SUKABUMIUPDATE.com - Sungai Cibening di Kecamatan Purabaya, Kabupaten Sukabumi, merupakan sumber kehidupan bagi warga sekitar. Selain digunakan untuk pengairan lahan pertanian, sungai ini juga dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari seperti mandi dan mencuci, serta menjadi sumber air bagi Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Jaya Mandiri (Perumda AM TJM) cabang Purabaya-Sagaranten.
Sungai Cibening, yang hulunya berada di Desa Margaluyu, Kecamatan Purabaya, memiliki panjang sekitar 4,3 kilometer dan melintasi beberapa kampung seperti Kampung Cibening, Nangewer, Cicariang, Cicurug, dan Kampung Nagrak Desa Margaluyu.
Di Desa Purabaya, sungai ini melewati Kampung Kuta, Kampung Bojongwaru, Kampung Pasirbatok, Kampung Muara, Kampung Purabaya, Babakan, dan Kampung Miramontana.
Sungai ini mengairi lahan sawah seluas 13,7 hektar yang dimanfaatkan oleh 447 kepala keluarga (KK) dengan total penduduk 1.477 jiwa. Namun, banjir yang sering terjadi di wilayah ini telah berdampak pada 21,3 hektar lahan, mengganggu 247 KK dan 753 jiwa.
Ada empat jembatan permanen, satu jembatan gantung, dan empat jembatan bambu yang melintasi sungai ini, serta 55 unit rumah yang berada di bantaran sungai.
Baca Juga: 5 Jembatan di Sukabumi Putus, Pelajar Nekat Bergelantungan Lintasi Sungai untuk Sekolah
Baca Juga: Langganan Banjir, Warga Minta Pengerukan Sungai Cibening Purabaya Sukabumi
Sungai Cibening juga melewati beberapa kampung di Desa Neglasari, Kecamatan Purabaya, seperti Kampung Cirapikan, Kampung Udug, Kampung Cipeuteuy, Kampung Bengkok, Kampung Legok, Kampung Miramontana, Kampung Cipicung, dan Kampung Cadasngampar.
Debit air Sungai Cibening bervariasi sepanjang tahun. Pada bulan Oktober hingga Maret, debit air berada pada tingkat tinggi hingga sedang, sementara pada bulan Mei hingga Oktober, debit air menurun hingga kering. Warna air sungai ini bervariasi dari cokelat hingga bening.
Camat Purabaya, Sri Mulyani, menyatakan bahwa di beberapa titik aliran sungai terjadi penyempitan akibat tanah yang bergerak, terutama di sekitar pohon bambu. "Sehingga bambu tersebut tumbuh di tengah aliran sungai," ujarnya kepada sukabumiupdate.com, Senin (29/7/2024).
Sri Mulyani menjelaskan bahwa penyempitan aliran sungai disebabkan oleh tanah dari sawah yang turun ke badan sungai, menyebabkan aliran air tersumbat dan berpotensi meluap. "Saat terjadi hujan dengan intensitas tinggi, debit air cepat naik karena adanya dua aliran sungai, yakni Sungai Cimerang dan Sungai Cibening, yang menjadi satu. Daerah Aliran Sungai (DAS) mengalami pendangkalan dan penyempitan, sehingga cepat meluap dan menimbulkan banjir," ungkapnya.
Balai PSDA Provinsi Jawa Barat melalui bagian lapangan yang membawahi Sungai Ciletuh dan Cikaso, Fery, menyatakan bahwa pihaknya telah menerima informasi mengenai kondisi Sungai Cibening yang mengalami pendangkalan.
"Saat ini, kami bersama tim baru merencanakan akan melakukan survei untuk memastikan kondisi lapangan. Sementara ini, belum bisa memastikan langkah yang akan diambil untuk penanganan pendangkalan tersebut karena harus dilaporkan dulu kepada kantor PSDA pusat. Dalam waktu dekat, insyaallah akan dilakukan survei," kata Fery singkat.