SUKABUMIUPDATE.com - Muhammad Sarif Alfian (18 tahun), korban penyiraman air keras yang sempat menemani ibunya, Dedeh, dan adiknya, Angga, dari mulai di RSUD Sekarwangi hingga dirujuk ke RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, kini harus turut menjalani operasi akibat infeksi pada kakinya.
Sarif, yang sebelumnya tampak sehat, akhirnya menyerah pada kondisi kesehatannya setelah terus-menerus mendampingi ibunya yang dirawat intensif.
Menurut Arum, Operator Sistem Gender dan Anak (Opsiga) Komisi Perempuan Indonsia (KPI) cabang Sukabumi, Sarif menunjukkan tanda-tanda sakit sejak Minggu, 5 Januari 2025, ketika dirinya mulai demam ringan saat ibunya akan dirujuk ke Bandung.
"Sarif tetap menunggu ibunya meski kondisinya sudah mulai demam. Sebelumnya, waktu di RSUD Sekarwangi, ia masih biasa saja dan tidak memerlukan tindakan medis," ujar Arum, Rabu (8/1/2025).
Namun, sambung Arum, pada Senin, 6 Januari 2025, kondisi Sarif memburuk. Ia menghubungi relawan dan memberi kabar bahwa dirinya muntah-muntah dan mengalami demam terus-menerus. Hingga pada Selasa pagi, Sarif akhirnya ikut ke RSHS Bandung, di mana ia sempat menjenguk ibunya, Dedeh, yang kondisinya mulai membaik, dan adiknya, Angga, yang perbannya sudah dibuka.
Di sore harinya, saat beristirahat di penginapan di Bandung, kedua kaki Sarif tiba-tiba membengkak parah. "Mungkin karena kecapekan, bolak-balik mengurus ibunya sejak awal sakit. Sarif akhirnya dibawa ke IGD atas rekomendasi dokter bedah plastik yang menangani ibunya dan adiknya," katanya.
Baca Juga: DP3A Intensifkan Koordinasi: Korban KDRT Penyiraman Air Keras di Sukabumi Butuh Bantuan
Setelah diperiksa, Sarif dinyatakan mengalami infeksi pada kakinya dan harus menjalani tindakan operasi. Proses operasi berlangsung pada Selasa malam, dimulai pukul 20.00 WIB hingga selesai pada pukul 00.30 WIB. Dengan demikian, tiga orang dalam keluarga ini Dedeh, Angga, dan Sarif saat ini dirawat di ruang luka bakar RSHS Bandung.
Ia menyebut, kondisi ini menambah beban biaya perawatan, mengingat awalnya hanya dua orang yang diajukan untuk penanganan.
"Biaya Sarif saat ini sementara ditanggung hasil donasi dari relawan dan komunitas. Ke depannya, kita masih berkoordinasi untuk mendapat bantuan dari LPSK. Meski begitu, dokter menyampaikan bahwa Sarif hanya membutuhkan satu kali tindakan operasi, berbeda dengan ibunya dan adiknya yang membutuhkan perawatan lebih panjang," pungkasnya.