SUKABUMIUPDATE.com - Tiga nelayan tewas sementara 71 lainnya terjebak di reruntuhan eks dermaga pasir besi, Desa Buniasih Kecamatan Tegalbuleud saat gelombang pasang menyergap pesisir Kabupaten Sukabumi, Rabu 16 Oktober 2024. Insiden ini menyita perhatian publik, pemerintah menerjunkan helikopter basarnas dan TNI serta perahu untuk mengevakuasi puluhan warga pesisir tersebut pada Kamis 17 Oktober 2024.
Seluruh survivor yang terjebak di ujung dermaga yang berjarak kurang lebih 700 meter dari pantai, akhirnya berhasil dievakuasi dengan selamat. 50 orang diangkut menggunakan helikopter, 21 lainnya dievakuasi lewat jalur laut dengan perahu-perahu nelayan yang diterjunkan tim sar gabungan. 3 nelayan yang hilang pun sudah ditemukan dalam keadaan tak bernyawa, terseret hingga ke pesisir Cianjur Selatan Jawa Barat.
Insiden ini akhirnya memperlihatkan bagaimana keseharian puluhan warga pesisir Tegalbuleud bertaruh nyawa dari atas reruntuhan dermaga milik PT Sumber Besi Utama. Reruntuhan dermaga adalah infrastruktur yang tersisah kegiatan tambang pasir besi yang pernah dilakukan perusahaan tersebut.
Baca Juga: Demi Keselamatan, Dispar Sukabumi Imbau Wisatawan Berhati-hati Saat Beraktivitas di Pantai
Dermaga dengan panjang 700 meter dan lebar 6 meter itu terbuat dari material besi dan cor beton. Sebagian besi dan landasan sudah berkarat, bahkan menuju ujung dermaga, beberapa tiang dan landasan sepanjang 100 meter sudah rontok diterjang ombak.
Sejak tahun 2017, warga pesisir (nelayan) memanfaatkan sisah reruntuhan dermaga untuk membuat paratag atau pagan (bagan) penangkap ikan dan udang. Ujung dermaga yang berada perairan adalah lokasi yang baik untuk menangkap biota laut bernilai ekonomi, khususnya lobster yang selama ini menjadi komoditas nelayan dari perairan Tegalbuleud.
Ujung dermaga adalah landasan cor semen dengan luas kurang lebih 100 meter kali 50 meter, cukup luas untuk membangung banyak paratag atau pagang serta spot mancing. Dari sana nelayan bergotong royong membuat jembatan bambu sepanjang 100 meter di atas tiang bekas reruntuhan landasan besi, dermaga.
Ketua Rukun Nelayan Tegalbuleud, Hadiji menuturkan inisiatif nelayan menjadikan bekas Dermaga SBP sebagai sarana menangkap ikan dan bersandar perahu. Karena selama ini tidak ada akses bersandar perahu bagi nelayan di pesisir Buniasih Tegalbuleud.
Baca Juga: Cerita Prabu Siliwangi Gagal Kabur Lewat Tegalbuleud Sukabumi Karena Ombak Pasang
"Paratag atau pagang yang dibangun nelayan di ujung dermaga jumlahnya cukup banyak. Satu paratag itu ukurannya ada yang 15 meter, hingga 20 meter. Ada kesepakatan batas panjangnya diangka 20 meteran, dengan lebar 2 - 3 meter,” tegasnya.
Untuk membangun satu paratag atau pagang, lanjut Hadiji dibutuhkan biaya hingga Rp20 juta, dengan material bambu. Pertaruhan modal yang cukup berani, karena keberadaan fasilitas tangkap ikan dan udang di dermaga tersebut sangat rawan disapu gelombang besar, mengingat perairan Tegalbuleud bukan teluk, langsung berhadapan dengan samudera hindia.
"Memang beresiko, namun tidak ada pilihan bagi nelayan, bahkan paratag yang baru dibangun juga kalau ada ombak tinggi bisa tersapu dan ambruk. Sebenarnya dilema juga untuk nelayan," pungkas Hadiji.
Walaupun tinggi resiko, keberadaan dermaga paratag ini bak menjadi kampung nelayan di tengah laut. Karena setiap hari tak kurang dari 50 orang beraktivitas di atas eks dermaga perusahaan tambang pasir besi tersebut, tak hanya nelayan pemilik paratag dan perahu, juga ada pedagang dan penghobi mancing mania.
Perputaran uang di dermaga paratag tersebut juga cukup baik. Salah seorang pedagang kopi dan makanan ringan yang membuka warung di sana, punya penghasilan hingga Rp1 juta per hari, dari para konsumen yang beraktivitas di kampung nelayan paratag dermaga pasir besi.
Baca Juga: Polisi Ungkap Kronologi Kematian Wanita Muda Dalam Selokan Pinggir Jalan di Nagrak Sukabumi
Camat Tegalbuleud, Encep Iskandar menjelaskan pasca peristiwa perlu ada evaluasi unsur keselamatan bagi nelayan dan warga yang beraktivitas di bekas dermaga SBP. “Segera ada musyawarah Forkopimcam, SBP, nelayan, pemilik paratag, dan pengurus nelayan. Bahas keseluruhan terutama unsur keselamatan” tuturnya.