SUKABUMIUPDATE.com - Dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-79, Desa Tangkil kembali menggelar serangkaian perlombaan yang bertujuan menggugah kecintaan masyarakat terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Kepala Desa Tangkil, Ijang Sehabudin, menyampaikan bahwa perlombaan ini tidak hanya sekadar ajang kompetisi, tetapi juga sebagai upaya merawat semangat kebersamaan dan gotong royong di tengah masyarakat. Mereka mengadakan suatu perlombaan yaitu tentang kebersihan dan lomba Gapura, serta ada turnamen tentang kegiatan lainnya.
"Alhamdulillah, dalam rangka menyambut 17 Agustus tahun 1945 yang ke-79, kita selalu mengadakan event demi menggugah kecintaan warga masyarakat terhadap NKRI," ujarnya kepada sukabumiupdate.com, Jumat, 16 Agustus 2024.
Lomba gapura menjadi salah satu acara unggulan tahun ini. Kriteria penilaiannya meliputi keindahan, kreativitas, dan tentunya unsur kecintaan terhadap NKRI yang tercermin dalam dekorasi seperti bendera merah putih dan lambang Garuda.
Baca Juga: Ricuh Wasit dan Suporter, Final Sepak Bola Antar Desa Di Cidolog Sukabumi Dibubarkan
“Festival gapura itu tujuannya untuk menggugah kecintaan masyarakat terhadap NKRI. Kami punya moto Desa Wibawa, mengabdi untuk negeri merawat NKRI,” katanya.
Selain lomba gapura, Desa Tangkil juga mengadakan lomba kebersihan lingkungan. Ujang menjelaskan, pemilihan lomba kebersihan ini didasari oleh keprihatinan terhadap kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan lingkungan, yang seringkali menyebabkan bencana seperti banjir dan longsor.
“Kenapa saya memilih lomba kebersihan setiap lingkungan? Karena kami pikir, bagaimana seorang pimpinan bisa menggerakkan warganya untuk sadar diri tentang kebersihan. Walaupun hadiahnya tidak seberapa, tapi bukan soal hadiahnya, melainkan harga diri. Bagaimana seorang RT bisa menggerakkan masyarakat untuk peduli kebersihan dan keindahan lingkungan,” ujarnya.
Uniknya, kata Ijang, penilaian lomba kebersihan ini tidak hanya dilakukan oleh pemerintah desa, tetapi melibatkan mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah Sukabumi. Mereka diminta untuk mengevaluasi potensi setiap lingkungan, mulai dari pengelolaan sampah hingga inovasi seperti pembuatan pupuk kompos organik.
“Mahasiswa kami tekankan untuk menilai potensi apa saja yang ada di lingkungan tersebut. Misalnya, ada satu lingkungan yang bisa menjaga kebersihan dan bahkan hasil dari kebersihan itu bisa menghasilkan pupuk kompos. Sampah yang dikumpulkan oleh warga kemudian dikelola oleh RT, ini akan menjadi modal percontohan untuk mahasiswa dan terutama contoh di Desa Tangkil,” jelasnya.
Dalam pelaksanaan lomba ini, Ijang menekankan bahwa gotong royong menjadi kunci utama keberhasilan. Meskipun tidak ada batasan anggaran, warga diminta untuk lebih mengedepankan kerja sama daripada finansial.
“Bebas, karena ini soal gotong royong dan kebersamaan. Bukan masalah uangnya, tetapi bagaimana masyarakat bisa mempertahankan budaya gotong royong. Setiap tahun kami mengadakan lomba ini untuk selalu menggugah semangat masyarakat dan memberikan inspirasi,” tegasnya.
Ujang juga menambahkan, kesadaran masyarakat terhadap kebersihan bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk lingkungan sekitar. “Kalau kita berbuat baik terhadap masyarakat, tetangga, dan teman, berarti sama saja berbuat baik untuk kita semua,” pungkasnya.