SUKABUMIUPDATE.com - Sebanyak 39 kecamatan di Kabupaten Sukabumi terimbas bencana hidrometeorologi, dengan dominasi bencana tanah longsor yang terjadi di 137 titik dan banjir di 73 titik. Kejadian ini dipicu oleh intensitas hujan yang sangat tinggi di wilayah tersebut.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati menjelaskan bencana alam yang terjadi di wilayah Sukabumi dipicu adanya fenomena udara dingin atau MJO (The Madden-Julian Oscillation) yang melintasi langit Sukabumi.
“Saat itu fenomenanya udara dingin, awal dari MJO (The Madden-Julian Oscillation) atau pergerakan awan-awan hujan dari samudra hindia menuju wilayah Indonesia,” kata Dwikorita kepada awak media usai meninjau lokasi pergerakan tanah di Cikembar, Kabupaten Sukabumi. Jumat (6/12/2024).
Baca Juga: Update Bencana Kabupaten Sukabumi: 143 Desa di 39 Kecamatan Terdampak, 8 Meninggal Dunia
Selain itu, kata Rita, hal itu juga dipengaruhi oleh tiga fenomena yang terjadi secara bersamaan sehingga awan hujan menjadi tertahan di langit Sukabumi.
“Saat ini fenomenanya jadi menjelang puncak musim penghujan di bulan Desember plus adanya La Nina lemah yang berdampak pada meningkatnya curah hujan hingga 20 persen serta adanya fenomena sirkulasi siklonik (pusaran angin yang membawa uap air untuk membentuk awan),” jelas dia.
Menurutnya, tiga fenomena itu disebut sebagai pemicu terjadinya cuaca ekstrem yang terjadi di wilayah Sukabumi.
“Jadi bedanya tahun ini itu plus la nina lemah yang menghambat pergerakan MJO yang seharusnya hanya lewat saja tapi jadi tertahan, plus ada pengaruh sirkulasi siklonik, jadi fenomenanya sekarang lebih komplit,” pungkasnya.