SUKABUMIUPDATE.com - Tak hanya di Sukabumi, masa kejayaan angkot sebagai transportasi publik mulai meredup di semua wilayah di Indonesia. Khususnya daerah yang populasi transportasi onlinenya makin banyak.
8 tahun yang lalu, angkot di Sukabumi masih mengalami masa jaya, dimana penghasilan harian sopir mencapai Rp350 ribu, itu saat tarif angkot di sukabumi, jauh dekat Rp 4 ribu. Ini diungkap Ketua Kelompok Kerja Unit (KKU) sekaligus sopir Angkot Sukaraja, Ridwan (38 tahun), kepada sukabumiupdate.com, saat menggelar aksi mogok narik, Senin 12 Agustus 2024.
Ia mengakui jika kondisi ini terjadi karena adanya perubahan kebiasaan masyarakat, yang sebelumnya menggunakan angkot beralih ke transportasi online. “Pendapatan anjlok Sukarajaan jadi Rp 150 ribu teh kotor, bensin, belum harus setor. Dulu mah masih tinggi bisa Rp 350 ribu itu ongkos masih Rp 4 ribu,” kata dia.
Apa yang diungkapkan Ridwan ini tidak salah, karena melemahnya penghasilan angkot memang terjadi sejak transportasi online mulai beroperasi di Indonesia. Bukan cuma fenomena di Sukabumi tapi juga terjadi di banyak daerah di nusantara.
Setidaknya, sebuah penelitian dari dua orang dosen yang menyoroti Kebijakan Transportasi Online dan Konflik Sosial di Indonesia, juga menyampaikan hal serupa. Dikutip dari publikan online mereka, pada bagian kesimpulan Bambang Istianto dan Taufan Maulani, Dosen STTD Bekasi Jawa Barat dan Institut STIAMI Jakarta, menyebut taxi konvensional atau angkot semakin lesu diterpa transportasi online.
Keduanya menyimpulkan, kebijakan pemerintah soal transportasi online memberikan dampak terhadap taxi konvensional. Kehadiran transportasi online yang menggunakan aplikasi sangat berpengaruh terhadap kehidupan para sopir taxi konvensional, karena penghasilan menurun drastis dan sangat terpuruk kehidupannya, pendapatan turun sampai 70 persen.
Baca Juga: 6 Poin Kesepakatan Sopir Angkot dan Transportasi Online di Sukabumi Soal Jam Operasional
“Kondisi tersebut dialami para sopir taxi konvensional selama delapan (8) bulan sampai satu
tahun sejak diberlakukan transportasi online,” tulis keduanya dalam riset tersebut.
Sekali lagi, keberadaan transportasi online ini seperti ‘hadiah zaman’ yang sulit dibendung. Sebagaimana saat delman tersingkir becak, becak tergusur becak motor dan akhirnya menghilang ditelan zaman.
Apakah angkot juga akan menghilang ditelan zaman? Jawabannya bisa tidak, karena masih ada harapan mempertahankan angkutan umum konvensional di tengah gempuran zaman, dimana publik tak sedikit yang lebih memilih memanfaatkan kemudahan teknologi dengan menggunakan transportasi online.
Kedua dosen yang melakukan penelitian di atas, menyebut pada prinsipnya masyarakat komunitas sopir angkutan umum baik online dan konvensional memahami kebijakan pemerintah dengan harapan kebijakan tersebut bersifat adil dan tidak diskriminatif dan penegakan hukum yang tegas.
Dalam implementasi kebijakan terjadi banyak hambatan seperti para pelaksana kebijakan kurang kredibel, terjadi perbedaan persepsi dengan kelompok sasaran, maka pemerintah mesti melakukan pendekatan dan komunikasi yang intensif dengan kelompok sasaran sehingga konflik sosial tidak akan terjadi.
Menurut keduanya, fokus kebijakan bisa dimulai dari penegakkan pembatasan jumlah unit yang beroperasi, keadilan tarif dan zonasi.
Baca Juga: Seruan Jaga Kondusifitas Kota Sukabumi Usai Ribut Sopir Angkot dan Ojol Berakhir Damai
“Beberapa faktor hambatan dalam pelaksanaan kebijakan seperti pengawasan yang lemah, terbatasnya anggaran dan penegakan hukum yang belum optimal maka dengan peningkatan efektivitas pengorganisasian dan kemampuan manajemen yang handal sehingga konflik sosial bisa diselesaikan dengan tuntas. Pengelolaan transportasi online harus memperbaiki manajemennya dan berorientasi pada asas keadilan terhadap stakeholder terutama dalam perbaikan kesejahteraan dan penghasilannya,” tulis kedua dosen tersebut dalam bab kesimpulan penelitian.
Artinya, saat pemerintah hadir angkot alias angkutan kota yang menjadi salah satu ciri Sukabumi, tak perlu punah seperti becak karena kehadiran transportasi online. Karena selama ini angkutan umum ini menjadi magnet unik kawasan, karena kebijakan warna-warni angkot di Sukabumi sesuai dengan rute atau trayeknya.
Data Dinas Perhubungan dan Organda (Organisasi Angkutan Daerah) diketahui jika sedikitnya ada 10 warna angkot yang hilir mudik setiap hari di Kota Sukabumi. Mulai dari merah muda (pink) hingga ungu dan hitam, dan warna-warni lainnya.
Warna-warni angkot ini bisa ditemui di jalan Martadinata, jalan Gudang hingga ke stasiun timur Kota Sukabumi. Disana sejumlah trayek angkot melintas sehingga terlihat warna-warninya.
Lalu kenapa angkot di Kota Sukabumi harus warna warni? Dinas Perhubungan Kota Sukabumi menjelaskan warna warni dipilih untuk memudahkan warga mengenali jurusan setiap angkot.
Lalu sejak kapan angkot mulai warna-warni? Organda Kota Sukabumi mengatakan kebijakan beda warna angkot untuk setiap jurusan atau trayek di Kota Sukabumi dimulai sejak tahun 1996. Dimana sebelum kebijakan itu berlaku, angkot di Kota Sukabumi kebanyakan warna biru.
Baca Juga: Polisi Pastikan Isu Liar Angkot Tabrak Ojol di Kota Sukabumi Hoax!
Kemudian ada berapa warna dan jurusan angkot di Kota Sukabumi, Data seksi angkutan Dishub Kota Sukabumi mencatat sedikitnya ada 18 jurusan di Kota Sukabumi yang dibawa kewenangan pemda, tentu dengan warna warni yang berbeda. Untuk pemilihan atau penetapan warna, diserahkan pemda kepada pengurus trayek.
Trayek 02 warna Biru Jurusan Bungbulang, 03A warna Kuning Jurusan Lembursitu, 03B warna Merah Jurusan jalan Dwikora, 04 warna Merah Jurusan Goalpara, 05 warna Biru Jurusan Subang Jaya, 08 warna Hijau muda Jurusan Cisaat, 09 warna Biru Pelat Orange Jurusan Cikareo, 10 warna Merah Jurusan Selabintana, 11 warna Biru Jurusan Parungseah, 14 warna Putih Jurusan Bhayangkara, 15 warna Kuning Jurusan Degung, 20 warna Hijau tua Jurusan Balandongan, 21 warna Orange Jurusan Cicadas, 21A warna Biru jurusan Cikundul, 25 warna Hitam Jurusan Jubleg, 26 warna Biru Jurusan Baros, 27 warna Ungu Jurusan Nanggeleng dan 28 warna Merah Jurusan Limusnunggal.