SUKABUMIUPDATE.com - Warga Kampung Bantarsari Desa Neglasari Kecamatan Lengkong dan Kampung Bantarpanjang Desa Bantarpanjang Kecamatan Jampangtengah, Kabupaten Sukabumi berharap segera dibangun jembatan permanen. Pasalnya, jembatan darurat sebagai pengganti jembatan gantung yang ambruk diterjang banjir Sungai Cikaso pada Juni 2024 lalu membuat pengguna jembatan waswas.
Jembatan sementara yang terbuat dari bambu dengan lebar 1 meter dan panjang 15 meter penghubung kedua desa itu, kondisinya miring.
Pada awalnya, jembatan darurat penghubung antarkampung ini sebenarnya diperuntukkan untuk pejalan kaki, namun pada kenyataannya banyak pelajar terdiri dari siswa SD/MI, SMP/ Tsanawiyah, SMA/SMK, serta guru gunakan sepeda motor, memilih melintasi jembatan bambu, karena jarak tempuh menuju sekolah lebih dekat.
Pengajar Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Master Teknologi, Asep Suryana (40), yang merupakan warga Kampung Bantarsari, Desa Neglasari, Kecamatan Lengkong, memilih melintasi jembatan bambu darurat. Sebab, jarak menuju tempat mengajar lebih dekat. Sekolah tempatnya mengajar berlokasi di Desa Bojongjengkol, Kecamatan Jampangtengah.
"Alhamdulilah ada jembatan darurat juga. Tapi memang harus hati hati terutama yang pakai sepeda motor, takut terpeleset," kata Asep kepada sukabumiupdate.com, Selasa (27/8/2024).
Baca Juga: Pembebasan Lahan Berhasil, Pembangunan Jembatan Viral di Sukabumi Mulai Dikerjakan
Menurut Asep, jembatan darurat inilah yang banyak dilintasi. Bukan jembatan miring viral yang kini sedang dibangun oleh relawan.
"Ya, mudah mudahan pemerintah segera untuk membangun kembali," tuturnya.
Hal serupa dilakukan Ani (30), warga Kampung/Desa Bantarpanjang, Kecamatan Jampangtengah. Ia memilih melintasi jembatan bambu darurat untuk mengantar putranya Arhan (7 tahun), sekolah di Madrasah Ibtidayah (MI) Bantarsari, di Kampung Bantarsari, Desa Neglasari, Kecamatan Lengkong. Sebab, jembatan tersebut, merupakan akses paling dekat menuju sekolah putranya.
"Kalau lewat ngeri sih, tapi lewat jembatan itu akses paling dekat. Tiap hari lewat sini pulang pergi," kata Ani.
Baca Juga: Dari Bambu, Penampakan Akses Darurat Pengganti Jembatan Viral di Sukabumi
Ani mengaku setiap hari terpaksa melintasi jembatan bambu darurat menggunakan sepeda motor. Ia khawatir keselamatan anaknya sehingga harus diantar sekolah.
Menurutnya dengan melintasi jembatan bambu darurat ini ke sekolah anaknya hanya ditempuh perjalanan 10 menit. Bilamana melalui jalan lain, menempuh perjalanan sekitar 6 kilometer.
"Akses ini selain dilintasi pelajar, juga sebagai akses perekonomian, dan pertanian juga," terangnya.
Dari pantauan sukabumiupdate.com, Ibu Rumah Tangga (IRT) dan pelajar putri yang mengendarai sepeda motor sebelum menyeberangi jembatan bambu darurat, terlebih dahulu menunggu warga yang bisa menyeberangi sepeda motornya. Bahkan, sampai rela berlama-lama, lantaran khawatir kondisi jembatan saat dilintasi, kerap oleng dan miring sedikit, serta licin saat masih dibasahi embun pagi.
Maulana (30 tahun), warga Kampung Bantarpanjang, Kecamatan Jampangtengah. Setiap hendak berangkat aktivitas di Desa Neglasari, Kecamatan Lengkong, terlebih dahulu membantu kaum IRT dan pelajar putri menyeberangi sepeda motornya.
"Kasihan (ibu-ibu) bawa anak, selama ini, sering orang minta bantuan untuk menyebrangkan sepeda motornya," ujarnya.
Maulana mengaku, bila pagi hari, sejumlah ibu-ibu dan pelajar putri pengendara sepeda motor, rela menunggu dan berharap seseorang yang hendak melintas untuk diminta tolong dibantu menyeberangi sepeda motornya, lantaran takut menyeberang sendiri.