SUKABUMIUPDATE.com - Isu anggaran program makan bergizi gratis dipangkas dari Rp15.000 menjadi Rp7.500 per anak menjadi sorotan masyarakat. Nah, ternyata duit Rp7.500 di warung tegal (warteg) di Kabupaten Sukabumi tidak cukup untuk menu paket lengkap yang bergizi.
Sebab, bahan baku pokok yang kini sedang mengalami kenaikan tidak memungkinkan uang Rp 7.500 dapat menyajikan makanan bergizi untuk anak.
Sunarti (55 tahun), pemilik warteg di Kecamatan Parungkuda, menjelaskan bahwa satu porsi nasi di wartegnya saja dihargai Rp 5.000. Dengan harga bahan pokok yang terus naik, khususnya beras, ia merasa tidak mungkin untuk menyediakan makanan bergizi lengkap hanya dengan anggaran Rp 7.500.
"Kecuali harga beras di pasar turun, baru bisa. Saat ini, harga beras mencapai Rp 340.000 per karung, belum termasuk bumbu-bumbu," ujarnya kepada sukabumiupdate.com, Kamis (25/7/2024).
Baca Juga: Prabowo-Gibran Janji Susu dan Makan Gratis, Tapi Masyarakat Harus Bersabar 4 Tahun
Sunarti mengungkapkan, untuk membeli menu lengkap di wartegnya, pelanggan harus mengeluarkan sekitar Rp 11.000 hingga Rp 15.000. "Untuk Rp 11.000 dapat dua lauk bebas memilih, sedangkan Rp 15.000 bisa mendapatkan tiga lauk pauk," terangnya.
Hal serupa diungkapkan oleh Arifin (51 tahun), pemilik warteg di Kecamatan Cicurug. Dengan uang Rp 7.500, pelanggan hanya bisa mendapatkan satu lauk seperti tempe orek atau kentang, sementara harga nasi satu piring saja Rp 5.000.
"Kalau ingin mendapatkan paket lengkap, harganya Rp 15.000. Itu bisa dapat empat macam lauk seperti telur, kentang, tahu, dan tempe orek," jelasnya.
Arifin juga menekankan bahwa harga beras yang tinggi, mencapai Rp 310.000 per karung 25 kilogram, membuat anggaran Rp 7.500 terasa tidak cukup. "Belum lagi biaya sewa tempat dan bumbu-bumbu. Saya masih merintis usaha ini, dan omzet bersih sehari baru sekitar Rp 200.000," pungkasnya.
Sebagai informasi, belum lama ini Presiden terpilih Prabowo Subianto mengajak diskusi Ekonom Verdhana Sekuritas, Heriyanto Irawan, terkait program makan bergizi gratis. Salah satu pembahasannya mengenai pagu anggaran sebesar Rp 71 triliun agar dapat digunakan secara maksimal dan menjangkau sebanyak mungkin anak-anak.
Menurut Heriyanto, opsi yang kemudian dimunculkan oleh tim sinkronisasi dalam diskusi adalah menurunkan alokasi biaya makan per anak, dari rencana Rp 15.000 menjadi Rp 7.500.
Dengan biaya Rp 7.500 dinilai bisa membuat lebih banyak anak Indonesia mendapatkan makan bergizi gratis. Namun, pemangkasan anggaran program yang sebelumnya disebut makan siang gratis itu masih rencana dan belum secara resmi diputuskan.