SUKABUMIUPDATE.com - Kecamatan Ciemas di Kabupaten Sukabumi menjadi salah satu wilayah yang terdampak bencana alam pada awal Desember 2024, salah satunya banjir. Isu aktivitas tambang sebagai penyabab pun muncul di balik peristiwa itu. Dalam cerita rakyat yang berkembang, Ciemas memiliki kisah menarik soal pembahasan ini.
Pengamat sejarah Irman Firmansyah mengatakan, konon, pada masa lalu terdapat sebuah kerajaan kecil di sekitar Jampangtengah bernama Kerajaan Suwung. Rajanya memiliki putri cantik bernama Nyi Putri Cimplung Malela. Kecantikannya bersinar bagai diliputi cahaya sehingga menjadi rebutan raja-raja dan ingin melamarnya.
Namun, semua lamaran ditolak sehingga banyak raja yang tersinggung dan ingin menculiknya. Sang ayah kesal dengan sikap putrinya itu dan ingin menghukumnya.
Nyi Putri Cimplung Malela memiliki kuda sembrani yang bisa terbang dan melarikan diri untuk menghindari penculikan dan hukuman ayahnya. Sang ayah kemudian melemparkan jimat Grogol Kancana untuk mengetahui keberadaan putrinya. Akibat lemparan jimat tersebut, maka sang putri dan kudanya berubah menjadi cahaya berkilauan yang disebut Cahaya Kancana. Ayahnya lalu memerintahkan para raja untuk mengikutinya dan bersumpah siapa pun yang mendapatkan cahaya tersebut akan menjadi suami putrinya.
Baca Juga: 99 Tahun Lalu, AIMEM Jadi Perusahaan Tambang Pertama yang Mengeksplorasi Sukabumi
"Sementara di selatan Ciemas sekarang, seorang pemuda bernama Sumul Wulung berguru kepada petapa, Ki Mandra, di sebuah pulau kosong yang sekarang disebut Pulau Mandra. Sang murid diminta pergi ke air terjun di sebelah utara pulau tersebut dan mengasah batu untuk mendapatkan kebahagiaan. Cara mengasahnya adalah meraut dengan pisau supaya mengkilat. Berangkatlah Sumul Wulung ke air terjun itu. Dia bertapa sambil meraut batu hingga bulan purnama tiba," kata Irman kepada sukabumiupdate.com, Jumat (27/12/2024).
Saat bulan purnama itulah muncul cahaya bersinar di angkasa yang semakin lama semakin mendekat, hingga Sumul Wulung merasa takut dan bersembunyi. Cahaya itu kemudian jatuh di atas daun reundeu dan segera diambil oleh Sumul Wulung. Ketika diambil, cahaya tersebut membesar dan pecah menjadi bulir-bulir emas halus yang tersebar di sepanjang sungai, terbawa air terjun. Saat terpecah, di dalamnya muncul kuda sembrani yang ditumpangi Nyi Putri Cimplung Malela.
Irman menyebut mulailah perbincangan terkait asal sang putri sehingga Sumul Wulung cepat-cepat menyembahnya dengan hormat. Karena sumpah ayahnya, sang putri akan menjadikan Sumul Wulung sebagai suami. Meski tidak percaya, akhirnya Sumul Wulung menerima Nyi Putri Cimplung Malela sebagai istrinya dan bersedia pergi ke Kerajaan Suwung.
Tetapi sebelum berangkat, Sumul Wulung menaburkan batu-batu yang sudah diraut sehingga berubah menjadi berwarna emas dan masuk ke dalam tanah. Wilayah ini nantinya disebut Batu Sumul. Sumul Wulung berpesan bahwa emas di dalam tanah itu akan dijaga oleh tanah dan pepohonan yang tumbuh di atasnya.
Baca Juga: Perusahaan Membantah, Jalan Panjang Pembuktian Tambang Penyebab Bencana di Sukabumi
"Nyi Putri Cimplung Malela memberi nama sungai yang mengalir dari air terjun tersebut dengan nama Sungai Ciemas karena merupakan pecahan Cahaya Kancana yang melingkupinya saat melarikan diri. Kampung di sekitar sungai ini juga disebut Cikanca yang berasal dari Cahaya Kancana. Nyi Putri Cimplung Malela mengatakan pada masa yang akan datang, emas akan menjadi sumber penghidupan orang-orang yang membangun kampung Cikanca," ujar dia.
Nyi Putri Cimplung Malela mengungkapkan emas yang tersebar di sungai dan tanah itu akan ditemukan oleh orang-orang yang datang dari sebelah timur dan menjadi berkah jika ditambang secara bijak dengan memerhatikan alam. Namun emas juga akan menjadi sumber masalah dan bencana disebabkan air dan tanah apabila dikuasai orang-orang serakah yang merusak tanah dan air yang ada di sana.
"Sumul Wulung dan Putri Cimplung Malela lalu berangkat ke Kerajaan Suwung dan menyampaikan pada ayahnya bahwa dia sudah berjodoh sesuai dengan sumpah sang ayah," kata Irman.