Perusahaan Membantah, Jalan Panjang Pembuktian Tambang Penyebab Bencana di Sukabumi

Sabtu 21 Desember 2024, 14:36 WIB
Wilayah terdampak banjir di Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi (foto tengah). Kerusakan hutan di Puncak Buluh, Kecamatan Jampangkulon, Kabupaten Sukabumi (foto kiri dan kanan). | Foto: Istimewa/Endi Saputra

Wilayah terdampak banjir di Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi (foto tengah). Kerusakan hutan di Puncak Buluh, Kecamatan Jampangkulon, Kabupaten Sukabumi (foto kiri dan kanan). | Foto: Istimewa/Endi Saputra

SUKABUMIUPDATE.com - Pembuktian aktivitas tambang sebagai penyebab bencana dahsyat di Kabupaten Sukabumi pada awal Desember 2024 menemui jalan panjang. Dua perusahaan telah membantah tuduhan yang berkembang dan menyatakan kegiatannya dilakukan sesuai peraturan.

Masyarakat Kabupaten Sukabumi kini berada di simpang kebingungan. Entah siapa pihak yang paling bertanggung jawab atas hilangnya sepuluh nyawa dalam bencana itu. Belum lagi puluhan ribu warga yang terdampak, ribuan mengungsi, dan kerugian materi yang hampir menembus angka Rp 200 miliar. Sulit untuk mengatakan peristiwa ini murni dipicu faktor hidrometeorologi.

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) meyakini banjir, longsor, dan kejadian lainnya, beberapa waktu lalu, diduga disebabkan perusahaan tambang, terutama yang beroperasi di wilayah selatan. Organisasi ini menilai aktivitas para pengambil hasil dari dalam bumi itu telah merusak lingkungan.

Keyakinan tersebut bukan tanpa alasan. Direktur Eksekutif WALHI Jawa Barat, Wahyudin, telah menurunkan tim investigasi sejak 3 Desember 2024 ke Kabupaten Sukabumi. Hasilnya, tim ini menemukan degradasi hutan di kawasan pegunungan Guha dan Dano, yang diperkuat pemantauan citra satelit.

Namun di tempat lain juga, kerusakan serupa terjadi akibat tambang emas dan galian kuarsa untuk bahan pendukung pembuatan semen dengan hancurnya kawasan karst. Selain Guha dan Dano, WALHI turut menemukan degradasi hutan di Kecamatan Waluran, Kabupaten Sukabumi. WALHI menilai fenomena ini karena adanya pembukaan lahan proyek Hutan Tanaman Energi (HTE) untuk memasok serbuk kayu ke Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).

Baca Juga: Isu Tambang di Balik Bencana, Membaca Sejarah Penemuan Emas di Selatan Sukabumi

Sebagai pelengkap, WALHI pun menemukan adanya operasi tambang emas di kawasan hutan seperti di Kecamatan Ciemas dan Simpenan. “Kawasan perhutanan sosial tidak luput pula dari objek tambang sebagaimana terdapat di petak 93 Bojong Pari dan Cimanintin dengan luas 96,11 hektare,” kata Wahyudin.

Atas sejumlah temuan ini, WALHI meminta Polri menyidik perusahaan tambang di wilayah Kabupaten Sukabumi dan menuntut mereka melakukan pemulihan lingkungan, mengganti kerugian yang diderita masyarakat, dan mengevaluasi area perhutanan sosial yang dijadikan objek tambang.

Sebagai informasi, berdasarkan data pada 17 Desember 2024, total terdapat 205 desa di 39 kecamatan di Kabupaten Sukabumi yang merasakan bencana beberapa waktu lalu. Sementara jumlah warga terdampak mencapai 23.318 jiwa, dengan 8.736 di antaranya mengungsi. Lalu sepuluh warga meninggal dunia dan dua lainnya masih dinyatakan hilang.

Perusahaan Membantah

Polres Sukabumi merespons informasi itu dengan memanggil sejumlah perusahaan tambang untuk memberikan klarifikasi. Dua perusahaan yakni PT Generasi Muda Bersatu (GMB) dan PT Golden Pricindo Indah (GPI) datang ke Mapolres Sukabumi pada 20 Desember 2024 dan membantah seluruh tudingan.

Direktur PT GMB Rusli Beramsyah mengungkapkan rasa prihatinnya terhadap bencana yang terjadi di Sukabumi. Tetapi dia menegaskan aktivitas perusahaannya bukan penyebab kerusakan lingkungan. Dia mengklaim seluruh kegiatan pertambangan galena pihaknya dilakukan sesuai peraturan, terukur, dan terencana.

Menurut Rusli, PT GMB memiliki izin aktivitas pertambangan galena (timah hitam dan seng) hingga 2030 (dimulai sejak 2006) dengan luas konsesi 100 hektare, di mana hanya 7 sampai 8 hektare yang aktif digunakan. Lokasinya berada di Desa Cihaur, Kecamatan Simpenan.

"Kami menggunakan teknik open-pit (open pit mining) dengan pengupasan tanah dan blasting untuk batuan keras. Semua dilakukan sesuai izin dan hasil olahan tambang tidak mencemari sungai atau lingkungan sekitar. Lokasi tambang kami di Desa Cihaur, Kecamatan Simpenan, sudah diawasi oleh instansi terkait. Jadi kami sangat meyakini, (bencana) tidak diakibatkan oleh PT GMB. Secara visual kemarin bersama instansi mengecek langsung ke lapangan," kata dia kepada wartawan di Mapolres Sukabumi.

Baca Juga: Bantah Jadi Biang Kerok Bencana, Ini Klarifikasi dari 2 Perusahaan Tambang di Sukabumi

Rusli juga memastikan PT GMB setiap tahun melaksanakan program penghijauan dan reklamasi lahan yang terpengaruh kegiatan tambang.

"Kami meyakini bahwa tambang kami tidak menimbulkan dampak terhadap bencana banjir dan longsor yang terjadi. Bahkan kami telah diperiksa oleh berbagai instansi pemerintah, Dinas Lingkungan Hidup, termasuk Polres yang kami diundang untuk memberikan klarifikasi kegiatan kami di lapangan," ujarnya.

Di tempat yang sama, Humas PT GPI, Dede Kusdinar, menegaskan seluruh kegiatan pertambangan emas yang dilakukan perusahaannya telah sesuai dengan izin tambang yang berlaku sejak 2009 hingga 2029. "PT Golden Pricindo Indah memiliki izin untuk pertambangan emas dan saat ini kami masih berada pada tahap persiapan produksi. Dari 97 hektare izin yang diberikan, baru sekitar 10 hektare yang sedang dikerjakan," ucapnya.

Perusahaannya, lanjut Dede, selalu mengutamakan prinsip good mining practice (teknik pertambangan yang baik) dan sustainable development (pembangunan berkelanjutan). Dia menjelaskan aliran sungai di sekitar tambang PT GPI telah ditelusuri. Sungai Cimanggu yang melintasi lokasi tambang mengalir ke Sungai Cisereuh dan bermuara di Pantai Karang Embe, Desa Sangrawayang, Kecamatan Simpenan. Aliran ini, katanya, tidak terkait dengan lokasi bencana di Kecamatan Ciemas.

Dede juga mengatakan PT GPI tidak terlibat dalam kegiatan penebangan hutan karena lokasi pertambangan berada di atas tanah milik warga yang dibeli dan bekas perkebunan Cigaru.

Laporan Masyarakat

Banjir yang merendam beberapa kampung di Desa Cibitung, Kecamatan Cibitung, Kabupaten Sukabumi, pada awal Desember 2024, disebut lebih dahsyat daripada bencana serupa dua tahun lalu. Hujan deras yang berlangsung lama mengakibatkan dua sungai meluap yakni Sungai Ciseureh dan Sungai Cikaso.

Kampung-kampung yang terdampak parah akibat banjir itu adalah Ciniti dan Cilopang di Desa Cibitung. Kemudian kampung perbatasan yakni Cijaksi dan Teluk Jati di Desa Sumberjaya, Kecamatan Tegalbuleud, Kabupaten Sukabumi. Masyarakat setempat menyebut bencana tahun ini membawa lumpur yang tebal ke permukiman.

"Tahun 2022 Sungai Ciseureh tidak begitu meluap. Tapi kali ini arusnya sangat deras hingga merusak tanggul pembatas di Cijaksi dan menyisakan lapisan lumpur tebal di empat kampung,” kata Gozal, warga Kampung Ciniti sekaligus pengelola wisata Curug Cikaso pada 12 Desember 2024.

Menurutnya, ketebalan lumpur akibat banjir 4 Desember2024 mencapai 20-30 sentimeter di Kampung Ciniti, 25-35 sentimeter di Kampung Cilopang, 30-40 sentimeter di Kampung Cijaksi, dan di Kampung Teluk Jati 30-40 sentimeter. Sementara pada 2022, lanjut Gozal, ketebalan lumpur sisa banjir hanya sekitar 5-10 sentimeter.

Gozal menduga Sungai Ciseureh saat ini telah banyak terpengaruh oleh aktivitas tambang liar dan penebangan atau pembukaan lahan di hulu sungai di wilayah hutan Puncak Buluh dan Mataram, Kecamatan Jampangkulon dan Lengkong. Begitu juga apa yang terjadi di hulu Sungai Cikaso.

Hal senada datang dari Kecamatan Ciemas. Banjir bandang dan longsor akibat meluapnya Sungai Ciemas dan Sarongge pada awal Desember 2024 menyisakan lumpur tebal di Desa/Kecamatan Ciemas. Bencana ini berdampak pada 164 keluarga dengan total 541 jiwa.

Beberapa kampung di Desa Ciemas diterjang banjir bandang dan longsor itu yakni Ciemas, Cikanteh, Cipeundeuy, Cimarinjung, Sarongge, Cimalim, dan Ciporeang. Lumpur tebal menyelimuti wilayah tersebut, bahkan di sejumlah titik mencapai lutut orang dewasa.

Adapun ketinggian air yang merendam rumah warga adalah sekitar 160 sentimeter dengan arus sangat deras. Sungai Ciemas dan Sarongge diketahui mengalir ke Sungai dan Curug Cimarinjung, lalu bermuara di Pantai Palangpang. Sebagian air ini meluap ke permukiman.

Warga berinisial DE (40 tahun) mengatakan banjir tersebut membawa lumpur dari berbagai sumber, salah satunya diduga dari aktivitas PT GMB di perkebunan Bojongasih, Desa Desa Cihaur, Kecamatan Simpenan. Kemudian ada juga dugaan dari proses cut and fill proyek pondok pesantren modern di Kampung Cisitu, Desa Ciemas.

“Pembangunan pondok pesantren modern di Kampung Cisitu mulai aktif proses cut and fill sejak September 2023. Itu awalnya kebun warga seluas sekitar 6 hektare. Lokasinya di dataran tinggi, dekat Sungai Ciemas. Lumpur-lumpur itu terbawa air hingga menyebabkan banjir parah di pasar dan permukiman,” kata dia, Jumat kemarin.

DE mengatakan pertambangan itu juga diduga berdampak pada aliran Sungai Sarongge. Akibatnya, beberapa rumah di Kampung Sarongge dan Pangguyangan terendam. Bencana ini tidak hanya merusak infrastruktur, tetapi juga memakan korban jiwa. Dadang (65 tahun), warga Kampung Ciemas RT 04/01 dilaporkan meninggal dunia akibat banjir tersebut.

Follow Berita Sukabumi Update di Google News
Simak breaking news Sukabumi dan sekitarnya langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita SukabumiUpdate.com WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaXv5ii0LKZ6hTzB9V2W. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Berita Terkait
Berita Terkini
Sukabumi21 Desember 2024, 23:38 WIB

Kronologi Kecelakaan di Salakopi Sukabumi, Avega Tabrak Calya Gegara Sopir Ngantuk

Gegara sopir mengantuk, berikut kronologi kecelakaan dua mobil di Salakopi Cicantanyan Sukabumi.
Kecelakaan mobil di Selakopi. | SU/Ikbal (Sumber : SU/Ikbal)
Sukabumi21 Desember 2024, 22:36 WIB

Pemkab Sukabumi Kebut Pemulihan Infrastruktur Pascabencana di Tiga Wilayah

Tersisanya tiga kecamatan yang masih berstatus tanggap darurat bencana, menurut Bupati Sukabumi Marwan Hamami karena infrastruktur yang belum normal.
Pakai motor trail, Bupati Sukabumi Marwan Hamami dan unsur Forkopimda kunjungi wilayah yang terisolir bencana di Tegalbuleud dan Pabuaran, Sabtu (21/12/2024). (Sumber : Diskominfosan Kab. Sukabumi)
Sukabumi21 Desember 2024, 21:14 WIB

Pengaspalan Jalan di Kertaangsana Sukabumi Disorot Warga, Ini Respons Disperkim

Penjelasan Disperkim Kabupaten Sukabumi soal proyek pengaspalan jalan desa di Kertaangsana Nyalindung Sukabumi.
Kondisi jalan aspal yang baru selesai dikerjakan namun mengalami kerusakan di Desa Kertaangsana, Nyalindung Sukabumi. (Sumber Foto: Tangkapan layar video/Istimewa)
Life21 Desember 2024, 20:00 WIB

Dua Smartphone Sumber Kecemasan? Dampak FOMO dan Neurotisme pada Kesehatan Mental

Memiliki dua ponsel pintar, meskipun menawarkan fleksibilitas dan kemudahan dalam mengelola kehidupan pribadi dan profesional, ternyata dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan mental individu.
Memiliki dua smartphone berpengaruh kepada FOMO dan Neurotisme. | Foto : Andrea Piacquadio/Pexels
Sukabumi21 Desember 2024, 19:49 WIB

Kecelakaan di Dekat Pintu Tol Bocimi Sukabumi, Pemotor Luka Berat usai Tabrak Pickup

Berikut kronologi kecelakaan motor tabrak pickup di dekat pintu tol Bocimi Parungkuda Sukabumi.
Kasat Lantas Polres Sukabumi, AKP Fiekry Adi Perdana saat membantu mengevakuasi pemotor yang alami luka berat usai tabrak pickup di dekat pintu tol Parungkuda Sukabumi. (Sumber Foto: Satlantas Polres Sukabumi)
Bola21 Desember 2024, 19:00 WIB

Link Live Streaming Timnas Indonesia vs Filipina di Piala AFF 2024: Laga Penentuan!

Timnas Indonesia akan memainkan laga penentuan melawan Filipina di Piala AFF 2024.
Timnas Indonesia akan memainkan laga penentuan melawan Filipina di Piala AFF 2024. (Sumber : X@TimnasIndonesia).
Sukabumi21 Desember 2024, 18:24 WIB

Akses Jalan Cikaso-Ciguyang Sukabumi Belum Normal, Warga Minta Segera Diperbaiki

Dua pekan pascabencana, akses jalan Cikaso-Ciguyang di Sagaranten Sukabumi masih belum normal.
Kondisi terkini ruas jalan Cikaso-Ciguyang di Kampung Cisagu, Desa Mekarsari, Kecamatan Sagaranten, Kabupaten Sukabumi yang terdampak bencana. (Sumber Foto: Istimewa)
Life21 Desember 2024, 18:00 WIB

4 Doa untuk Meluluhkan Hati Mertua, Yuk Amalkan Agar Disayang

Membaca doa untuk meluluhkan hati mertua adalah upaya spiritual yang dilakukan oleh banyak orang, terutama mereka yang ingin membangun hubungan yang harmonis dalam keluarga.
Ilustrasi - Membaca doa untuk meluluhkan hati mertua adalah upaya yang positif.  (Sumber : Pexels.com/@Pavel Danilyuk)
Sukabumi21 Desember 2024, 17:30 WIB

Kaleidoskop Bencana Longsor di Sukabumi Sepanjang Tahun 2024

Bencana tanah longsor di Sukabumi sepanjang tahun 2024 telah menyebabkan kerugian materiil yang signifikan termasuk mamakan korban jiwa.
Lokasi longsor di Ponpes Darussyifa Al-Fithroh Yaspida di Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi. | Foto: SU/Asep Awaludin
Musik21 Desember 2024, 17:00 WIB

Lirik dan Makna Lagu Dorothea Taylor Swift, dengan Terjemahannya

Taylor Swift mengemasnya lagu Dorothe adengan nuansa melankolis, hangat, dan penuh nostalgia, mencerminkan keinginan untuk kembali ke hubungan yang autentik.
Lagu ini adalah refleksi puitis tentang kehilangan kontak dengan seseorang yang pernah dekat, akibat perubahan jalan hidup. (Sumber : Instagram/@taylorswift)