SUKABUMIUPDATE.com - Gempa bumi yang terjadi di Sukabumi pada tanggal 9 Februari 1975 adalah salah satu gempa yang paling berdampak dalam sejarah daerah tersebut. Gempa Sukabumi 1975 memiliki magnitudo lebih dari 5 Skala Richter (SR) dan menyebabkan banyak bangunan rusak.
Gempa bumi tahun 1975 ini juga tercatat dalam sejarah panjang rentetan bencana alam di Sukabumi. Sebab, Dampak Gempa 1975 di Sukabumi ini cukup signifikan bagi masyarakat setempat pada waktu itu.
Pengamat Sejarah Sukabumi Irman Firmansyah mengatakan, Gempa bumi yang terjadi di Sukabumi seringkali merupakan akibat dari aktivitas sesar yaitu Sesar Cimandiri dan segmen-segmen Sesar Cimandiri. Salah satu peristiwa ini adalah Gempa Sukabumi yang terjadi pada tanggal 9 Februari 1975.
Baca Juga: Kaleidoskop Bencana Banjir di Sukabumi Sepanjang Tahun 2024
Sebelum terjadi peristiwa Gempa di Sukabumi, pada awal Februari 1975 terjadi gempa di Haicheng, Liaoning, China, berkekuatan 7,5 skala richter, Gempa tersebut terjadi pada pukul 19:36 Waktu Standar Tiongkok.
"Masyarakat Sukabumi saat itu menonton beritanya dari televisi dan radio. Tiba-tiba pada hari minggu 9 Februari 1975, beberapa Lokasi di Sukabumi terjadi getaran-getarannya," kata Irman ketika dihubungi sukabumiupdate.com, Selasa, 31 Desember 2024.
Getaran Gempa Sukabumi ini, lanjut Irman, terjadi pukul 11,45 menit 5 detik diikuti 13,56 menit 7 detik dan terakhir 22,36 menit 21 detik dengan fokus (hiposentrum) samudera Hindia yang terletak pada 105,6 BT dan 7,4 LS. Pusat Gempa Sukabumi 1975 berjarak 180 km dari kota Jakarta dan berkekuatan 6,3 Skala Richter, namun dalam laporan lain juga menyebutkan sekitar 5,3 Skala Richter.
Dampak Gempa 1975 di Sukabumi
Merujuk soal Kegempaan di Sukabumi, ditulis oleh Siti Munawaroh di laman Forum Geosaintis Muda Indonesia, pusat gempa bumi Sukabumi tersebar di laut maupun darat. Sementara dalam peristiwa gempa bumi yang melanda Sukabumi, sesar yang berpengaruh besar terhadap peristiwa gempa ini adalah Sesar Cimandiri dan Sesar Citarik.
Lebih spesifik di tahun 1975, Kecamatan Kabandungan - Kalapa Nunggal, Kabupaten Sukabumi dan sekitarnya diketahui masuk dalam wilayah yang memiliki potensi risiko gempa bumi tinggi. Sebab, lokasi ini berdekatan dengan Sesar Cimandiri dan sesar kluster Bogor.
"Gempa tersebut juga terasa sampai Kalapanunggal dan menewaskan 1 orang," tutur Irman yang juga penulis buku 'Soekaboemi The Untold Story'.
Baca Juga: Kaleidoskop Bencana Longsor di Sukabumi Sepanjang Tahun 2024
Adapun lokasi terdampak parah Gempa tahun 1975 di Sukabumi terdiri dari Kecamatan Cibadak, Cicurug, Parungkuda. Kala itu, ribuan orang kehilangan tempat tinggal, harta dan nafkahnya.
Dalam laporan awal sekitar 6.705 Kepala Keluarga (KK) menjadi korban, dan 2 orang dinyatakan meninggal dunia. Laporan selanjutnya yakni 6 orang meninggal dunia dan sebanyak 2.000 rumah hancur akibat gempa tahun 1975 silam.
Sementara dari segi infrastruktur, yaitu 2 jembatan kereta api rusak serta retakan tanah dan longsor di jalur Kereta Api menyebabkan rel kereta api rusak dan jalur Kereta Api Sukabumi-Bogor terputus.
Di Cibadak, Rumah sakit dan pasar darurat hancur, serta sambungan telepon di beberapa kecamatan terputus. Para korban mengungsi sebagian di Gedung sekolah yang masih utuh, sebagian menggunakan tenda.
Kekhawatiran masyarakat tak berhenti sampai disitu, melainkan bertambah karena asap tebal sudah mengepul dari kawah Gunung Salak, 25 km sebelah barat Sukabumi, selama beberapa hari. Dua letusan kecil telah dilaporkan terjadi di gunung setinggi lebih dari 2.200 meter, yang sudah tidak aktif selama beberapa tahun.
Baca Juga: VOC Bubar 31 Desember 1799: Akibat Korupsi Hingga Jual Beli Jabatan
Bumi pertiwi berduka, gempa bumi juga terjadi diwilayah-wilayah sekitar yang tidak jauh dari Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Catatan menunjukkan, pemerintah mulai memberikan perhatian terhadap peristiwa duka ini. Tepat di hari Kamis, 13 Februari 1975, Presiden Soeharto meninjau daerah-daerah di Jawa Barat yang beberapa hari sebelumnya menjadi korban gempa bumi tektonik.
Daerah-daerah yang ditinjau Kepala Negara pada masanya, Soeharto, diantaranya Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Bogor, dan sekitar Gunung Masigit yang terletak di perbatasan Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bandung. Disamping melihat sendiri akibat bencana itu di daerah-daerah tersebut, Presiden Soeharto sempat berdialog dengan rakyat setempat. Dengan pejabat-pejabat setempat, Presiden Soeharto turut membicarakan kemungkinan untuk mentransmigrasikan para korban ke luar Jawa.
Lima belas hari pasca Gempa 1975, muncul bantuan dan upaya pembangunan kembali dari Tim penyuluhan rumah tahan gempa dan LPMB (Lembaga penyelidikan masalah bangunan).
"Bantuan lain juga mengalir, seperti uang sebesar Rp 96,3 juta bantuan melalui gubernur Jawa Barat, 10 juta rupiah dari gubernur Jakarta Ali sadikin dan 15 juta rupiah dari Kementerian Sosial (Kemensos)." pungkas Irman.
Sumber: FGMI | Soeharto Library