SUKABUMIUPDATE.com - Seorang bayi laki-laki berusia 3 bulan dikabarkan meninggal dunia usai lakukan imunisasi. Bayi meninggal dunia beberapa jam setelah sempat dirujuk ke rumah sakit, namun tidak tertolong.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, imunisasi diselenggarakan pada Selasa (11/6/2024) lalu di Puskesmas yang berada di wilayah Kelurahan Sukakarya, Kecamatan Warudoyong.
Bayi yang diberi nama Muhammad Kenzi Arifin itu merupakan anak kedua dari pasangan suami istri Isan Nur Arifin (27) dan Deara Wulandari (27) asal Kampung Bantarpanjang, Kelurahan Sukakarya, Kecamatan Warudoyong.
Ibu korban, Deara menyampaikan kronologi kejadian hingga anaknya meninggal diduga akibat imunisasi. Menurutnya, pada Selasa, 11 Juni 2024 sekira pukul 08.30 WIB, dia bersama anaknya datang ke Puskesmas untuk imunisasi berdasarkan jadwal yang telah ditentukan Posyandu.
“Pada hari selasa itu saya datang ke puskesmas anak saya dalam keadaan sehat karena mau imunisasi, nah waktu di puskesmas sebelum suntik sudah dicek dulu suhu tubuhnya, kata bidan normal,” ujar Wulandari kepada sukabumiupdate.com, Jumat (14/6/2024).
Baca Juga: Terancam KLB! Cakupan Imunisasi Indonesia Tahun 2023 Hanya 4,02 dari Target 33%
Saat itu, setelah dilakukan pengecekan suhu tubuh dan dikatakan normal, namun sang bayi diketahui belum melakukan imunisasi sejak lahir. Karena itu bidan yang menangani mengatakan bahwa sang bayi harus disuntik obat BCG dan DPT serta diberikan obat tetes mulut.
“Anak saya kan ketinggalan imunisasinya dari satu bulan sehabis lahir belum imunisasi, jadi kata bidan ini suntiknya dua BCG sama DPT terus yang ditetes ke mulut dua macam,” jelas dia.
“Waktu itu bidannya tidak melakukan tawaran dulu ke saya setuju atau tidaknya obat itu disekaligusin,” sambung dia.
Sepulang dari Puskesmas, Wulan mengatakan jika sang anak masih dalam kondisi normal. Sesaat kemudian sekitar pukul 11:00 WIB, Wulan mengaku memberikan obat syrup paracetamol kepada sang anak berdasarkan anjuran bidan.
“Terus jam 9 saya pulang ke rumah, anak saya masih dalam keadaan sehat tidak ada gejala apa-apa. Anak saya masih biasa, jam 11 siangnya itu minum paracetamol kata bidannya itu harus minum syrup itu tiga kali sehari,” kata dia.
Lebih lanjut, sekira pukul 14:00 WIB, Kenzi menangis dan tidak mau diberi asi. Pada saat yang sama, sang ibu menghubungi bidan yang menangani anaknya itu.
Baca Juga: Monev ke Rumah Sakit, Dinkes Siapkan Implementasi KRIS-JKN di Kota Sukabumi
“Waktu sekitar jam 2 siang si dedeknya nangis tapi lama-lama suaranya semakin mengecil terus nggak mau nenen (menyusui) waktu itu saya langsung menghubungi bidan, terus dateng bidan sama seorang dokter ke rumah,” ucapnya.
“Waktu di rumah suhu tubuh si anak normal katanya terus disuntik anusnya, kata bidan ini tindakan pertama,” sambung dia.
Setelah mendapatkan penanganan pertama, sang bayi langsung dibawa ke RSU Asyifa. Di tengah perjalanan, sang bayi bibirnya mulai membiru dan kakinya dingin.
“Abis disuntik diajak ke rumah sakit, di perjalanan anak saya bibirnya udah ungu terus kakinya dingin, begitu sampai di IGD Asyifa ditangani sama pihak sana dan dicek badannya sama oksigennya tapi nggak ada respon apapun,” ujar Wulan.
Sesampainya di rumah sakit, sang anak diperiksa bagian dada dan oksigennya namun tidak merespons. Di hari yang sama sekitar pukul 15:00 WIB, bayi malang itu dinyatakan meninggal dunia.
"Dari situ kita pulang ke rumah sama bidan sama Dinas Kesehatan, terus anak saya dimakamkan jam 17:00 WIB, buku KIA (Kartu Ibu dan Anak) dibawa sama Dinas Kesehatan, alasannya buat penyelidikan namun sampai hari ini tidak ada perkembangan," ungkapnya.
Baca Juga: Dinkes Dorong Laboratorium di Kota Sukabumi Terapkan Standar Akreditasi
Sejak peristiwa itu, keluarga berharap agar sebab kematian anaknya itu dapat terungkap dan tidak ada yang ditutup-tutupi. Hingga saat ini pihak keluarga baru mengadukan peristiwa tersebut kepada Polres Sukabumi Kota.
“Kalau keinginan dari keluarga, kasus ini pengen sampai tuntas gitu ya, tidak ada yang ditutupi, apa penyebabnya anak saya sampai meninggal, apa dari karena obat yang terlalu banyak masuk? Atau karena kelalaian bidan atau karena obatnya kedaluwarsa atau apa gitu kan," kata dia.
"Kita nggak tahu, kita nggak paham soal itu (medis) yang lebih paham kan pasti dari pihak nakes atau bidan tersebut karena dari lahir anak saya nggak ada penyakit bawaan," tambahnya.
Sejak kematian bayi Kenzie, beberapa perwakilan Puskesmas disebut sempat datang ke rumah duka untuk sekedar mengucapkan belasungkawa dan menyatakan jika kasus itu ditangani oleh Provinsi Jawa Barat.
"Waktu hari Rabu (12/6/2024) perwakilan dari Puskesmas ada datang ke rumah mengatakan belasungkawa terus menyatakan kasus ini lagi ditangani sama pihak ahli provinsi, hanya sampai sekarang tidak ada kejelasan," ucapnya.
NA, selaku bidan yang menangani korban bayi menyebut kasus itu masih ditelusuri. Dia enggan menceritakan lebih lanjut terkait peristiwa itu.
"Sudah ditangani Dinas Kesehatan Kota dan Provinsi Jawa Barat," ucapnya singkat.
Sementara itu, Pj Wali Kota Sukabumi Kusmana Hartadji, mengatakan kasus tersebut sedang dalam penananganan Komnas KIPI (Kejadian Ikutan Paska Imunisasi).
"Saya menyampaikan duka cita yang mendalam kepada orang tua yang bayinya berumur 3 bulan meninggal dunia pasca dilakukannya Imunisasi. Saat ini kita menunggu hasil evaluasi dari mereka (Komnas KIPI)," kata Kusmana.
Menurutnya, Komnas KIPI merupakan lembaga idependen. Setelah ada hasil evaluasi, kemudian pihaknya nanti baru akan melakukan langkah dan penjelasan selanjutnya.
"Saya belum bisa lebih banyak menanggapi terkait hal ini yah, karena sekarang masih dalam penanganan Komnas KIPI," ungkapnya.