SUKABUMIUPDATE.com - Menteri Lingkungan Hidup (LH), Hanif Faisol Nurofiq, meninjau lokasi pengungsian korban bencana di Desa Lembursawah, Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Sukabumi, Minggu (15/12/2024).
Kunjungan Hanif ini dilakukan untuk meninjau langsung kondisi para pengungsi serta fasilitas yang ada di lokasi tersebut, termasuk dapur umum dan toilet darurat yang dibangun secara sederhana. Pihaknya juga memberikan bantuan kepada para penyintas bencana.
Hanif menyampaikan rasa prihatin atas bencana yang melanda wilayah tersebut. Menurutnya, bencana seperti tanah longsor, tanah bergerak, dan banjir bandang di lokasi tersebut diduga terjadi akibat kejenuhan tanah yang dipicu berbagai faktor, termasuk kondisi vegetasi hutan yang gundul hingga 65 persen.
"Tentu kami sedang terus pendetailan permasalahan di sini. Dari landscape yang saya amati melalui citra satelit, ini hampir 65 persen lebih tutupan hutannya tidak ada," ujar Hanif kepada sukabumiupdate.com usai peninjauan.
"Sementara slop atau kemiringan lerengannya cenderung tinggi. Kemudian jenis soil atau tanahnya relatif dalam, sehingga pada saat tanah itu jenuh, kemudian curah hujannya cukup tinggi tentu ini berdampak banyak hal, mulai dari tanah longsor, tanah bergerak, banjir bandang," tambahnya.
Baca Juga: Banjir Dahsyat! Membaca Temuan Investigasi WALHI Soal Kerusakan Hutan di Sukabumi
Menteri Hanif juga menyoroti kondisi DAS (Daerah Aliran Sungai) Cikaso yang dianggapnya cukup terjal. Menurutnya, wilayah ini memerlukan penanganan serius dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah kabupaten, provinsi, hingga pusat.
"Kemudian DAS Cikaso ini relatif cukup terjal. Tentu ke depan harus ada langkah-langkah serius dari kita semua untuk memperbaiki landscape di sini," tegas Hanif.
Ia menjelaskan bahwa penanganan masalah lingkungan di kawasan tersebut memerlukan dua pendekatan utama, yaitu kegiatan vegetatif dan teknik sipil.
Mantan Direktur Jenderal (Dirjen) Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan itu mengungkapkan bahwa kegiatan vegetatif atau penghijauan bisa dilakukan dengan penanaman pohon-pohon keras seperti jati, jabon, dan mahoni yang dapat dikembangkan oleh masyarakat setempat.
Menurutnya, penanaman dengan tanaman keras ini diperlukan karena tanaman hortikultura yang mendominasi daerah tersebut tidak mampu menahan erosi. Sehingga limpasan permukaan (surface runoff) menjadi tinggi.
"Kondisi DAS memang tidak ramah terhadap kita. Sekitar 65 persen DAS di hulu tidak memiliki kayu keras, hanya tanaman hortikultura yang relatif lemah dalam menahan erosi," jelas Hanif.
Pemerintah pusat, tuturnya, siap memberikan dukungan penuh terhadap program penghijauan ini.
"Insyaallah, kami akan mendukung penuh kegiatan penghijauan ini, terutama untuk jenis tanaman kayu yang bisa dikembangkan oleh masyarakat," ujarnya.
Selain itu, Hanif menyoroti pentingnya infrastruktur teknik sipil seperti embung atau tempat penampungan air untuk mengurangi dampak bencana di wilayah Selatan Sukabumi.
Hanif lalu menyampaikan komitmennya untuk mengingatkan kementerian terkait, termasuk Menteri Kehutanan, Menteri Pekerjaan Umum, Gubernur, dan Bupati agar lebih serius menangani masalah lingkungan utamanya terkait temuan Walhi tentang eksploitasi hutan oleh pertambangan.
"Saya mendapat laporan adanya aktivitas tambang dan kegiatan di kawasan hutan yang tidak ramah lingkungan. Kami akan cek kembali, termasuk pengawasan dan penegakan hukum bila diperlukan," ungkapnya.
Sementara itu, Wakil Bupati Sukabumi Iyos Somantri mengucapkan terimakasih kepada Menteri LH atas dukungan dan bantuan yang diberikan kepada korban terdampak di lokasi tersebut.
Perlu diketahui Tidak kurang dari 400 jiwa korban bencana di Kecamatan Pabuaran yang mengungsi di pelataran kantor Desa Lembursawah.
"Alhamdulillah menteri sudah memberikan suport dan logistik kepada korban terdampak, termasuk bantuan 1000 paralon untuk pipanisasi dan WC Portable. Semua itu Insya Allah besok bisa berfungsi," ujar Iyos yang turut mendampingi kunjungan kerja menteri LH.