum Komunikasi Doa Bangsa (FKDB), Ayep Zaki.
Dalam sambutannya, Ayep Zaki memaparkan peran FKDB yang telah bergerak di bidang ekonomi UMKM di 90 kota/kabupaten di Indonesia. Menurutnya, sebagian besar UMKM binaan FKDB fokus pada produksi tempe. "86 persen populasinya di tempe, 14 persen di non-tempe," ujar Ayep Zaki.
Ayep juga menyoroti pentingnya pengembangan literasi wakaf yang menurutnya masih rendah. Dari 10.000 orang, hanya 37 orang yang paham tentang wakaf. Literasi ini hanya 0,37 persen, jelasnya.
Ia menekankan bahwa wakaf bisa menjadi instrumen penting untuk mengatasi kemiskinan dan kebodohan di Indonesia. “Jika 200 juta umat Islam di Indonesia menyisihkan Rp 50 ribu per bulan untuk wakaf, maka akan terhimpun dana yang cukup besar. Dalam 3 tahun ini, saya menargetkan 1 triliun aset wakaf yang bisa dikelola untuk menyelesaikan masalah sosial,” tegasnya.
Baca Juga: Ayep Zaki dan Babe Haikal Kompak Jadikan Sukabumi Kota Wakaf dan Pusat Sertifikasi Halal
Baca Juga: LP3H Doa Bangsa Disemangati Kepala BPJPH untuk Majukan Indonesia Jadi Pusat Halal Global
Sementara itu, Babe Haikal menyoroti pentingnya sertifikasi halal bagi UMKM. Ia menjelaskan bahwa dari 64 juta pelaku usaha di Indonesia, baru 2 juta yang memiliki sertifikat halal. "Kita harus menambah 3 juta lagi tahun ini. Jika target tercapai, kita akan memiliki 5 juta pelaku usaha halal dengan 15-20 juta produk halal. Ini sudah melampaui negara lain," ungkapnya.
Babe Haikal juga menyoroti pentingnya logo halal yang mudah terlihat untuk meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar global. "Dengan logo halal yang eye-catching, produk kita seperti tempe sudah menembus 8 negara. Ini harus terus kita genjot," jelasnya.
Ia juga menekankan bahwa sertifikasi halal bukan hanya kewajiban tetapi juga peluang besar. "Negara dengan mayoritas penduduk Muslim sebesar 240 juta jiwa, harusnya bisa memimpin pasar halal dunia. Tapi faktanya, baru 2 juta produk yang halal. Ini adalah perjuangan kita bersama," ujarnya. (Adv)