SUKABUMIUPDATE.com - Warga, pelajar, dan guru berharap segera dibangunnya jembatan gsntung penghubung antara Kecamatan Lengkong dan Jampangtengah. Saat ini, mereka harus bertaruh nyawa melintasi jembatan tersebut.
Jembatan gantung ini memiliki panjang 30 meter dan lebar 1,70 meter, melintang di atas Sungai Cikaso.
Diketahui, jembatan penghubung Kampung Cigirang di Desa Neglasari, Kecamatan Lengkong, dan Kampung Pamoyanan di Desa Bantarpanjang, Kecamatan Jampangtengah, mengalami kerusakan parah, sejak 15 Juni 2024, separuh bangunan jembatan tersebut putus dari rangkaian tali baja. Keadaan semakin memburuk pada 29 Juni 2024 ketika jembatan kembali dihantam oleh derasnya air yang meluap akibat curah hujan tinggi.
Leni Sumarni (40 tahun), seorang warga Kampung Pamoyanan, Desa Bantarpanjang, mengungkapkan bahwa untuk berangkat mengajar di Sekolah Dasar Negeri Cibadak, Desa Neglasari, ia terpaksa melintasi jembatan gantung dengan cara menggelantung.
"Saya pernah mencoba akses jalan lain yang memakan waktu pulang-pergi hingga tiga jam lebih. Namun, perjalanan yang menyita waktu, materi, dan tenaga membuat saya memutuskan melewati jembatan ini dengan hati berdebar. Jika melewati jembatan ini, perjalanan dari rumah ke tempat kerja hanya membutuhkan waktu kurang dari satu jam," ujar Leni kepada sukabumiupdate.com, Selasa (23/7/2024).
Baca Juga: 5 Jembatan di Sukabumi Putus, Pelajar Nekat Bergelantungan Lintasi Sungai untuk Sekolah
Leni menjelaskan bahwa kondisi jembatan gantung yang tidak layak lintas menghambat segala aktivitasnya serta menyita waktu rutinitas. "Tentu saja, kondisi ini menghambat efisiensi waktu. Selain saya, banyak siswa dari Kampung Cigirang ke Kampung Pamoyanan, termasuk yang bersekolah di madrasah dan sekolah menengah, yang menggunakan akses jalan ini," tambahnya.
Meskipun menghadapi cuaca buruk dan air Sungai Cikaso meluap, Leni tetap bekerja menjalankan tugasnya sebagai guru. "Saya tetap bekerja apa pun kendalanya. Sebelum ada jembatan permanen, kami menggunakan jembatan bambu. Ketika jembatan bambu rusak, kami menggunakan sampan atau melintas air hingga sedada," kenangnya.
Dengan kondisi jembatan gantung yang tidak layak digunakan akibat banjir dan longsor, Leni berharap pihak terkait segera memperhatikan dan memperbaiki jembatan tersebut.
"Harapannya, pemerintah atau pihak yang peduli segera membangun jembatan yang lebih layak dan aman," tandasnya.
Putri (12 tahun), siswa kelas 5 Sekolah Dasar Negeri Cibadak, bersama lima temannya dari kelas 2 dan 5 SD, terpaksa melintasi jembatan gantung dengan cara bergelantungan demi menimba ilmu. "Kami mau sekolah di Madrasah Diniyah. Kami harus bergelantungan saat melintasi jembatan," ujarnya.
Saat cuaca buruk dan hujan turun, demi keselamatan, Putri dan teman-temannya terpaksa meliburkan diri. "Kalau cuaca buruk, kami tidak berani ke sekolah. Guru kami menyarankan untuk tidak berangkat demi keselamatan," ungkapnya. Namun, saat cuaca cukup bersahabat dan air Sungai Cikaso surut, mereka tidak khawatir melintas. "Kalau cuaca baik, kami berani," tambahnya.
Kepala Desa Neglasari, Rahmat Hidayat, menjelaskan bahwa jembatan tersebut merupakan penghubung antara Desa Neglasari dan Desa Bantarpanjang.
"Kami tidak bisa mengambil kebijakan sendiri karena selama ini rencana diskusi dengan Desa Bantarpanjang tidak mencapai kesepakatan. Kami berharap ada solusi agar petani dan pedagang dapat kembali beraktivitas dengan lancar," ujar Rahmat.