Tak Cukup Bukti Akibat Imunisasi, Penyebab Kematian Bayi di Sukabumi Masih Dikaji

Sabtu 22 Juni 2024, 20:00 WIB
Kepala Bidang P2P Dinkes Kota Sukabumi drg Wita Darmawanti (kerudung biru) ketika mengikuti Zoom meeting dengan Komnas KIPI di Balai Kota Sukabumi pada Kamis, 20 Juni 2024. | Foto: Dokpim Kota Sukabumi

Kepala Bidang P2P Dinkes Kota Sukabumi drg Wita Darmawanti (kerudung biru) ketika mengikuti Zoom meeting dengan Komnas KIPI di Balai Kota Sukabumi pada Kamis, 20 Juni 2024. | Foto: Dokpim Kota Sukabumi

SUKABUMIUPDATE.com - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Sukabumi menjelaskan duduk penanganan kasus meninggalnya bayi berusia tiga bulan bernama Muhammad Kenzie Arifin. Berdasarkan audit Komite Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI), belum dapat dipastikan penyebab kematian adalah imunisasi.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kota Sukabumi drg Wita Darmawanti mengatakan hasil audit Komnas KIPI sudah disampaikan kepada pihak keluarga dan publik secara luas dalam pertemuan di Balai Kota Sukabumi pada Kamis, 20 Juni 2024. Meski begitu, Wita memaparkan beberapa hal secara lebih rinci.

Keterangan Wita ini didasarkan pada hasil audit Komnas KIPI dan memperkuat kesimpulan sementara bahwa tidak cukup bukti untuk menyatakan kematian Kenzie adalah akibat imunisasi.

Diketahui, bayi laki-laki anak pasangan suami istri Isan Nur Arifin (27 tahun) dan Deara Wulandari (27 tahun) ini menerima empat vaksin dengan dua kali imunisasi di puskesmas di Kelurahan Sukakarya, Kecamatan Warudoyong, Kota Sukabumi, Selasa, 11 Juni 2024. Keempat vaksin itu adalah bacillus calmette guerin (BCG), pentavalen, polio, dan rotavirus.

Wita menegaskan bidan atau dokter yang melakukan imunisasi terhadap Kenzie telah melakukan tugasnya sesuai prosedur yang berlaku. Mereka pun sudah mendapatkan on the job training (OJT) alias bukan petugas yang masih dalam masa training seperti yang dinarasikan pihak-pihak tertentu belakangan ini.

"Itu bukan bidan atau dokter yang sedang training, tapi sudah mendapatkan on the job training," katanya kepada sukabumiupdate.com, Sabtu (22/6/2024).

Baca Juga: Perlu Uji Endotoksin, Hasil Audit KIPI Bayi di Sukabumi Meninggal Setelah Imunisasi

Kemudian, bahan vaksin yang digunakan untuk Kenzie dipakai pula kepada anak-anak yang lain dan tidak menimbulkan reaksi apa pun. Begitu pun situasi saat Kenzie menerima empat vaksin dengan dua kali suntikan karena belum melakukan imunisasi pertama. Hal yang sama diberikan terhadap tiga bayi lainnya dan tidak menimbulkan pengaruh buruk.

"Sehingga untuk mengatakan (kematian) itu akibat vaksin (imunisasi), perlu penelitian lebih lanjut," ujar Wita.

Menurut Wita, Komnas KIPI membuka kemungkinan lain terkait penyebab kematian Kenzie seperti aspirasi (penghirupan zat lain secara tidak sengaja ke dalam paru-paru). Namun sayangnya, hal itu juga tidak dapat dipastikan karena belum sempatnya dilakukan suction (pengisapan) pada bagian pernapasan untuk menemukan bukti yang memadai.

Dugaan aspirasi itu dimungkinkan terjadi karena ada jarak antara proses imunisasi yang dilakukan sekira pukul 08.30 WIB dan waktu meninggal korban pukul 15.00 WIB.

Oleh karena itu, Wita menyebut untuk mengetahui secara pasti penyebab kematian, perlu dilakukan uji endotoksin dan sterilitas terhadap semua vaksin serta melakukan autopsi forensik atau klinis. Ini juga sejalan dengan rekomendasi Komnas KIPI yang telah disampaikan kepada keluarga.

Sementara ini sampel untuk uji endotoksin dan sterilitas telah diambil Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada Selasa, 18 Juni 2024. Namun untuk tindakan autopsi forensik atau klinis, kata Wita, pihak keluarga menyatakan belum berencana untuk melakukannya.

Keputusan keluarga tidak akan melakukan autopsi forensik dihasilkan setelah mereka menerima penjelasan dari tim forensik tentang tata cara autopsi tersebut, salah satunya harus membongkar makam korban dan membawa jenazahnya ke rumah sakit. Adapun untuk hasil uji endotoksin dan sterilitas vaksin, akan terbit sekitar tiga pekan dari pengambilan sampel.

"Kami tentu siap memfasilitasi keluarga jika ingin membuktikan penyebab pasti kematian korban melalui autopsi, apabila keluarga menyetujui. Namun ternyata hasil musyawarah keluarga bayi memutuskan untuk tidak dilakukan autopsi, sehingga belum bisa dipastikan bahwa penyebabnya itu adalah imunisasi," kata Wita.

"Dinkes sebagai lembaga yang ditugaskan menjaga kondisi kesehatan masyarakat, akan terus menjalankan imunisasi karena memang hak bayi untuk mendapatkan kekebalan tubuh dan mencegah kejadian luar biasa (KLB) suatu penyakit," tambah dia.

Follow Berita Sukabumi Update di Google News
Simak breaking news Sukabumi dan sekitarnya langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita SukabumiUpdate.com WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaXv5ii0LKZ6hTzB9V2W. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Berita Terkait
Berita Terkini
Sukabumi23 Februari 2025, 06:21 WIB

Kabar Duka, Ketua DPC PPP Kabupaten Sukabumi Dedi Damhudi Meninggal Dunia

Dedi Damhudi, Ketua DPC PPP Kabupaten Sukabumi meninggal dunia di salah satu rumah sakit di Bandung.
Ketua DPC PPP Kabupaten Sukabumi Dedi Damhudi meninggal dunia. (Sumber Foto: Istimewa)
Science23 Februari 2025, 06:00 WIB

Prakiraan Cuaca Jawa Barat 23 Februari 2025, Potensi Turun Hujan di Siang Hari

Sebagian besar wilayah Jawa Barat termasuk Sukabumi dan sekitarnya diperkirakan mengalami cuaca berawan hingga hujan pada 23 Februari 2025.
Ilustrasi - Sebagian besar wilayah Jawa Barat termasuk Sukabumi dan sekitarnya diperkirakan mengalami cuaca berawan hingga hujan pada 23 Februari 2025. (Sumber : Pixabay.com/@holgerheinze0)
Kecantikan22 Februari 2025, 22:34 WIB

5 Cara Ampuh Memperbaiki Kulit Berminyak yang Dehidrasi, Bisa di Coba di Rumah

Kulit berminyak yang mengalami dehidrasi mungkin disebabkan oleh kurangnya asupan air atau penggunaan produk perawatan kulit yang tidak tepat.
Ilustrasi cara memperbaiki kulit berminyak yang dehidrasi (Sumber: Freepik/@stockking)
Sukabumi22 Februari 2025, 22:32 WIB

Setelah Autopsi, Samson Sang Preman Simpenan Sukabumi Dimakamkan di TPU Pasir Pogor

Kematian Samson masih menyisakan tanda tanya besar bagi keluarga.
Jenazah Suherlan alias Samson (33 tahun) saat akan dimakamkan di TPU Pasir Pogor, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi, Sabtu (22/2/2025). | Foto: SU/Ilyas Supendi
Kecantikan22 Februari 2025, 22:25 WIB

Kulit Berminyak dan Dehidrasi: Ini 5 Penyebab dan Cara Mengatasinya

Dengan perawatan yang tepat, kulit berminyak yang dehidrasi dapat dikembalikan keseimbangannya. Ingat, hidrasi adalah kunci untuk kulit yang sehat dan bercahaya.
Ilustrasi kulit berminyak dan dehidrasi (Sumber:  Freepik/@KamranAydinov)
Nasional22 Februari 2025, 21:54 WIB

Diduga Dipecat Jadi Guru Pasca Kritik Polisi, Mendikdasmen Diminta Segera Bela Citra Sukatani

Guru merupakan warga negara yang dijamin hak-haknya.
Personel band punk Sukatani. | Foto: X/barengwarga
Life22 Februari 2025, 21:30 WIB

10 Cara Efektif Menghilangkan Noda Pewarna Rambut yang Menempel di Kulit

Mewarnai rambut tidak diragukan lagi merupakan salah satu cara termudah untuk mengubah penampilan. Namun, terkadang, betapapun kerasnya upaya untuk mencegahnya, warna rambut ini dapat meninggalkan bekas pada kulit.
Ilustrasi seorang wanita menggunakan pewarna rambut (Sumber: Freepik/@user18526052)
Sukabumi22 Februari 2025, 21:13 WIB

Tulang Tengkorak Terpotong, 4 Luka pada Wajah Warga Sukabumi yang Tewas di Tangan Adiknya

Tim dokter tidak melakukan tindakan autopsi terhadap jenazah Hendra.
Ketua tim dokter forensik RSUD R Syamsudin SH Kota Sukabumi dr Nurul Aida Fathya saat dimintai keterangan oleh wartawan soal kematian Hendra (55 tahun) pada Sabtu (22/2/2025). | Foto: SU/Asep Awaludin
Sehat22 Februari 2025, 21:00 WIB

Panduan Lengkap Mengatasi Sakit Punggung: Penyebab, Cara Mengobati, dan Pencegahannya

Dengan memahami penyebab, pengobatan, dan langkah pencegahan, Anda dapat mengelola sakit punggung secara efektif dan mencegahnya mengganggu aktivitas harian.
Ilustrasi seseorang mengalami sakit punggung (Sumber: Freepik/@stefamerpik)
Sehat22 Februari 2025, 20:30 WIB

Panduan Aman Puasa Intermiten untuk Ibu Menyusui: 8 Tips dan Hal yang Perlu Diperhatikan

Puasa intermiten dapat memberikan manfaat bagi ibu menyusui jika dilakukan dengan benar dan hati-hati. Namun, keamanan dan efektivitasnya bergantung pada kebutuhan tubuh masing-masing ibu dan respons bayi.
Ilustrasi panduan aman puasa intermiten untuk ibu menyusui (Sumber: Freepik/@freepik)