SUKABUMIUPDATE.com - Curug Larangan, salah satu objek wisata terkenal di kawasan Geopark Ciletuh Palabuhanratu, mengalami penurunan debit air yang drastis akibat kemarau. Meski begitu, air terjun yang terletak di Kampung Cisaar, Desa Girimukti, Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi, tetap menjadi alternatif wisata bagi para pengunjung.
Akses menuju Curug Larangan dimulai dari jalan provinsi, dilanjutkan dengan jalan lingkungan berplester sepanjang 300 meter. Setelah itu, pengunjung perlu berjalan kaki sekitar 500 meter dari tempat parkir menuju lokasi air terjun. Terletak di tengah hutan dan dikelilingi perbukitan batu, Curug Larangan menyajikan keindahan air terjun setinggi lebih dari 30 meter yang mengalir di tebing batu hitam, dikelilingi oleh pepohonan rimbun.
Curug Larangan bersumber dari aliran Sungai Cisaar, dengan hulu berada di Kampung Cijambe yang berada dibalik Gunung Tumpeng atau Bukit Tumpeng yang terkenal dengan legenda Eyang Lamping.
"Debit air turun drastis, sudah ada satu bulan," ucap Nurhayati (40 tahun) pengelola wisata Curug Larangan yang merupakan warga setempat kepada sukabumiupdate.com, Jumat (9/8/2024).
Baca Juga: Curug Larangan Sukabumi, Alternatif Liburan Keluarga yang Eksotis dan Mudah Dijangkau
Baca Juga: Curug Larangan, Air Terjun Eksotis di Geopark Ciletuh Palabuhanratu
Menurut Nur, kendati mengalami kekeringan, namun pada kolam curugnya masih ada air, dan pengunjung pun masih ada yang berdatangan, walaupun sebagian tidak lama di lokasi, banyak yang kembali pulang usai sejenak menikmati suasana.
"Air terjunnya kecil, pada kolamnya masih ada air. Namun pengunjung masih bisa menikmati bermain air di dalamnya, juga melihat batu batu unik, serta suasana sejuk dibawah pohon Loa dan pohon Bisoro dengan usia ratusan tahun," jelasnya.
Dengan kondisi debit air turun, Nur menyebut berdampak pada penurunan jumlah pengunjung. “Biasanya pada akhir pekan (Sabtu, Minggu), atau tanggal merah bisa mencapai 120 - 200 pengunjung, saat ini hanya 30 - 60 orang, Saat air normal, sebulan bisa mencapai 2 ribu pengunjung," ucapnya.
Nur mengungkapkan, Curug Larangan pada awalnya dikeramatkan warga karena mitos banyaknya pengunjung yang tidak kembali setelah mencoba berenang dibawah curugnya.
Kekinian, mitos itu pun terkikis setelah makin banyak orang yang bisa menikmati kesejukan Curug Larangan. Bahkan akses jalan lingkungan hingga ke pemukiman sudah diperbaiki.
"Alhamdulilah, kalau masalah fasilitas sudah bisa dibilang lengkap, ada MCK, Mushola, saung atau gazebo, pelampung bagi pengunjung yang mau berenang," imbuh Nur.