SUKABUMIUPDATE.com - Hutan Cagar Alam Cibanteng dan Suaka Margasatwa Cikepuh merupakan dua wilayah yang yang termasuk pada kawasan Geopark Ciletuh Palabuhanratu Sukabumi. Batas-batas kedua tempat tersebut meliputi Desa Mandrajaya, Desa Cibenda, Desa Sidamulya Kecamatan Ciemas, dan Desa Gunungbatu, Desa Pangumbahan di Kecamatan Ciracap. Kedua hutan itu, merupakan habitat Banteng.
"Dari cerita orangtua, sekitar tahun 1980, masih banyak banteng banteng yang berkeliaran di Cagar Alam Cibanteng," ucap Ocim (40 tahun) warga Mandrajaya kepada sukabumiupdate.com, Kamis (26/9/2024).
Bahkan ditengah hutan Cagar Aalam Cibanteng, ada sebuah lokasi sungai kecil atau selokan yang dinamakan Panginuman Banteng, yakni tempat minumnya banteng banteng. Namun semakin kesini, semakin banyak orang yang berburu masuk kekawasan hutan saat itu, selain banyak pemburu, juga sering terjadi kebakaran hutan, mungkin banteng banteng itu sudah tidak nyaman tinggal diwilayah hutan itu, akhirnya dia pergi.
Kepergian kawanan banteng, sempat diketahui oleh nelayan waktu itu. Banteng banteng itu turun dari Cagar Alam Cibanteng, ke laut Cikadal saat waktu sariak layung (sore hari), atau saat matahari tenggelam. "Dari cerita orangtua dulu, kawanan banteng itu menyebrang lautan menuju arah laut Ujungkulon - Banten," ungkapnya.
"Jadi kemungkinan ratusan banteng yang ada di Cagar Alam Cibanteng, sekarang adanya di Ujungkulon Banten. Karena dari jejaknya tidak ditemukan bangkai atau kematian masal di Cibanteng," pungkasnya.
Baca Juga: Angkernya Cagar Alam Cibanteng Sukabumi di Masa Lalu
Baca Juga: Keanekaragaman Satwa Penghuni SM Cikepuh dan Cagar Alam Cibanteng Sukabumi
Sebelumnya, Kepala Desa Cibenda Kecamatan Ciemas, Adi Rizwan menceritakan bahwa ia sudah mengenal kawasan Suaka Margasatwa Cikepuh dan Cagar Alam Cibanteng dengan luas 8.570,05 hektar sejak usia SD kelas 5, saat itu sering ia diajak oleh almarhum ayahnya, Adah Dahlan.
Almarhum Adah Dahlan, tutur Kades, merupakan mantan Kepala BKSDA Cagar Alam Cibanteng dan Suaka Margasatwa Cikepuh selama hampir 25 tahun.
Selain itu, sambung Kades, hutan Cibanteng menjadi tempat populasi Banteng saat itu. Banyak kerbau warga yang bercampur dan berkumpul dengan banteng-banteng itu. Namun bedanya kalau kerbau sudah mengetahui saat harus pulang ketempat diluar kawasan hutan atau sampalan.
Adi mengatakan almarhum bapaknya sebagai petugas BKSDA waktu itu memiliki catatan berapa banyak banteng jantan, betina, anaknya, bahkan sampai yang bunting. "Yang saya ingat ada 500 banteng yang tercatat, komplit dengan namanya. Almarhum tiap hari harus mengecek, karena memang tidak luput dari para pemburu pemburu. Kendati tiap hari diburu, namun bisa dihitung yang bisa ditangkap, paling satu tahun hanya 5 ekor," ungkapnya.
Itupun tidak lepas dari perintah Ki Hori. Ya, tergantung tiap tahun mau dikeluarkan berapa, terkadang tidak bisa ditangkap, walau tiap hari diburu. "Ki Hori, merupakan kuncen Cagar Alam Cibanteng dan Suaka Margasatwa Cikepuh, meninggal pada usia 100 lebih, sebelum meninggal orang tua kami," imbuhnya.
Terkait dengan keberadaan kerbau di Cagar Alam Cibanteng dan Suaka Margasatwa Cikepuh memang bukan sekarang saja. "Sudah zaman dahulu sudah ada bersama Banteng banteng tersebut, bahkan ada yang tidak pernah pulang, ikut bersama kawanan banteng," pungkasnya.