SUKABUMIUPDATE.com - Kisah abah Tami (65 tahun), warga Kampung Talanca, Desa Loji, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi. Di usianya yang sudah tak lagi muda, ia tetap gigih mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan hidup.
Lansia yang memiliki lima orang anak, 20 cucu dan 4 buyut ini setiap harinya menggeluti profesi sebagai pemulung, mengais rezeki dari tumpukan rongsokan yang terbawa arus dan terdampar di Pantai Talanca atau pesisir Loji.
Diketahui, posisi pantai tersebut diapit dua muara, salah satunya Muara Cimandiri. Ratusan kilogram sampah berbagai jenis dimuntahkan setiap harinya ke pesisir ini, mayoritas sampah berupa batang kayu hingga botol dan gelas bekas air minum dalam kemasan. Sampah itu setiap hari diais oleh sejumlah pemulung yang bermukim di Kampung Talanca, salah satunya Abah Tami.
"Dulu suka ke laut, tapi kalau ngelaut lagi enggak berani soalnya udah tua. Sekarang mah saya kumpulin botol bekas, mungut kayu untuk dijual. Kalau kelaut sama mulung, itu hampir sama hasilnya engga jauh beda," ujar Tami kepada sukabumiupdate.com, Senin (26/8/2024).
Baca Juga: Gelar Aksi Bersih-bersih Pantai, Camat Simpenan soal Masalah Sampah di Pesisir Loji Sukabumi
Berdua bersama sang Istri, Ai Rodiah (53 tahun), abah Tami tinggal di sebuah rumah sederhana berukuran 4x5 meter persegi. Lokasinya berjarak 125 meter dari pesisir Loji.
"Kalau tinggal di sini sudah 15 tahun sama istri. Abah anak 5 sudah udah berumah tangga semua," ungkapnya.
Air pasang laut yang datang di waktu tertentu biasanya ditunggu para pemulung termasuk Abah Tami. Hal itu karena biasanya sampah-sampah plastik hingga kayu terbawa ke pantai.
Dengan bertelanjang kaki, Abah Tami menelusuri pesisir Pantai Talanca berbekal karung yang terbuat dari jaring. Ia kemudian masukan satu per satu sampah botol plastik hingga kayu yang ditemuinya.
Dia menjelaskan bahwa sampah yang dikumpulkan setiap harinya akan dijual langsung ke pengepul yang datang ke rumahnya.
Bagi abah Tami, setiap barang yang dianggap sampah bisa menjadi sumber penghidupan, meskipun hasilnya tak seberapa.
"Biasanya mungut itu pagi sama sore sekitaran sini. Kalau sudah kumpul langsung dijual. Sehari ngumpulin kayu paling dapat 50 kilo, satu kilonya seribu kalau di jual. Kayunya katanya buat kerajinan gitu, dibawa ke Sukabumi,” tandasnya.