SUKABUMIUPDATE.com - Amzad (28 tahun), seorang pedagang batagor di Kecamatan Parungkuda, Kabupaten Sukabumi, bukan hanya menarik perhatian karena gaya nyentrik, tetapi juga karena kisah hidupnya yang penuh perjuangan.
Amzad, warga asli Kecamatan Warungkiara, sejak kecil sudah belajar mandiri. Terlahir sebagai salah satu dari delapan bersaudara, ia tumbuh dengan tekad untuk tidak menjadi beban bagi keluarganya.
“Dari kecil saya sudah terbiasa berdiri di atas kaki sendiri. Orang tua punya banyak anak, jadi saya gak mau terlalu membebani mereka,” kata Amzad ketika dihubungi sukabumiupdate.com, Selasa (5/11/2024).
Demi memenuhi kebutuhan hidup dan membangun kemandirian, Amzad memutuskan merantau jauh dari kampung halaman.
Pengalaman merantaunya dimulai di Manado, Sulawesi Utara, di mana ia menjajakan makanan selama setahun. Setelah itu, Amzad pindah ke Sulawesi Tengah dan menetap di sana selama 14 tahun, berjualan makanan pentol dan batagor.
Baca Juga: Berjas Dasi dan Topi Perahu, Pedagang Batagor di Sukabumi Ini Curi Perhatian Pembeli
Di tengah perjalanan hidupnya ini, ia mulai bereksperimen dengan konsep berjualan yang unik, mengenakan setelan jas dan topi ala militer yang kini menjadi ciri khasnya. “Pakai pakaian seperti ini terinspirasi dari pertemanan saya dengan beberapa anggota TNI saat merantau di Sulawesi Tengah. Mereka menyarankan ide ini supaya jualan saya beda dari yang lain,” ujarnya.
Kini, setelah kembali ke Sukabumi awal 2024 untuk menikah, Amzad membuka usaha Batagor Komando di Parungkuda. Usaha ini menjadi bukti keteguhannya untuk hidup mandiri dengan caranya sendiri.
“Jauh-jauh merantau, akhirnya ketemu jodoh di Sukabumi. Sekarang tinggal di Sundawenang dan istri saya sedang mengandung, ini anugerah yang luar biasa,” ungkapnya.
Perjuangan Amzad membangun usaha yang unik dan menarik perhatian tidak hanya mencerminkan ketekunan, tetapi juga tekadnya untuk hidup tanpa membebani keluarga.
“Saya hanya ingin terus berusaha, biar mandiri dan bermanfaat bagi orang lain,” pungkasnya.