SUKABUMIUPDATE.com - Asap pekat dari cerobong pabrik kerupuk di Kampung Pojok Nangka, Desa Purwasari, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, kembali jadi sorotan. Warga sekitar, Sani Rizki Fauzi yang juga pemain timnas sepakbola Indonesia, merasa asap dari pabrik tersebut makin tebal hingga mengancam kesehatan.
Protes ini diungkap pesepakbola profesional itu kepada sukabumiupdate.com, baru-baru ini. "Pencemaran ini sudah dirasakan beberapa bulan ke belakang. Ibu, bapak, dan warga sekitar sering mengadu ke saya. Asapnya menyelimuti lingkungan sekitar, sangat mengganggu, terutama rumah orang tua saya yang berada tepat di belakang pabrik," ujar Sani kepada sukabumiupdate.com, Kamis, 2 Januari 2025.
Baca Juga: Pelantikan Kepala Daerah akan Diundur ke Maret 2025, DPR Ungkap Alasannya
Menurut Sani, setiap kali pabrik melakukan pembakaran, asap hitam pekat yang dihasilkan kerap membuat orang tua dan warga di lingkungan tersebut kesulitan bernapas. Meski keluhan telah disampaikan secara kekeluargaan kepada pihak pabrik melalui RT, RW, hingga kepala desa, belum ada itikad baik dari perusahaan untuk menyelesaikan masalah ini.
"Awalnya, pihak pabrik berjanji untuk meningkatkan ketinggian cerobong asap agar tidak lagi mengganggu lingkungan. Tapi, meski cerobong sudah diperbaiki, dampaknya tetap sama, asapnya tetap tebal dan mengganggu. Sudah ada tanda tangan warga terdampak, RT, RW, dan saksi lainnya, tetapi masih menunggu mediasi dari kepala desa," jelasnya.
Baca Juga: Prabowo Buat Program MCU Gratis untuk Warga yang Ulang Tahun, Cukup Bawa KTP!
Pabrik kerupuk tersebut mulai beroperasi pada 2019, bertepatan dengan kepindahan keluarga Sani ke lokasi tersebut. Namun, ia mengungkapkan pencemaran udara semakin dirasakan oleh warga dalam setahun terakhir.
"Awalnya tidak dilaporkan karena dampaknya tidak terlalu terasa. Tapi makin kesini, asapnya makin pekat sampai hitam. Orang tua saya sering mengirim video untuk menunjukkan kondisi tersebut," tambahnya.
Baca Juga: Bojan Hodak Berharap Persib Bandung di Tahun 2025 Terus Menang dan Juara!
Sani berharap masalah ini segera mendapatkan solusi terbaik bagi kedua belah pihak. "Win-win solution, perusahaan nyaman beroperasi, tapi lingkungan warga juga terjaga. Saya berharap laporan ini bisa membuka mata pihak pabrik agar lebih peduli dengan kondisi lingkungan dan kesehatan masyarakat," tegasnya.
Sani juga menyayangkan bahwa pemilik pabrik tidak tinggal di lokasi tersebut, sehingga tidak merasakan langsung dampak asap yang ditimbulkan. Jika tidak ada tindak lanjut atau penyelesaian yang konkret, Sani menyatakan siap membawa masalah ini ke langkah selanjutnya.
Baca Juga: Ambulans Sulit Melintas, Jalan Rusak di Ciemas Sukabumi Jadi Tempat Bersalin Darurat
"Dengan laporan ini, mudah-mudahan ada perubahan. Jika tidak digubris, mau tidak mau saya akan melanjutkan ke tahap berikutnya," pungkasnya.
Kepala Desa Purwasari, Agus Setia Gunawan, membenarkan keluhan warga tersebut. Dalam konfirmasi terpisah, Agus menyampaikan bahwa pihaknya telah melaksanakan musyawarah beberapa kali.
Baca Juga: Survei Ipsos 2024: Daftar Profesi yang Paling Dipercaya & Tidak Dipercaya di Indonesia
"Tadi sudah datang lagi dari pihak yang terganggu. Kami rencanakan lagi hari Sabtu ada musyawarah di lokasi. Besok saya juga mau berkunjung lagi, menunggu informasi dari warga," ungkapnya.
"Musyawarah akan dihadiri RT, RW, kepala dusun, Babinsa, Bhabinkamtibmas dan Kepala Desa," imbuhnya.
Baca Juga: Kemunculan Monyet Ekor Panjang Resahkan Warga Tangkil Cidahu Sukabumi
Ia juga menyebutkan bahwa pihak pabrik sebenarnya telah berupaya meminimalisir dampak asap. "Setelah beberapa kali pengusaha mencoba mengurangi dampaknya, nanti kita kaji lagi bersama warga untuk mencari solusi terbaik," tandasnya.