SUKABUMIUPDATE.com - Neng Laras (22 tahun) ditemukan meninggal dunia dalam posisi tertindih sepeda motor di saluran irigasi pinggir jalan Ciheulang Tonggoh-Cirendeu, Kampung Palasari, Desa Girijaya, Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi pada Kamis 17 Oktober 2024 lalu.
Pantauan sukabumiupdate.com, tempat ditemukannya jasad wanita muda itu hanya berjarak sekitar 3 kilometer dari rumahnya.
Sepeda motor Honda Beat berwarna biru milik Neng Laras yang dikendarainya nampak tak mengalami kerusakan parah. Kerusakan hanya terjadi di beberapa bagian, seperti spakbor belakang yang patah, spidometer pecah dan sayap bagian depan terbuka.
Saat kejadian, ia diduga sedang dalam perjalanan pulang. Hal itu terungkap dari keterangan Mimih (63 tahun) sang nenek.
Baca Juga: Cerita Utom di Nagrak Sukabumi, Tak Curiga Mayat Saat Cium Bau Menyengat di Depan Rumah
Menurut Mimih, tidak ada barang berharga yang hilang saat jasad Neng Laras dan motornya ditemukan. Helm masih ada, dan di dalam tas korban ditemukan uang sebesar Rp 250 ribu, kartu ATM, KTP, serta handphone.
"Tidak ada barang yang hilang. Semuanya masih ada, termasuk uang dan barang-barang di tasnya," ungkap Mimih kepada sukabumiupdate.com, Rabu (23/10/2024).
Mimih juga mengungkap bahwa sehari sebelum Neng Laras dikabarkan hilang, tepatnya pada Sabtu, 12 Oktober 2024, cucunya itu masih bekerja seperti biasa. Dari informasi yang diperolehnya, Neng Laras sempat mengambil uang sebesar Rp 500 ribu dari kantornya. "Dia sering membelikan kebutuhan untuk kami, meski kami tidak pernah meminta," ujarnya.
Ada yang janggal menurut Mimih pada pagi hari Minggu, 13 Oktober 2024, hari ketika Neng Laras terakhir kali terlihat. Sebelum berpamitan, mata Neng Laras sembab, seperti habis menangis.
“Saya tanya kenapa, dia hanya diam, tidak menjawab. Dia sedang menggoreng nasi untuk sarapan saat itu," cerita Mimih.
Mimih kala itu tidak bertanya lebih jauh karena seperti kebiasaan, Neng Laras tidak akan bercerita kepadanya. Cucunya itu hanya berpamitan untuk berolahraga bersama teman-temannya. "Dia pamit mau olahraga, berangkat dari rumah sekitar jam 09.00 WIB," jelasnya.
Neng Laras kemudian berangkat seorang diri dari rumahnya. Menurut teman perempuannya, lanjut Mimih, cucunya itu janjian bermain bulutangkis di Kota Sukabumi dan berangkat bersama-sama dari Nagrak.
Mereka berdua membawa motor masing-masing, dan Neng Laras terlihat membawa peralatan olahraga seperti sepatu, topi, dan pakaian olahraga. Setelah selesai berolahraga sekitar pukul 12.00 WIB, Neng Laras sempat mengajak temannya untuk segera pulang karena ingin tiba di rumah sekitar jam 14.00 WIB.
Namun, dalam perjalanan pulang, Neng Laras berpisah dengan temannya di Karangtengah, Cibadak.
"Setelah itu, tidak ada lagi kabar dari Neng Laras, hingga akhirnya ditemukan meninggal dunia di irigasi dekat rumah warga," tuturnya.
Mimih juga mengungkap alasan kenapa menolak autopsi kala itu. "Saat ditanya kondisi saya tidak stabil, kemudian saat itu sudah malam dan banyak yang bilang kasihan ke jasadnya, kondisinya sudah mengkhawatirkan. Akhirnya kami menolak dan memilih memakamkan Neng Laras," pungkasnya.
Sebelumnya, Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Polres Sukabumi menduga kematian Neng Laras akibat kecelakaan tunggal. Dugaan tersebut berdasarkan hasil olah tempat kejadian perkara (TKP).
Jasad Neng Laras saat itu ditemukan tertelungkup dan tertindih sepeda motor di dalam parit irigasi kering sedalam kurang lebih empat meter, Kamis 17 Oktober 2024 sekitar pukul 16.00 WIB.
“Dari hasil olah TKP, ditemukan fakta-fakta penyebab kematian Neng Laras murni akibat kecelakaan lalu lintas tunggal,” kata Kasatlantas Polres Sukabumi AKP Fiekry Adi Perdana.
Diduga kejadian tersebut terjadi pada 13 Oktober 2024, saat Neng Laras mengendarai sepeda motor Honda Beat biru hendak pulang ke rumah di Kampung Cireundeu.
Dugaan sementara, Neng Laras kehilangan kendali sehingga sepeda motornya terjun ke parit yang berada di bahu jalan sebelah kiri. Luka berat yang dialaminya membuat Neng Laras tidak bisa bangkit dan akhirnya meninggal dunia di lokasi kejadian.
“Terdapat beberapa luka pada tubuh korban yang diduga akibat terbentur benda keras seperti batu,” jelas Fiekry.
Pihak keluarga kemudian menerima kejadian tersebut sebagai musibah dan menolak untuk dilakukan autopsi. Jasad Neng Laras pun langsung dikenali oleh keluarga dan dikebumikan di TPU yang tidak jauh dari rumah duka.