SUKABUMIUPDATE.com - Pembukaan Tol Bogor-Ciawi-Sukabumi (Bocimi) Seksi 2 ruas Cigombong-Cibadak pada Selasa, 24 September 2024, membawa dampak signifikan terhadap aktivitas ekonomi di sepanjang Jalan Nasional Sukabumi-Bogor. Salah satu yang terdampak adalah penjual sate di Kampung Cipanggulaan RT 7/3, Desa Pondokkaso Landeuh, Kecamatan Parungkuda, Kabupaten Sukabumi.
Seorang penjual sate yang biasa berjualan di jalur tersebut, Adep Supriyatna (52 tahun), mengeluhkan penurunan drastis dalam pendapatan sejak tol seksi 2 dioperasikan.
"Perbandingannya jauh. Waktu tol ditutup pendapatan bisa mencapai sekitar Rp 2,5 juta per hari, paling minim Rp 1,5 juta per hari. Setelah tol dibuka lagi, pendapatan paling Rp 600-700 ribu per hari, baik hari biasa maupun akhir pekan. Mau dapat sejuta aja susah," ungkap Adep saat ditemui sukabumiupdate.com di kedainya, Sabtu (28/9/2024).
Ia juga menyatakan bahwa biasanya warung satenya ramai dikunjungi pembeli selepas Magrib, namun kini situasinya berubah drastis.
"Sekarang abis Magrib kadang sampai saya pulang, satu mobil pun tidak ada yang mampir," keluhnya. Diketahui, lapak satenya yang buka dari pukul 10.00 hingga 23.00 WIB kini lebih sering kosong.
Baca Juga: Siap-siap! Dalam Waktu Dekat Tol Bocimi Seksi 2 Akan Diberlakukan Tarif
Baca Juga: Laska Hotel Sukabumi Sambut Baik Pembukaan Tol Bocimi Seksi 2, Akses Wisata Makin Mudah
Sebelum pembukaan tol, Adep biasa menyiapkan sekitar 10 kilogram daging per hari untuk sate, dan bisa meningkat menjadi 12 kilogram pada malam Sabtu atau Minggu. "Sekarang buat 5 kilogram daging aja kadang-kadang 2 hari nggak habis, karena sepi," katanya.
Selain itu, Adep mengungkapkan bahwa sebelum tol dibuka, lalu lintas di sekitar lapaknya selalu ramai, hingga menyebrang jalan pun sulit. "Sekarang mau diem di tengah jalan juga bisa, apalagi malam, jalanan sepi banget," jelasnya.
Adep berharap pemerintah bisa lebih bijak dalam memperhatikan ekonomi masyarakat di wilayah tersebut, terutama para pelaku usaha kecil yang terdampak pembukaan tol. "Harapan saya, pemerintah bijak kepada masyarakatnya, biar ekonomi di sini bagus lagi," ucapnya.
Soal peluang usaha baru, Adep mengaku bingung karena pedagang lain di wilayahnya juga mengalami dampak serupa. "Kalau ganti posisi, pedagang yang lain juga sama aja kena dampaknya. Jadi ya sekarang apa adanya dijalani dulu," jelasnya.
Menurutnya, pelanggan satenya yang dulu sering datang dari luar daerah, seperti Jakarta dan sekitarnya, kini berkurang drastis. "Dulu pelanggan dari Jakarta yang mau ke Palabuhanratu atau Jampang sering mampir. Tapi sekarang, habis semua. Pelanggan yang dari jauh udah nggak ada, paling mengandalkan warga sekitar aja sekarang," ungkapnya.
Meski begitu, Adep yang sudah berjualan sate selama 7 tahun tetap bersyukur bisa bertahan sejauh ini. "Kalau masyarakat sekitar ya masa tiap hari makan sate, kalau dari luar kan silih berganti. Jadi masih bertahan aja sudah syukur," pungkasnya.