SUKABUMIUPDATE.com - Tergulingnya truk bermuatan kardus bekas dengan nomor polisi F 8794 UV di Tanjakan Baeud, Kecamatan Warungkiara, sempat menggangu lalu lintas Jalan Nasional Palabuhanratu-Sukabumi. Kecelakaan tunggal yang bukan pertama kali ini terjadi pada Senin (30/12/2024) sekira pukul 12.30 WIB.
"Penyebab kecelakaan diduga karena muatan yang melebihi kapasitas serta kondisi jalan yang licin dan rusak. Selain itu intensitas tikungan menanjak," kata Kapolsek Warungkiara AKP Ratno Panji Setiaji kepada sukabumiupdate.com.
Panji menyebut tidak ada korban jiwa. Sopir bernama Wahyu (40 tahun) dan penumpangnya, Riko (27 tahun), selamat tanpa luka. "Lalu lintas sempat terganggu, tetapi masih lancar berkat sistem buka tutup. Petugas Pos Pam Bantargadung dan anggota SPKT Polsek Warungkiara dibantu warga telah mengevakuasi truk," ujarnya.
Baca Juga: Truk-truk Tumbang! Tanjakan Baeud Makin Sulit Dilintasi, Jalan Nasional Palabuhanratu Sukabumi
Diketahui, Tanjakan Baeud memang sudah lama sulit dilintasi oleh kendaraan bermuatan berat. Dalam dua hari terakhir, dua truk terguling karena tidak kuat melalui tanjakan ini. Berdasarkan cerita yang berkembang di masyarakat, tanjakan yang secara kasatmata sama seperti tanjakan lainnya tersebut memiliki kisah mistis soal jin.
Pada 2023 lalu, penduduk setempat mengatakan sering terjadi kecelakaan, terutama truk yang terguling akibat tidak kuat menanjak di Tanjakan Baeud. Keterangan ini disampaikan warga bernama Eli Keling (56 tahun). Eli mengatakan banyak pengemudi atau sopir yang menganggap remeh tanjakan itu sebelum mencobanya.
Adapun terkait cerita mistis di Tanjakan Baeud, kata Eli, konon suatu ketika ada kerajaan dari utara dan kerajaan dari selatan yang akan bertukar cincin kawin. Dalam perjalanan, cincin perkawinan itu jatuh di lokasi ini. Untuk mencari cincin tersebut, Eli mengatakan ditaruh sosok jin seperti kura-kura besar.
"Jin seperti kura-kura besar atau kepiting ditaruh di sini. Intinya, sebelum cincin itu ditemukan, (jin) jangan dulu beranjak dari Tanjakan Beud, sehingga timbul bahasa Baeud. Jadi ketika putri (kerajaan) mau berjalan dari utara ke selatan atau sebaliknya, dia kalau lihat lokasi ini pasti cemberut atau baeud karena cincinnya hilang," kata dia.
Namun Eli menegaskan penjelasan itu hanya cerita turun-temurun. "Saya juga mendengar dari orang tua dulu saat mengobrol. Memang mayoritas orang tidak tahu," ujarnya.