SUKABUMIUPDATE.com - Banjir yang merendam beberapa kampung di Desa Cibitung, Kecamatan Cibitung, Kabupaten Sukabumi, pada 4 Desember 2024, disebut lebih dahsyat daripada bencana serupa dua tahun lalu. Hujan deras yang berlangsung lama mengakibatkan dua sungai meluap yakni Sungai Ciseureh dan Sungai Cikaso.
Kampung-kampung yang terdampak parah akibat banjir tersebut adalah Ciniti dan Cilopang di Desa Cibitung. Kemudian kampung perbatasan yakni Cijaksi dan Teluk Jati di Desa Sumberjaya, Kecamatan Tegalbuleud, Kabupaten Sukabumi. Masyarakat setempat menyebut bencana tahun ini membawa lumpur yang tebal ke permukiman.
"Tahun 2022 Sungai Ciseureh tidak begitu meluap. Tapi kali ini arusnya sangat deras hingga merusak tanggul pembatas di Cijaksi dan menyisakan lapisan lumpur tebal di empat kampung,” kata Gozal, warga Kampung Ciniti sekaligus pengelola wisata Curug Cikaso kepada sukabumiupdate.com pada Kamis, 12 Desember 2024.
Baca Juga: Turun ke Lokasi, Drh Slamet Bersihkan Meterial Banjir di Ciemas Sukabumi
Menurutnya, ketebalan lumpur akibat banjir 4 Desember lalu mencapai 20-30 sentimeter di Kampung Ciniti, 25-35 sentimeter di Kampung Cilopang, 30-40 sentimeter di Kampung Cijaksi, dan di Kampung Teluk Jati 30-40 sentimeter. Sementara pada 2022, lanjut Gozal, ketebalan lumpur sisa banjir hanya sekitar 5-10 sentimeter.
"Ketika itu (2022) air sungai naik sekitar pukul 20.00 WIB. Tapi setelah 30 menit hingga satu jam, mulai surut. Bahkan intensitas hujan lebih tinggi pada banjir 2022. Kemarin air naik sangat cepat, dari pukul 03.30 hingga 04.30 WIB sudah mencapai rumah saya. Namun surutnya memakan waktu lama yakni dari pukul 22.00 hingga 03.00 WIB," ujar Gozal.
"Banyak rumah rusak dan hanyut, juga fasilitas. Kerugian akibat banjir ini cukup besar, terutama di kampung tempat tinggal saya. Ada beberapa rumah hanyut, di antaranya milik Heriyanto, Jae, Hj Esih, Hj Irah, Udin, Joni Sulaeni, dan Warji. Selain itu, 20 rumah rusak berat, termasuk rumah Irma, Kuatno, dan Rahmat. Lima warung di kawasan wisata pun dilaporkan hanyut," katanya.
Di sisi lain, Gozal menduga Sungai Ciseureh saat ini telah banyak terpengaruh oleh aktivitas tambang liar dan penebangan atau pembukaan lahan di hulu sungai di wilayah hutan Puncak Buluh dan Mataram, Kecamatan Jampangkulon dan Lengkong. Begitu juga apa yang terjadi di hulu Sungai Cikaso. “Sampai saat ini air Sungai Ciseureh masih cokelat pekat, berbeda dengan Sungai Cikaso yang mulai jernih,” ujarnya.
Pemerintah daerah bersama relawan saat ini sedang melakukan evakuasi pembersihan lumpur dan pendataan kerugian di lokasi terdampak. Banjir kali ini menjadi peringatan serius terkait pentingnya pengelolaan lingkungan, khususnya di kawasan hulu sungai.