SUKABUMIUPDATE.com - Ijong (44 tahun) adalah 1 dari 71 orang (nelayan) yang lebih dari 24 jam terjebak gelombang pasang di dermaga SBP pasir besi, pesisir Buniasih Kecamatan Tegalbuleud Kabupaten Sukabumi Jawa Barat. Ia adalah 20 orang yang dievakuasi melalui jalur laut ke pesisir Ujunggenteng Sukabumi, sementara sebagian besar survivor lainnya diangkut naik helikopter Basarnas dan TNI, pada Kamis siang kemarin, 17 Oktober 2024.
Ijong adalah warga Kampung Citangkil Desa Buniasih, Kecamatan Tegalbuleud, Kabupaten Sukabumi, setiap hari selama dua tahun ini ia menggantungkan hidupnya dengan berjualan kopi, mie, makanan ringan di atas dermaga SBP, konsumennya nelayan, dan pemancing.
"Hampir 2 tahun berjualan kopi, dan makanan ringan. Berangkat sore hari, langsung menginap, dan pulang pagi atau siang," ucapnya kepada sukabumiupdate.com, Kamis 17/10/2024.
Baca Juga: Polisi Ungkap Kronologi Kematian Wanita Muda Dalam Selokan Pinggir Jalan di Nagrak Sukabumi
Saat kejadian itu, lanjut Ijong, dari subuh ombak sudah cukup besar dan menghantam dermaga. “Bagi kami dan nelayan itu hal biasa.” Menurut Ijong saat itu ia tengah melayani sejumlah konsumen, sehingga tidak tahu persis ada beberapa yang mau pulang. Baik lewat darah dengan menyebrangi jembatan bambu, maupun turun ke perahu yang ditambatkan di tiang ujung dermaga.
"Tiba tiba ramai, ada yang disapu ombak saat melintas. Satu menyelamatkan diri dengan berenang menuju perahu, lalu ditarik ke atas dermaga. Tiga lainnya hilang digulung ombak, bebernya.
4 orang itu lanjut Ijong terjatuh bersama jembatan bambu yang ambruk dihantam ombak besar. Menurut pria ini, baik nelayan perahu, paratag atau pagang, juga yang mancing, bahkan pedagang akses utama ke darat lewat jembatan bambu tersebut. Jembatan bambu yang rontok diterjang ombak, panjangnya kurang lebih 100 meter.
Baca Juga: Tak Pulang Sejak Minggu, Fakta Wanita Muda Tewas Tertindih Motor di Nagrak Sukabumi
Kondisi ombak yang semakin besar karena perairan pasang. Membuat nelayan perahu juga naik ke dermaga SBP, karena tidak aman. "Jadi di atas dermaga itu hampir 71 orang, ada nelayan perahu, paratag atau pagang, juga ada pemancing,” bebernya.
Mereka lalu berdiam diri, rencananya menunggu kondisi perairan kembali normal. Lebih dari 24 jam mereka terjebak di atas dermaga yang sudah jadi “Kampung Nelayan”. Logistik mulai menipis, bahkan dagangan Ijong pun tak tersisa lagi dibagikan kepada 70 warga yang terjebak bersamanya.
“Hanya bawa uang hasil penjualan sebelum peristiwa itu terjadi. Setelah kami terjebak, baik kopi maupun makanan saya bagikan saja kepada yang butuh,” ungkap Ijong.
Baca Juga: Wanita Muda Tewas, Tertindih Motor di Nagrak Sukabumi, Polisi Selidiki Penyebabnya
Pada Kamis pagi 17 Oktober 2024, sekitar pukul 08.00 WIB, helikopter Basarnas datang, menurunkan logistik, sebelum memulai evakuasi warga, terutama yang tidak bisa berenang dulu, lanjut Ijong.
Ia sendiri jelang tengah hari saat amukan ombak mulai mereka turun ke perahu nelayan untuk bersandar ke pantai Ujunggenteng. Dari atas dermaga turun 10 meter menggunakan tali tambang, lalu berenang sekitar 15 meter menuju perahu, menggunakan pelampung, perahu kemudian berlayar menuju pantai landai di Ujunggenteng yang relatif aman.
“"Pasti keluarga sangat cemas, dan alhamdulillah kami semua bisa kembali ke keluarga,” pungkasnya.