SUKABUMIUPDATE.com - Surtini (62 tahun) menjadi korban tewas dalam kasus tabrak lari oleh mobil di Jalan Nasional Sukabumi-Bogor, tepatnya di Kampung Ciutara RT 16/07 Desa Pondokkaso Landeuh, Kecamatan Parungkuda, Kabupaten Sukabumi, Kamis dini hari, 18 Juli 2024. Surtini adalah warga Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi.
Informasi baru diperoleh bahwa sebelum kejadian maut itu, Surtini lebih dulu terserempet sepeda motor di tempat yang sama, namun masih selamat. Surtini disebut memang sering mondar-mandir di sekitar lokasi kejadian dalam sepekan terakhir. Keterangan ini diungkapkan ketua RT setempat, Euis Julaeha (54 tahun), kepada sukabumiupdate.com.
Euis mengatakan sepekan sebelumnya atau Kamis, 11 Juli 2024, Surtini sempat menanyakan jalan menuju Cicurug. "Saya tunjukkan arah ke Cicurug, tapi hingga malam saya melihat dia lewat lagi ke arah Sukabumi," ujar Euis pada Sabtu (20/7/2024).
Euis saat itu hanya membiarkan karena belum mengetahui kondisi kepribadian korban yang ternyata diduga terganggu. Sehari berikutnya yakni Jumat, 12 Juli 2024, Euis kembali bertemu Surtini di gang dekat rumahnya. "Saya tanya kenapa masih di tempat ini, jawabnya tidak bisa pulang. Saya tanya lagi mau pulang atau bagaimana, tapi malah ketawa. Akhirnya saya kasih sarapan dulu dan minta dia tunggu sambil tanya lagi harus dipulangkan ke mana," katanya.
Baca Juga: Identitas Wanita Korban Tabrak Lari di Parungkuda Sukabumi Terungkap
Menurut Euis, Surtini mengaku dirinya bernama lengkap Encun Surtini dari Perkebunan Cilentab, Kecamatan Cikidang, Kabupaten Sukabumi, dan memiliki anak di Kampung Cicewol, Kecamatan Cicurug. Alhasil, Euis berkesimpulan Surtini dalam keadaan normal karena berkomunikasi dengan baik.
"Saya ambil handphone dulu ke rumah untuk menyebarkan dengan memotret Surtini. Saya share ke grup sosial media berharap ada yang mengenal, tapi belum ada respons," ujar dia. "Saya sebagai RT kebetulan juga punya warga yang asli dari Cicewol, tapi hasilnya juga sama katanya tidak tahu," kata Euis.
Setelah itu, Euis meminta Surtini mandi, memberinya baju ganti dan ongkos pulang Rp 100 ribu. Sebelum naik angkutan umum, Euis sempat memfoto Surtini sebagai bukti telah memberikan baju ganti yang baru. "Saya berhentikan angkot untuk dia pulang ke Cikidang, dan tanya lagi tahu jalan pulang atau tidak, lalu jawabnya tahu kan dari kecil sampai besar di Cikidang. Saya titipkan ke sopir untuk turun di pertigaan yang mau ke Cikidang," katanya.
Beberapa hari kemudian, tepatnya Rabu, 17 Juli 2024 sekira waktu magrib, Euis mendengar keributan di gang dekat rumahnya. Ternyata, Surtini terserempet sepeda motor. "Saya kenal dari baju ganti yang saya berikan, hanya kerudung dan rok bawah yang berubah," terangnya.
"Surtini bilang hanya tangannya yang sakit (akibat terserempet sepeda motor). Saya tanya kenapa ada di sini lagi dan menyeberang sembarangan, dia jawab lapar ingin makan. Akhirnya saya beri makan," ujar Euis.
Setelah insiden itu, Surtini ditanya oleh pemuda setempat mau dikembalikan ke mana, tetapi dia tidak mau pulang ke anak-anaknya di Kecamatan Cicurug. "Terus saya bingung harus diantar ke mana, saya laporan juga ke pengaman desa ini. Surtini bilang mau di lingkungan sini aja, akhirnya saya bilang tolong jangan tidur di depan pintu rumah orang, karena takut bikin kaget," jelasnya.
Tiba keesokan harinya yaitu sekira pukul 05.00 WIB, Euis mendapatkan informasi melalui handphone bahwa ada kecelakaan mobil. Menurut Euis, kecelakaan tidak terjadi tepat di depan rumahnya yang berlokasi di pinggir Jalan Nasional Sukabumi-Bogor, namun beberapa meter sebelumnya. Korban kecelakaan ini ternyata Surtini. Dia terseret hingga depan rumah Euis.
"Waktu kejadian saya tidur lelap sampai saya minta maaf ke pemerintah desa karena tertidur, jadi tidak terdengar. Kalaupun ada ramai-ramai, saya anggap penumpang yang turun karena rumah saya memang di pinggir jalan," katanya.