SUKABUMIUPDATE.com - Duka masih menyelimuti keluarga Neng Laras (22 tahun), wanita muda yang ditemukan meninggal dunia dalam kondisi tertindih motor di saluran irigasi pinggir jalan Ciheulang Tonggoh-Cirendeu, Kampung Palasari, Desa Girijaya, Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi, Kamis 17 Oktober 2024.
Duka atas kepergian Neng Laras itu masih dirasakan oleh sang nenek, Mimih (63 tahun), yang merawat cucunya itu sedari kecil.
Diketahui, Neng Laras merupakan anak satu-satunya dari pasangan Dudi dan Eti. Namun, kehidupan keluarganya tidak berjalan mulus. Ayah dan ibunya bercerai ketika Neng Laras masih berusia tiga tahun. Kala itu, ia diasuh oleh ibunya. Namun, saat duduk di bangku kelas 3 SD, ibunya memutuskan menjadi buruh imigran atau TKW di Arab Saudi.
Semenjak itu, Neng Laras tinggal bersama kakek dan neneknya, Sanudin dan Mimih, serta bibinya, Risa, di Kampung Cirendeu, Desa Girijaya atau letaknya kurang lebih 3 kilometer dari lokasi penemuan jasad Neng Laras.
Menurut Mimih (63 tahun), berita kematian Neng Laras baru sampai ke telinga anaknya keesokan harinya, Jumat 18 Oktober 2024. Mimih juga mengaku sempat tidak sadarkan diri usai mendengar kabar itu, membuat situasi semakin menyayat hati.
“Bilangnya kecelakaan, ibunya kaget dan sempat histeris, tetapi akhirnya menerima bahwa itu takdir,” lirih Mimih kepada sukabumiupdate.com, Rabu (23/10/2024).
Baca Juga: Cerita Utom di Nagrak Sukabumi, Tak Curiga Mayat Saat Cium Bau Menyengat di Depan Rumah
Ibunda Neng Laras menurut Mimih saat ini masih bekerja sebagai imigran, sehingga tak bisa langsung pulang ke tanah air meskipun hatinya hancur. "Ibunya dulu bilang kalau Neng Laras menikah nanti, dia pasti pulang. Tapi takdir berkata lain, sekarang dia sudah kehilangan semangat untuk pulang," cerita Mimih.
Ibunda Neng Laras mengaku merasa percuma untuk pulang karena anak satu-satunya sudah dimakamkan.
Mimih kemudian menceritakan ada hal tak biasa dari Neng Laras pada Minggu 13 Oktober 2024 pagi, hari ketika Neng Laras terakhir kali terlihat. Sebelum berpamitan, mata Neng Laras sembab, seperti habis menangis.
“Saya tanya kenapa, dia hanya diam, tidak menjawab. Dia sedang menggoreng nasi untuk sarapan saat itu," cerita Mimih.
Mimih kala itu tidak bertanya lebih jauh karena seperti kebiasaan, Neng Laras tidak akan bercerita kepadanya. Cucunya itu hanya berpamitan untuk berolahraga bersama teman-temannya. "Dia pamit mau olahraga, berangkat dari rumah sekitar jam 09.00 WIB," jelasnya.
Menurut Mimih, cucunya itu dikenal memang sebagai pribadi yang tertutup dan jarang berbagi masalah. "Pergi tanpa sempat menyampaikan apa yang ia alami," ujarnya.
Neng Laras kemudian berangkat seorang diri dari rumahnya. Menurut teman perempuannya, lanjut Mimih, cucunya itu janjian bermain bulutangkis di Kota Sukabumi dan berangkat bersama-sama dari Nagrak.
Mereka berdua membawa motor masing-masing, dan Neng Laras terlihat membawa peralatan olahraga seperti sepatu, topi, dan pakaian olahraga. Setelah selesai berolahraga sekitar pukul 12.00 WIB, Neng Laras sempat mengajak temannya untuk segera pulang karena ingin tiba di rumah sekitar jam 14.00 WIB.
Namun, dalam perjalanan pulang, Neng Laras berpisah dengan temannya di Karangtengah, Cibadak.
"Setelah itu, tidak ada lagi kabar dari Neng Laras, hingga akhirnya ditemukan meninggal dunia di irigasi dekat rumah warga," tuturnya.
Sebelumnya, satu sampai dua hari saat Neng Laras hilang, Minih menyebut ada seorang pria yang datang mengetuk pintu rumah. ia mengenal pria yang masih satu desa itu sebagai pacar cucunya dan sudah delapan tahun menjalin hubungan asmara dengan Neng Laras sejak duduk di bangku SMP.
Baca Juga: Polisi Ungkap Kronologi Kematian Wanita Muda Dalam Selokan Pinggir Jalan di Nagrak Sukabumi
Saat itu menurut Mimih, pria tersebut bukannya memberi dukungan, justru menyampaikan kabar bahwa dirinya sudah putus dengan Neng Laras. Kala itu pria itu juga menduga Neng Laras mungkin pergi bersama lelaki lain.
Mimih kemudian langsung bersikap kurang respek terhadap pria tersebut. Ia merasa kecewa mengapa baru setelah Neng Laras tiada, kata-kata seperti itu diucapkan, padahal ketika Neng Laras masih hidup, hubungannya seolah baik-baik saja.
“Dia bilang, 'Udah gak merasa memiliki Neng Laras, jadi gak mau bertanggung jawab kalau ada apa-apa'. Bahkan minta maaf kalau selama ini sudah merepotkan,” jelasnya.
Pernyataan pria itu kemudian menjawab kecurigaan Mimih tentang kondisi cucunya yang sembab. Putus dengan pacar membuat sikap cucunya itu sedikit ketus di hari terakhir pamit dari rumah.
Menurut Mimih, tidak ada barang berharga yang hilang saat jasad Neng Laras dan motornya ditemukan. Helm masih ada, dan di dalam tas korban ditemukan uang sebesar Rp 250 ribu, kartu ATM, KTP, serta handphone.
"Tidak ada barang yang hilang. Semuanya masih ada, termasuk uang dan barang-barang di tasnya," ungkapnya.
Mimih juga mengungkap alasan kenapa menolak autopsi kala itu. "Saat ditanya kondisi saya tidak stabil, kemudian saat itu sudah malam dan banyak yang bilang kasihan ke jasadnya, kondisinya sudah mengkhawatirkan. Akhirnya kami menolak dan memilih memakamkan Neng Laras," pungkasnya.
Sebelumnya, Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Polres Sukabumi menduga kematian Neng Laras akibat kecelakaan tunggal. Dugaan tersebut berdasarkan hasil olah tempat kejadian perkara (TKP).
Jasad Neng Laras saat itu ditemukan oleh warga yang mencium bau busuk di dalam parit irigasi kering sedalam kurang lebih empat meter yang berada di depan rumahnya, Kamis 17 Oktober 2024 sekitar pukul 16.00 WIB. Warga itu kaget menemukan mayat dalam kondisi tertelungkup dan tertindih sepeda motor di lokasi tersebut.
“Dari hasil olah TKP, ditemukan fakta-fakta penyebab kematian Neng Laras murni akibat kecelakaan lalu lintas tunggal,” kata Kasatlantas Polres Sukabumi AKP Fiekry Adi Perdana.
Diduga kejadian tersebut terjadi pada 13 Oktober 2024, saat Neng Laras mengendarai sepeda motor Honda Beat biru hendak pulang ke rumah di Kampung Cireundeu.
Dugaan sementara, Neng Laras kehilangan kendali sehingga sepeda motornya terjun ke parit yang berada di bahu jalan sebelah kiri. Luka berat yang dialaminya membuat Neng Laras tidak bisa bangkit dan akhirnya meninggal dunia di lokasi kejadian.
“Terdapat beberapa luka pada tubuh korban yang diduga akibat terbentur benda keras seperti batu,” jelas Fiekry.
Pihak keluarga kemudian menerima kejadian tersebut sebagai musibah dan menolak untuk dilakukan autopsi. Jasad Neng Laras pun langsung dikenali oleh keluarga dan dikebumikan di TPU yang tidak jauh dari rumah duka.