SUKABUMIUPDATE.com - Banjir besar akibat luapan Sungai Cimandiri menyisakan kisah menyedihkan bagi Pondok Pesantren Istrabroq di Kampung Cisoka, Desa Jayanti, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi. Para santri berjuang menyelamatkan pakaian, kitab, dan perlengkapan mereka dari terjangan banjir pada 4 Desember 2024.
KH Badru Tamam, pimpinan Pondok Pesantren Istrabroq mengatakan bahwa hujan deras yang mengguyur selama tiga hari berturut-turut memicu bencana banjir bandang yang luar biasa. Meskipun para santri dan masyarakat telah melakukan penjagaan sejak 2 Desember 2024, namun luapan air pada dua hari berikutnya tetap tidak terhindarkan.
"Seumur hidup saya di sini, baru sekarang melihat banjir sebesar ini. Kami benar-benar panik, apalagi kejadiannya siang hari," ungkapnya pada Sabtu (14/12/2024).
Ia juga mengatakan awalnya penjagaan yang dilakukan masyarakat dan santri berhasil menghalau air agar tidak masuk ke area pesantren. Tetapi, luapan mendadak Sungai Cimandiri pada pukul 08.00 WIB, membuat semua upaya sia-sia. Air menyerbu hingga merendam bangunan pondok pesantren setinggi 3 sampai 4 meter. "Saat itu santri sedang beraktivitas, tiba-tiba air naik. Kami tidak sempat bersiap karena merasa air tidak mungkin setinggi itu," katanya.
Baca Juga: Banjir Dahsyat! Membaca Temuan Investigasi WALHI Soal Kerusakan Hutan di Sukabumi
KH Badru Tamam menceritakan bagaimana salah satu santri mencoba menyelamatkan lemari yang hanyut, tetapi ia segera menegur. "Yang penting nyawa dulu. Alhamdulillah, tidak ada korban jiwa," jelasnya.
Akibat dampak banjir tersebut, Badru Tamam mengatakan pakaian, kitab-kitab, dan perlengkapan santriwati yang tinggal di lantai bawah habis tersapu banjir. Menurutnya, bahkan dua bangunan pesantren mengalami amblas hingga 25 sentimeter akibat tergerus air.
"Kalau barang yang hilang banyak, terutama kitab, pakaian santri, dan perlengkapan alat masak dapur umum. Sekarang kebutuhan yang mendesak adalah kitab, alas tidur, lemari, dan material untuk membangun tanggul agar banjir tidak langsung menerjang pesantren," ujarnya.
Setelah air surut, masyarakat dan pemerintah desa bergerak cepat membantu proses evakuasi dan pembersihan. "Alhamdulillah kemarin dari Pak Kades Jayanti (Nandang) membawa makanan untuk 300 bungkus langsung disalurkan, sebagian untuk pesantren, sebagian untuk warga. Masyarakat juga antusias membantu membangun tanggul sementara,” katanya.
Meski terpukul, KH Badru Tamam tetap bersyukur atas keselamatan para santri. Namun, ia menekankan pentingnya renovasi total untuk pesantren yang mengalami kerusakan signifikan. "Kita masih bisa bertahan, tapi renovasi total pesantren sangat diperlukan. Kita juga butuh tanggul yang lebih kuat untuk melindungi pesantren dari banjir di masa depan," kata dia.