SUKABUMIUPDATE.com - Di tengah kesibukan kehidupan sehari-hari, Suhandi (40 tahun) dan Siti Marlina (30 tahun), warga Kampung Sindangpalay RT 4/6, Desa Pasawahan, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, menghadapi cobaan berat. Anak mereka, Nurmala yang berusia dua tahun, lahir tanpa lubang anus dan kini membutuhkan operasi lanjutan untuk memperbaiki kondisinya.
Meskipun seluruh biaya perawatan dan operasi sebelumnya ditanggung oleh BPJS, keluarga ini masih terbebani oleh biaya transportasi dan kebutuhan pribadi selama di rumah sakit.
Suhandi yang bekerja sebagai kuli serabutan dengan penghasilan harian Rp 80-90 ribu, terpaksa menggadaikan motor, kulkas, dan meminjam uang dari tetangga serta saudara demi kebutuhan pengobatan Nurmala.
"Sampai saat ini belum ada bantuan, kami berharap ada uluran tangan dari masyarakat agar Nurmala bisa segera mendapatkan tindakan operasi yang dibutuhkan untuk kesembuhannya," ungkap Suhandi.
Kondisi Nurmala pertama kali diketahui dua hari setelah lahir. Suhandi segera membawa Nurmala ke Rumah Sakit Bakti Medicare Cicurug (BMC) untuk pemeriksaan, dan hasilnya menunjukkan bahwa Nurmala harus dirujuk ke RSUD Syamsuddin (Bunut) Sukabumi untuk tindakan operasi.
Baca Juga: Cerita Keluarga di Cicurug Sukabumi, Berjuang Demi Operasi Anak Tanpa Lubang Anus
Namun, keterbatasan biaya memaksa Suhandi mengurus BPJS terlebih dahulu. "Setelah pengurusan BPJS selesai, Nurmala bisa dibawa ke RS Syamsuddin untuk pemeriksaan medis dan tindakan operasi," tambahnya.
Di RS Syamsuddin, Nurmala menjalani operasi pertama untuk membuat lubang buang air besar (BAB) di perutnya saat berumur satu minggu. Operasi kedua yang direncanakan untuk membuat lubang anus harus tertunda karena Nurmala juga didiagnosis menderita flek paru-paru dan jantung bocor. "Alhamdulillah flek paru sudah sembuh setelah berobat di RS Ummi Bogor," kata Suhandi.
Perjuangan keluarga Nurmala semakin berat ketika kondisi kritis mengharuskan mereka berpindah-pindah rumah sakit, dari RS Ummi Bogor, RS Hermina Bogor, hingga RS Harapan Kita Jakarta. Namun, hingga kini belum ada kejelasan mengenai tindakan medis yang harus dilakukan.
"Di RS Harapan Kita, anak saya hanya diperiksa saja, tanpa dijelaskan tindakan apa yang harus dilakukan. Dokter mengarahkan agar kembali setelah Tahun Baru 2025," pungkas Suhandi.