SUKABUMIUPDATE.com - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Barat menduga monyet ekor panjang yang berkeliaran di permukiman warga di Kampung Kubang RT 3/5, Desa Cisarua, Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi, berasal dari kebun rimbun milik pabrik pakan ternak. Dugaan ini muncul karena kebun tersebut masih banyak ditumbuhi pepohonan rimbun.
Hal ini diungkapkan oleh Kepala Resort Konservasi Wilayah VI Sukabumi BKSDA Jabar, Isep Mukti, setelah melakukan verifikasi dan berkoordinasi bersama camat, pihak desa, dan P2BK.
"Setelah ditelusuri, daerah itu jauh dari hutan lebat atau taman nasional, juga bukan kawasan Perhutani. Jadi, ada kemungkinan bahwa satwa itu adalah pelepasan dari seseorang," ujar Isep kepada sukabumiupdate.com, Selasa (11/6/2024).
Baca Juga: Warga Resah, Monyet Liar Nyaris Masuk Rumah di Nagrak Sukabumi
Isep menambahkan bahwa setelah ditelusuri lebih lanjut, ditemukan tempat yang rimbun dengan banyak bambu, yang mungkin menjadi tempat tidur monyet-monyet tersebut.
"Bukan menuduh, tapi setelah ditelusuri lagi, ternyata ada pabrik pakan ternak yang memiliki kebun dengan pepohonan rimbun," katanya.
Menurut Isep, lokasi pabrik pakan ternak tersebut tidak jauh dari pemukiman yang sering dikunjungi monyet, di mana terdapat tembok tinggi dengan banyak pohon di belakangnya.
"Makanya kita akan telusuri lagi, tidak hanya masyarakat, tapi juga akan menyasar ke perusahaan itu, apakah bisa berkontribusi untuk menyelesaikan masalah ini atau tidak," jelasnya.
Isep juga mencatat bahwa pergerakan monyet tersebut tidak terlalu jauh, hanya di sekitar pemukiman itu saja. "Biasanya, kelompok monyet dari hutan terdiri dari 10-20 ekor, tapi warga melaporkan hanya melihat 4 ekor," terangnya.
Saat pengecekan ke lokasi, tim BKSDA bersama camat, pihak desa, dan P2BK tidak bertemu dengan monyet-monyet tersebut. Namun, informasi dari warga menunjukkan bahwa mereka pernah memberi makan monyet-monyet itu.
"Akhirnya, kita sekaligus mengedukasi masyarakat sekitar agar tidak memberi makan dan tidak menggoda monyet agar tidak mengganggu anak-anak," ujar Isep.
Ke depan, kepala desa dan camat akan langsung berkoordinasi dengan pihak pabrik untuk menentukan tindakan selanjutnya, apakah akan menangkap dan mengevakuasi monyet-monyet tersebut.
"Intinya, hasil dari pertemuan itu akan menjadi solusi. Saya juga masih menunggu informasi dari pak camat mengenai koordinasi lebih lanjut. Dari situ, kita akan berkolaborasi lagi dengan berbagai pihak," pungkasnya.