SUKABUMIUPDATE.com - Dalam dua hari dua orang tewas terseret ombak di laut selatan Kabupaten Sukabumi. Kondisi ini patut menjadi perhatian semua pihak karena telah memperparah catatan hitam sebelumnya terkait peristiwa serupa.
Kasus terbaru itu dialami wisatawan pria asal Depok berinisial JB (30 tahun). Dia tewas setelah terseret ombak di Pantai Capitol, Desa Karangpapak, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Sabtu sore, 8 Juni 2024. Kecelakaan berawal saat JB berenang bersama temannya.
Sebelum kejadian, mereka diingatkan agar tidak bermain terlalu ke tengah karena ombak sedang tinggi. Namun, beberapa saat kemudian keduanya sudah berada di tengah laut. JB dan temannya sempat ditolong, namun hanya satu yang berhasil diselamatkan yakni temannya.
Sementara korban kecelakaan laut kedua adalah pemuda bernama Suryadi (28 tahun). Dia meninggal tenggelam di Pantai Cipatuguran, Kelurahan Palabuhanratu, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Minggu, 9 Juni 2024. Suryadi adalah warga Kampung Cipatuguran.
Polisi mengatakan Suryadi ditemukan meninggal dunia tenggelam sekira pukul 16.20 WIB, setelah terseret ombak saat bermain di Pantai Cipatuguran sekitar satu jam sebelumnya atau 15.10 WIB.
Baca Juga: Maut di Laut Sukabumi
Critical Thirty
Pada 2023, sukabumiupdate.com pernah membuat laporan mendalam tentang kecelakaan laut di Kabupaten Sukabumi. Dalam laporan tersebut dijelaskan seberapa besar fatalitas kecelakaan laut di perairan ini. Apakah korban masih dapat terselamatkan ketika tergulung gelombang?
Kepala Satuan Kepolisian Air dan Udara (Satpolairud) Polres Sukabumi Ajun Komisaris Polisi Tenda Sukendar saat itu mengungkapkan waktu-waktu kritis kecelakaan laut.
Definisi yang mungkin mirip dengan critical eleven dalam penerbangan pesawat ini terjadi ketika wisatawan mulai terseret ombak hingga dinyatakan hilang. Apabila seseorang terseret arus selama sekitar tiga puluh menit lalu tak kembali muncul, maka rata-rata berakhir meninggal dunia.
“Orang terseret arus kurang lebih setengah jam, dia tidak muncul lagi, ya pasti dalam kondisi meninggal. Meninggalnya ada yang ditemukan, ada yang satu hari (baru ditemukan), dua hari, empat hari. Yang ditemukan pada hari itu juga ada, tergantung arus. Kalau arusnya arus bawah, korban berada di bawah terus. Kalau arusnya narik ke atas, korban bisa mengambang atau terseret ke darat,” kata dia di kantornya, akhir Mei 2023.
Hal itu mengisyaratkan perlunya peningkatan mitigasi risiko dalam tiga puluh menit kritis. Tenda mengingatkan masyarakat harus berhati-hati saat beraktivitas di pantai. Dia memperingatkan tiga faktor utama terjadinya kecelakaan laut.
Pertama, faktor alam yakni arus ombak. Kedua, faktor manusia berupa perilaku tidak mematuhi imbauan petugas soal larangan berenang di tempat berbahaya. Ketiga, faktor manusia di mana korban tidak memiliki kemampuan berenang dan panik saat terseret ombak. Ketiga faktor ini penting dan harus diperhatikan.
Khusus soal faktor alam, Tenda menyebut di pantai selatan sering terjadi sebuah kondisi ombak berdebur ke daratan kemudian mengendap. Namun, dengan durasi yang sangat singkat, ombak tersebut kembali ke lautan dengan gerakan zig-zag.
Situasi itu membuat tarikan ombak semakin kuat dan jika wisatawan dalam posisi kuda-kuda kaki yang lemah, dapat terjatuh dan terseret. Apabila wisatawan sudah terseret dan dinyakan hilang, proses pencarian akan dilakukan tujuh hari, sesuai standar operasional prosedur.