SUKABUMIUPDATE.com - Wakil Bupati Sukabumi Iyos Somantri mendampingi Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto meninjau contoh hunian tetap rumah tahan gempa bernama Riksa (Rumah Instan Kuat, Sehat dan Aman).
Satu unit riksa yang berukuran 6x6 meter persegi itu selesai dibangun dan diserahkan Kepala BNPB kepada warga Desa Wanajaya, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (8/1/2025).
Rumah tersebut adalah milik Dadang Wanajaya yang sebelumnya rusak karena bencana pergerakan tanah.
“Saat ini kita lihat sama-sama dibelakang, sudah dibangun rumah contoh. Jika masuk kedalam, tampak dua ruang kamar, ruang tamu dan satu kamar mandi. Riksa ini dibangun dengan rekomendasi bangunan rumah tahan gempa,” kata Suharyanto.
Suharyanto menjelaskan bahwa pembangunan rumah riksa di wilayah terdampak bencana lainnya akan segera dimulai awal tahun 2025 ini sebagaimana tertuang dalam penetapan SK Bupati Sukabumi Nomor: 300.2.1/Kep.1009/BPBD/2024 tentang penetapan status transisi darurat ke pemulihan bencana yang terjadi pada Desember tahun lalu.
"Karena pasca kejadian bencana di Sukabumi saat ini sudah masuk tahap pemulihan ke Rehabilitasi dan Rekonstruksi, jadi kita sudah mulai bangun kembali rumah yang rusak," ujar Suharyanto.
"Dalam transisi ini adalah yang utama mengendalikan kehidupan masyarakat kembali seperti semula. Tentu saja yang paling harus duluan adalah rumah-rumah masyarakat yang hancur terkena banjir dan tanah longsor, sebagaimana arahan dari pada bapak presiden," tambahnya.
Baca Juga: Diklaim Tahan Gempa: BNPB Serahkan Riksa, Huntap Korban Bencana Sukabumi
Menurut Suharyanto, data tahap pertama menunjukkan sekitar 400 rumah rusak berat, sementara total rumah yang rusak, baik berat, sedang, maupun ringan, mencapai hampir 9.000 unit.
"Sukabumi dipilih sebagai lokasi pembangunan rumah percontohan ini, bukan hanya karena kondisi geografisnya, tetapi juga untuk memberikan contoh kepada 19 kabupaten/kota lain (yang terdampak bencana). Dengan anggaran yang telah tersedia pada akhir 2024, diharapkan rumah ini bisa segera didokumentasikan dan dijadikan acuan dalam pembangunan hunian serupa di daerah lain," jelasnya.
Lebih lanjut, Suharyanto menegaskan bahwa dengan anggaran sebesar 60 juta rupiah, rumah Riksa yang tahan terhadap bencana dapat dibangun. Hal ini diharapkan bisa mempercepat pemulihan bagi masyarakat yang terdampak, agar segera bisa kembali ke rumah mereka, tanpa harus tinggal di pengungsian.
Suharyanto juga menanggapi proses rehabilitasi yang sedang berjalan dengan menyebutkan bahwa tahap pertama sudah dimulai dan saat ini sedang dilakukan verifikasi. Meskipun ada beberapa perubahan pada rumah yang rusak ringan, pihaknya memastikan bahwa semua masyarakat yang terdampak akan mendapat bantuan.
"Saya kira yang 400 rumah rusak berat yang tahap pertama mungkin sudah ada tanahnya. Jika Pabuaran belum, mudah-mudahan bisa segera disusulkan," tandasnya.
Sementara itu, Wabup Iyos sangat bersyukur pemerintah pusat melalui BNPB bergerak cepat untuk membangun hunian warga yang rusak berat terdampak bencana.
"Alhamdulilah ini relokasi mandiri karena tanahnya milik sendiri atas hibah kemudian di bantu pemerintah," ungkapnya
Iyos pun menilai, rumah yang dibangun sebagai percontohan sangat bagus dan akan bermanfaat bagi warga terdampak bencana.
"Rumahnya cukup bagus dan ini selesai dalam waktu 15 hari ini juga pekerjaan yang sangat cepat dan inshaallah bermanfaat," pungkasnya.
Sebagai informasi, rumah terdampak akibat bencana pergerakan tanah di Desa Wanajaya sebanyak 12 rumah dengan rincian 5 rumah mengalami rusak berat dan 7 rumah berstatus rusak ringan.
Dalam kesempatan itu dilakukan penanaman pohon sebagai simbol pelestarian alam, ramah lingkungan sekaligus ikhtiar antisipasi bencana. (ADV)