SUKABUMIUPDATE.com - Sejumlah kendala muncul dalam pelaksanaan Makan Bergizi Gratis (MBG), termasuk di Kabupaten Sukabumi. Meski baru dimulai secara resmi pada 6 Januari 2025, namun program unggulan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto ini telah diuji coba di beberapa tempat sejak beberapa bulan lalu.
SDN Bungur di Kampung Cibungur, Desa/Kecamatan Warungkiara, Kabupaten Sukabumi, menjadi salah satu sekolah yang melakukan uji coba MBG. Lembaga pendidikan ini berlokasi cukup jauh dari jalan utama yakni berjarak sekitar 300 meter. Akibatnya, sulitnya akses ketika hujan menjadi masalah dalam pendistribusian makanan.
Puncaknya terjadi pada 3 Desember 2024. Video berdurasi 29 detik memperlihatkan para pelajar SDN Bungur menikmati menu MBG di pinggir jalan. Rekaman ini kemudian menjadi viral di media sosial dan menghabohkan publik Sukabumi karena beredar luas pada beberapa hari terakhir, setelah program tersebut resmi dimulai.
Baca Juga: Makan Bergizi Gratis! Pemprov Jabar Siapkan Anggaran Rp 1 T, Pemkot Sukabumi Rp 3 M
Kepala SDN Bungur, Kusyanto, mengatakan situasi pada 3 Desember 2024, hujan deras yang berlangsung lama membuat jalan setapak berbatu yang menghubungkan sekolah dengan jalan utama menjadi licin dan berbahaya. Selama uji coba itu, para pelajar memang mengambil makanan ke jalan utama yang diantar oleh tim dapur.
"Waktu itu hujan hampir dua hari tanpa henti. Akses jalan sangat licin dan berbahaya. Untuk mendapatkan makan, anak-anak harus mengambil makanan dari luar sekolah. Tapi karena jalan sangat berbahaya, pihak pengelola (dapur MBG) memutuskan mengizinkan mereka makan di pinggir jalan untuk sementara," kata dia pada Rabu (8/1/2025).
Kusyanto mengungkapkan SDN Bungur terletak di daerah terpencil yang jauh dari permukiman dengan akses jalan cukup sulit. "Jalan setapak berbatu yang menghubungkan sekolah dengan jalan raya atau utama sekitar 300 meter sangat curam, berbelok, dan sering rusak. Memang saat kejadian makan di jalan itu, hanya saat itu saja," ujarnya.
"Kemarin-kemarin, kalau cuacanya bagus, anak-anak setiap pagi suka ngambil makanan ke jalan lalu makannya di sekolah," kata Kusyanto.
Demi mengatasi masalah akses, terutama setelah MBG dilaksanakan serentak, Kusyanto menyebut kini menggunakan jasa ojek untuk mengantar makanan ke sekolah. "Biaya transportasi ini ditanggung melalui kesepakatan komite sekolah dan orang tua siswa. Biaya transportasi ojek sekitar Rp 700 ribu per bulan. Angkutan menggunakan ojek baru dua harian," jelasnya.
Diketahui, uji coba MBG di SDN Bungur telah berjalan hampir satu tahun sejak Januari 2024. Kusyanto menyebut sekolah mereka merupakan salah satu pilot project.
"Menu yang dikasih alhamdulillah bervariasi setiap hari. Menu setiap hari berganti. Kemudian lauk, protein, dan lainnya, berubah-ubah. Susu dan buahnya juga ada setiap hari. Dengan program ini, 164 siswa di sekolah kami mendapatkan makan bergizi setiap hari. Program ini juga berdampak positif terhadap semangat belajar anak-anak. Mereka lebih semangat, tingkat kehadiran meningkat, dan konsentrasi mereka lebih baik," ujar dia.