SUKABUMIUPDATE.com - M. Solihin (36 tahun) warga Kampung Cileutik 008/002, Desa Bojongtipar, Kecamatan Jampangtengah, Kabupaten Sukabumi, sudah empat tahun hidup terkurung dalam sebuah gubuk berukuran 1,5 x 1,5 meter persegi yang terbuat dari bambu di pinggir sawah dekat rumahnya karena mengalami gangguan jiwa.
Di tempat yang mirip kandang tersebut, tangan pria yang akrab dipanggil Aso itu juga dibelenggu rantai besi. Keluarga terpaksa membatasi ruang geraknya karena sering kabur dari rumah tanpa busana dan khawatir mengganggu warga lain.
Sang ibu, Masriah (52 tahun) yang sehari-hari bekerja sebagai buruh tani, mengaku pasrah dengan kondisi anaknya tersebut karena tidak memiliki biaya pengobatan.
"Dulu berobat menggunakan BPJS berbayar, namun setelah tidak ada bapaknya (karena meninggal), BPJS nya tidak pernah disetoran lagi, tidak ada uangnya," ujar Masriah kepada sukabumiupdate.com usai mengantarkan roti dan air minum untuk Aso pada Rabu (6/11/2024) selepas zuhur.
Baca Juga: Lima Tahun Terkurung Kotak Kayu di Kalibunder Sukabumi, Ad Akhirnya Jalani Rehabilitasi
Masriah kemudian bercerita bahwa anak keduanya itu mulai berperilaku tak biasa atau aneh semenjak pulang dari Bandung 10 tahun yang lalu. Di ibukota Jawa Barat itu, Aso sempat bekerja di peternakan ayam sekitar 3-4 bulan lamanya.
"Sejak pulang dari Bandung, tidak lama kemudian sering menghilang dari rumah, sampai 3 hari hingga 4 hari tidak pulang, lalu dicari dan ketemu di kebun, dibawa pulang. Bahkan terakhir pernah hilang dan ketemu sedang mandi di Sungai Cimandiri dekat Terminal Jubleg Sukabumi," ungkapnya.
Menurut Masriah, kondisi kejiwaan Aso seiring waktu semakin berbeda dari biasanya. Anaknya itu mudah tersinggung lalu mengamuk tak jelas. Puncaknya, saat Aso sering keluar rumah tanpa menggunakan busana. Keluarga akhirnya memutuskan untuk memasung Aso di ruangan dapur, tepatnya sekitar tahun 2019.
"Saat itu bapaknya masih ada, sehingga takut kabur dan merusak maka dipasung di ruangan dapur. Mungkin sekitar 1 tahun di pasung di dapur, karena sering ngamuk dan kabur," tuturnya.
Setahun kemudian atau tepatnya setelah M. Zaenudin, ayah dari Aso, meninggal di tahun 2020, Aso kemudian dipindahkan ke tempat dirinya dikerangkeng saat ini. Sebuah gubuk atau sawung yang terbuat dari bambu, kayu dan seng di pinggir sawah yang letaknya kurang lebih 50 meter dari rumah. Kedua kaki dan tangannya pun dirantai. Namun kini rantai di kakinya menurut Masriah sudah putus.
"Pernah dibawa berobat ke Puskesmas Jampangtengah oleh Pak Kades Bojongtipar, juga sempat dibawa ke RS Syamsudin Kota Sukabumi, namun tidak ada perkembangan, hanya diberi obat. Bahkan berobat kampungpun sudah dilakukan. Harapan kami keluarganya ingin berobat dan sembuh lagi," lirihnya.